Khutbah Idul Adha oleh Ust. Sigit Pranowo, Lc.

Menghidupkan Sunnah-sunnah Rasulullah saw

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Di hari yang agung dan mulia ini, seluruh kaum muslimin baik yang sedang menjalani manasik haji di tanah suci dan yang berada di negeri-negeri mereka mengumandangkan dzikir-dizkirnya mengingat Allah swt. Mereka bertakbir mengagungkan kebesaran Sang Penciptanya, sebagai pernyataan kecilnya mereka dihadapan Yang Maha Besar, hinanya mereka dihadapan Yang Maha Mulia dan rendahnya mereka dihadapan Yang Maha Tinggi.

Mereka menggemakan alam ini dengan tahlil mengesakan Yang Maha Tunggal, sebagai pernyataan bahwa tidak ada yang pantas diibadahi kecuali Yang Maha Kuasa, tidak ada yang pantas ditaati aturan-Nya kecuali Yang Maha Adil, dan tidak ada yang pantas ditakuti kecuali Yang Maha Pedih siksa-Nya.

Mereka menggemakan alam ini dengan tahmid memuji Yang Maha Sempurna, sebagai pernyataan bahwa tidak ada yang memberikan nikmat kepadanya kecuali Yang Maha Pemberi Rezeki dan sebagai pernyataan tidak ada yang pantas diminta kecuali Yang Maha Kaya.

Semua itu diucapkan dengan hati yang ikhlas dengan hanya mengharap ridho’-Nya secara bersama-sama, berjama’ah menggentarkan musuh-musuh Allah swt, menciutkan nyali mereka dan mengkerdilkan pemimpin mereka, iblis laknatullah alaihi. Dan menyatakan kepada mereka bahwa bumi dan alam ini seluruhnya adalah milik Allah swt dan diwariskan kepada kaum mukminin yang selalu mengagungkan dan mengingat-Nya.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Ibadah haji yang merupakan warisan bapak para Nabi, Ibrahim as sangatlah syarat dengan nilai-nilai ilahiyah yang bisa dijadikan sebagai pegangan bagi kaum muslimin didalam mengarungi kehidupan mereka.

Haji sebagaimana ibadah pada umumnya bahwa ia memerlukan dua rukun agar diterima Allah swt dan menjadikannya mabrur. Kedua rukun itu adalah ikhlas semata-mata karena Allah swt dan mengikuti cara-cara yang dicontohkan Rasulullah saw didalam bermanasik. Allah swt berfirman,”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah : 5) Juga hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah berkata,”Aku telah menyaksikan Rasulullah saw melontar jumroh dan beliau saw berada diatas ontanya sambil mengatakan,’Wahai manusia ambillah cara-cara manasik kalian (dariku). Sesungguhnya aku tidak mengetahui barangkali aku tidak bisa lagi berhaji setelah tahun ini.” (HR Muslim, Nasai dan Ahmad)

Dua rukun tersebut haruslah ada secara bersamaan, tidak hanya salah satunya. Suatu ibadah akan rusak manakala ia hanya ikhlas namun dalam pelaksanaannya tidak mencontoh cara-cara Rasulullah saw dalam melakukannya dan ibadah akan sia-sia manakala hanya mencontoh cara-cara Rasulullah saw namun tidak dilaksanakan dengan ikhlas karena-Nya.

Firman Allah swt,”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. Al Mulk : 2) Fudhoil bin Iyadh mengatakan bahwa amal ibadah yang terbaik adalah akhlasu (ikhlas) dan ashwab (meniru Rasulullah saw).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Didalam kesempatan yang mulia ini, mari kita ambil salah satu rukun dari dua rukun ibadah tersebut sebagai pegangan buat kita didalam menjalani kehidupan yang semakin berat ini, yaitu meniru segala sesuatu yang dicontohkan baginda Rasulullah saw, yang bisa kita artikan dengan menghidupkan sunah-sunahnya.

Tahun demi tahun telah kita lewati, rezim demi rezim telah kita lalui, namun kehidupan kita kaum muslimin tidaklah ada kemajuan secara significan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Berbagai krisis terus melanda kita kaum muslimin, krisis ekonomi yang tidak pernah berhenti menghantam kaum muslimin sehingga menjadikan kemiskinan seakan-akan menjadi sahabat mereka.

Krisis sosial dan moral yang hampir merata diseluruh tempat di negeri ini, mulai dari pelecehan seksual, menampilkan tarian-tarian erotis dihadapan public, perzinahan hingga pergaulan sesama jenis sudah sering dipertontonkan oleh para aktor kemaksiatan tanpa pernah merasa takut akan adzab Allah kepada mereka, bentuk-bentuk perzinahan terus menghiasi berita-berita diberbagai mass media seakan-akan UU Pornografi bukanlah apa-apa.

Krisis kepemimpinan islam, ini bisa dibuktikan, sepuluh tahun sudah reformasi di negeri ini berjalan namun kaum muslimin masih susah terlepas dari kondisi mengenaskan, baik materil maupun immaterial. Kondisi yang seolah-olah menggambarkan bahwa umat ini bak anak ayam kehilangan induknya, mereka berjuang sendiri mempertahankan eksistensinya, bertarung menghalau serangan yang dilakukan oleh gerombolan musang dan srigala yang bisa datang setiap saat sementara induknya asyik dengan dunianya, menikmati berbagai fasilitas yang sebetulnya kontribusi dari anak-anaknya, sungguh malang nasib anak ayam ini… Allahumma laa tusallith alainaa man laa yarhamunaa walaa yakhoofuka fiinaa

Untuk itu bagi kita yang mengimani Allah swt sebagai Tuhannya dan Muhammad saw adalah Rasul dan suri tauladan baginya sudah seharusnya untuk mengembalikan segala prilaku kita kepada yang dicontoh Rasulullah saw dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya, sehingga kita tidak mengalami kesesatan di dunia dan akherat. Sabda Rasulullah saw,”Telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, selama kalian berpegang teguh dengan keduanya maka kalian tidak akan pernah sesat selama-lamanya, Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnahku.”

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Rasulullah saw bersabda,”..Sesungguhnya islam ini pada awalnya asing dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang yang asing yang datang setelahku berpegang dengan sunnahku dalam memperbaiki apa-apa yang dirusak manusia.” (HR. Tirmidzi)

Apakah saat ini termasuk zaman yang disebutkan Rasulullah saw didalam hadits ini, wallahu a’lam. Namun jika kita lihat ternyata tidak jarang berbagai sunnah Rasulullah saw tampak seperti sesuatu yang aneh dikalangan kaum muslimin sendiri, misalnya : Pernikahan yang jauh dari ikhtilath (tidak bercampurnya antara para undangan laki-laki dan perempuan) menjadi suatu yang akhir-akhir ini sulit didapat meskipun pernah ramai pada beberapa tahun lalu, berjabat-tangan antara yang bukan mahramnya sudah dianggap biasa oleh kaum muslimin dan para pejabatnya, berbagai jenis musik dari yang slow hingga yang hingar bingar sudah menjadi asesoris kehidupan kaum muslimin, busana muslim hanya sebatas pemanis bukan sebagai suatu ciri khas yang membedakannya dari wanita non muslim dan banyak lagi yang lainnya Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Betul-betul islam sudah menjadi asing ditengah umatnya sendiri.

Sebagai pengimplementasian daripada syahadatnya (persaksian) bahwa Muhammad adalah Rasulnya maka diharuskan bagi setiap muslim untuk mentaati beliau saw, dalam bentuk menghidupkan sunnah-sunnahnya yang sudah banyak ditinggalkan orang. Karena menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw adalah indikator dari :

Pertama : Kecintaannya kepada Allah swt.

Firman Allah swt,”Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Imron : 31 – 32)

Kecintaan didalam bahasa arab disebut juga dengan mahabbah yang bisa juga berarti suci dan tulus. Dari makna etimologi ini bisa diartikan bahwa kecintaan seorang muslim kepada Allah swt haruslah bersih dan suci. Tidak diperbolehkan dalam mencintai Allah swt ia menyertakan yang lainnya, jika ini terjadi maka berarti ia telah melakukan sebuah kesyirikan.

Hal ini bisa kita lihat didalam pelaksanaan ibadah haji, mereka para hujjaj rela meninggalkan keluarganya dan jauh dari tanah airnya serta melakukan berbagai manasik haji di tanah suci dikarenakan mereka mencitai Allah swt ketimbang yang lainnya.

Demikianlah seharusnya seorang muslim, ia lebih mencintai Allah daripada istri, anak-anak, orang tua, teman seperjuangan bahkan dari dirinya sendiri. Ia lebih mencintai Allah swt daripada jabatan, hata benda, kendaraan atau investasi duniawinya. Seorang mukmin tidak rela manakala itu semua menghambatnya dari mendapatkan cinta Allah swt.

Pada awal-awal dakwah Rasulullah saw sempat ditawari oleh tokoh-tokoh Quraisy harta, wanita, tahta bahkan beliau saw akan dijadikan raja asalkan mau meninggalkan da’wah ini. Namun beliau saw bukanlah tipe manusia yang bisa diperdaya oleh dunia dan seisinya sehingga harus meninggalkan idealismenya. Beliau saw menolak itu semua dengan tegas dan mengatakan,”Wahai pamanku seandainya engkau letakan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meninggalkan da’wah ini maka aku tidak akan pernah meninggalkannya walaupun aku harus binasa karenanya.”

Beliau saw lakukan itu semua karena lebih mencintai Allah dan kehidupan akherat ketimbang dunia dan tarikan-tarikannya yang banyak mencelakakan manusia. Kalaulah saja seluruh penduduk negeri ini lebih mencintai Allah daripada yang lainnya pastilah keberkahan akan dapat dirasakan oleh mereka. Tapi sayang kebanyakan dari kita justru sebaliknya.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Kedua : Kecintaannya kepada Rasulullah saw

Bagaikan dua keping mata uang, bukti kecintaan seorang muslim kepada Allah swt adalah ia juga harus mencintai Rasul-Nya saw. Sebagaimana bentuk kecintaannya kepada Allah maka demikianlah pula kecintaannya kepada Rasulullah saw. Ia harus mencintainya melebihi segala sesuatunya, melebihi istri, anak-anak, harta benda, jabatan bahkan atas dirinya sendiri.

Suatu ketika Umar bin Khottob pernah mengatakan kepada Rasulullah saw,”Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada keluargaku, anak-anakku, seluruh manusia kecuali dari diriku.’ Kemudian Rasulullah saw berkata,’Bukan begitu wahai Umar.” Umar menjawab,”melebihi diriku sendiri wahai Rasulullah.” Rasul menjawab,”Sekarang telah sempurna keimananmu wahai Umar.”

Sikap yang ditunjukkan Umar kepada Rasulullah adalah sikap yang juga pada umumnya ada didalam diri para sahabat. Disaat kaum muslimin terdesak pada fase pertama perang uhud dan mereka sempat kocar-kacir panic sehingga gigi Rasulullah saw patah pada saat itu maka ada seorang sahabat yang dengan berani menjadikan dengan badannya sebagai tameng buat diri Rasulullah saw, dia melindungi Rasulullah saw dari hujan panah yang diarahkan ke beliau oleh pasukan musyrikin, sehingga digambarkan badan sahabat itu seperti seekor landak.

Disebutkan didalam sejarah ada seorang shohabiyat yang ditinggalkan oleh anak dan saudara laki-lakinya berperang, dan ketika pasukan kaum muslimin kembali ke Madinah maka yang ditanyakan pertama kali kepada mereka bukanlah anaknya atau saudara laki-lakinya tetapi Rasulullah saw, bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja? Subhanallah

Dimanakah kita dibandingkan mereka semua?? Badan mereka di bumi namun fikiran mereka sudah di akherat, badan mereka menyatu dengan masyarakat namun jiwa dan hati mereka menyatu dengan Allah dan Rasul-Nya, mereka memegang dunia namun tidak mencintainya. Mereka bukanlah sebatas beriman namun mereka adalah orang yang sudah bisa merasakan lezatnya iman.
Sabda Rasulullah saw,”Tiga golongan yang merasakan lezatnya iman : Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi dari segalamya. Orang yang tidak mencintai saudaranya kecuali karena Allah. Orang yang tidak mau kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan kedalam api neraka.” (HR. Bukhori)

Kecintaan mereka kepada Rasulullah saw yang demikian dikarenakan mereka tidak hanya bersama Rasulullah saw di dunia saja namun mereka menginginkan kelak bersama beliau saw di surga-Nya. Didalam sebuah hadits disebutkan bahwa “Barangsiapa yang mecintai sunnahku sesunguhnya ia telah mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku maka ia akan bersamaku di surga.”

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Ketiga : Kecintaannya kepada umat

Hadits yang diawal-awal khutbah ini telah disingung, yaitu”..Sesungguhnya islam ini pada awalnya asing dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang yang asing yang datang setelahku berpegang dengan sunnahku dalam memperbaiki apa-apa yang dirusak manusia.” (HR. Tirmidzi) adalah bukti kecintaan seorang yang menhidupkan sunnah Rasul saw kepada umatnya.

Mereka tidak ingin umatnya binasa karena kemaksiatannya kepada Allah, mereka tidak ingin umatnya mengalami kerusakan di berbagai sisis kehidupannya baik disadari atau tidak. Untuk itu mereka selalu melakukan perbaikan terhadap masyarakatnya, baik perbaikan materil maupun moril.

Mereka bukanlah orang-orang yang disebut dengan imma’ah, artinya dia akan selalu bersama arus. Ketika masyarakat sekelilingnya baik maka ia pun baik namun jika masyarakat sekelilingnya buruk maka ia ikut buruk, bagai orang yang tidak memiliki prinsip.

Jika keadaan seorang mukmin ataupun alim seperti ini maka sampai kapan pun ia tidak akan bisa mewarnai dan mengajak manusia kepada islam yang hakiki namun yang terjadi bisa sebaliknya ia akan terwarnai oleh kemauan dan idealisme masyarakat yang jauh dari nilai-nilai islam.

Orang-orang yang menghidupkan sunnah Rasul ini adalah mereka yang mencintai umatnya melebihi dirinya sendiri. Mereka berikan segala yang dimiliki untuk kepentingan dan kemajuan umatnya. Mereka bukanlah orang-orang yang mengeksploitir umat untuk kepentingannya sendiri, atau dijadikan barang dagangan untuk kekayaannya sendiri. Merekalah yang berbuat untuk umat bukan umat yang berbuat untuk mereka.

Dan hal yang seperti ini sudah banyak dicontohkan didalam kepemimpinan para salafush sholeh terdahulu, mulai dari Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali hingga Umar bin Abdul Aziz, mereka adalah contoh-contoh nyata yang pernah menghiasi sejarah kepemimpinan umat.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Jama’ah sholat ‘id yang dimuliakan Allah swt

Demikianlah nilai dan urgensi menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw didalam prespektif umat ini. Marilah kita jadikan berbagai amalan didalam ibadah haji sebagai momentum untuk kita kembali menghidupkan sunnah-sunnah Rasul-Nya, agar kita bisa menjadi penyelamat bagi umat ini menuju kebaikan dan keredhoan Allah swt dan semoga kita semakin mencintai Allah san Rasul-Nya dan berharap kepada Allah swt agar menyatukan kita semua dengan kekasih kita Rasulullah saw di surga-Nya kelak. Amin ya robbal alamin.