KISPA Sukses Gelar Pelatihan Jurnalistik

Meskipun baru pertama kali diadakan, Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA) sukses menyelengarakan kegiatan Pelatihan Jurnalistik (27/3), di Ball Room lantai 18 PT. Telkomsel, Gedung Wisma Mulia, Jalan Jend. Gatot Subroto Kav.42, Jakarta Selatan.

Kegiatan diadakan mulai pukul 08.45 WIB hingga 16.30 WIB dan dihadiri tidak kurang dari 60 orang peserta yang telah lolos seleksi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, lembaga, dan profesi .

“Alhamdulillah, acara lancar dan peserta sangat antusias” kata ketua panitia, Dasrial.

Sejumlah pembicara berhasil didatangkan panitia baik dari dari kalangan akademisi maupun praktisi media.

Mereka adalah Kamsul Hasan, ketua Persatuan Wartawan Indonesia Cabang DKI Jakarta (PWI Jaya); Mulharnetti Syas, dosen IISIP; Syahruddin El-Fikri, wakil redaktur pelaksana Republika; dan Zulhidayat Siregar, redaktur Rakyat Merdeka Online.

Pembicara pertama Mulharnetti Syas. Dosen lulusan S3 Komunikasi Universitas Indonesia membawakan materi Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Ia menjelaskan, seorang wartawan dalam setiap menuliskan berita harus menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

“Tiada maaf bagimu tanpa menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik” tegasnya.

Sebelum makan siang panitia menghadirkan pembicara kedua, Zulhidayat Siregar, redaktur Rakyat Merdeka Online.

Ia mengupas materi berjudul Jurnalistik Online. Dalam paparannya, ia mengangkat perbedaan media online dengan media konvensional.

“Tapi untuk konten, media online tidak ada batasnya. Hal berbeda media cetak yang dibatasi halaman dan eletronik yang dibatasi durasi. Pada media online, wartawan bisa menyajikan berita secara lengkap tanpa harus peduli dengan space tersedia atau tidak” paparnya di dalam makalah yang ia tulis.

Setelah istirahat, sholat, dan makan siang, peserta kembali mendengarkan paparan materi Teknik Investigasi dan Wawancara, disampaikan Syahruddin El-Fikri.

“Sebenarnya ini merupakan materi yang sangat sulit tapi apa boleh buat panitia meminta” katanya.

Wartawan kelahiran Kutai tahun 1976, menguraikan kerja wartawan investigasi ibarat seorang penyelidik yang tengah meneliti dan meluruskan berbagai kebohongan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu.

Wartawan investigasi bisa dibedakan dengan wartawan harian. Awal perbedaannya terletak pada inisiatif wartawan investigasi yang tidak menunggu sampai suatu masalah atau peristiwa timbul dan diberitakan.

“Akan tetapi wartawan investigasi justru menampilkan permasalahan baru atau sesuatu hal yang baru” tambahnya.

Pembicara berikutnya, Kamsul Hasan membawakan materi kode etik jurnalistik. Wartawan yang juga berprofesi sebagai dosen, memaparkan betapa pentingnya kode etik jurnalistik bagi seorang wartawan.

“Masih banyak ditemukannya wartawan Indonesia yang belum memahami kode etik etik jurnalistik sehingga dalam mewartakan suatu berita sering melanggar kode etik jurnalistik”, jelasnya.

Diakhir acara diadakan sesi foto bersama antara panitia dengan peserta.

Peserta merasa puas dan senang telah diadakannya acara ini bahkan banyak diantara mereka yang menghendaki acara ini diadakan kembali.

“Sering-sering diadakannya pelatihan seperti ini” ungkap salah seorang peserta.

Mereka mengharapkan kepada panitia agar ada tindak lanjut dari acara ini.

“Saya berharap KISPA dapat menindaklanjuti pelatihan jurnalistik ini untuk kebebasan Palestina” kata salah seorang peserta didalam pesannya untuk panitia.

Ketua KISPA, ustadz Ferry Nur mengucapkan terima kasih kepada semua peserta yang telah hadir dan juga kepada panitia yang telah berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan kegiatan ini.

“Mudah-mudahan KISPA bisa mengadakannya kembali di lain kesempatan” tambahnya. (mrr/fn)