Menjelang Kebangkitan Islam

Di tengah situasi keterpurukan dunia, akibat resesi yang bersifat global, perlu ada alternative yang dibutuhkan, sebagai solusi dari kondisi krisis. Prakarsa para pemimpin Islam sangatlah penting, mencari dan memberikan solusi terhadap situasi krisis yang sekarang sedang melanda seluruh dunia. Dan, tentu lebih khusus yang dialami oleh Indonesia saat ini. Akibat krisis yang ada sekarang ini, ancaman yang paling pokok adalah meningkatnya jumlah pengangguran.

Dalam kondisi krisis yang sangat memprihatinkan itu, Yayasan Pesantren Al-Azhar dan Masjid Agung Al-Azhar akan menyelenggarakan : Refleksi Kebangkitan Umat Islam Abad Ke XV Hijriyah, yang bertepatan dengan peringatan 1 Muharram 1430 Hijriyah, yang akan menampilkan sejumlah tokoh Islam, diantaranya Prof.Dr.H.Amin Rais, yang berbicara tentang: Kondisi Dan Peran Umat Islam Dalam Percaturan Politik Global. Peringatan 1 Muharam ini juga akan menghadirkan Prof.Yusril Ihza Mahendra, Dr.KH.Abdullah Syukri Zarkasyi MA, dan Dr.H.Miftach Farid MA.

Khusus, KH.Miftach Farid, akan berbicara tentang dakwah di Indonesia Tantangan dan Harapan.
Peringatan hijriyah ini sangatlah relevan. Mengingat sejak dicanangkan tentang ‘Kebangkitan Islam’, yang sudah berlangsung hampir 30 tahun, justru tidak nampak secara kuantitatif maupun kualitatif, arah dan perkembangan yang merefleksikan adanya Kebangkitan Islam. Justru yang terjadi adalah wilayah-wilayah Islam terjadi konflik, yang mempunyai akibat yang sangat luas, khususnay bagi kehidupan rakyat atau umat. Tentu, konflik yang paling parah adalah di Iraq, sejak terjadinya agresi yang dilakukan oleh Amerika terhadap Iraq, mengakibatkan kehancuran kehidupan rakyat Iraq. Di Afghanistan sesudah rakyat di kawasan itu dapat bebas dari Uni Soviet, sekarang menghadapi penjajahan baru, yang dilakukan oleh Amerika dan Sekutunya.

Refleksi yang diselenggarakan oleh Yayasan Pesantren Al-Azhar, yang akan berlangsung di Masjid Agung Al-Azhar, berlangsung pada hari Senin, 29 Desember 2008, pukul 08.00 hingga menjelang Dhuhur. Diharapkan umat Islam di Jakarta, dapat menghadiri refleksi tentang peringatan hijriyah, yang sudah hampir lebih tiga puluh tahun lalu.

Sementara itu, Masjid Agung al-Azhar, yang berdiri di tahun 1952, yang didirikan oleh Walikota pertama Jakarta, Raden Syamsuridjal, seoran tokoh pergerakan Partai Masyumi, dan pendiri pertama dari Jong Java, berawal, ketika ia menjadi walikota menginginkan adanya sebuah masjid di pusat kota. Maka, kemudian didapatkan tanah seluas 4.000 meter, yang sekarang menjadi komplek pendidikan Yayasan Al-Azhar, yang terletak di Jalan Sisingamaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Al-Azhar yang menjadi miniatur pendidikan itu, tak lain, merupakan warisan Walikota Syamsuridjal, dan dilanjutkan dan dibesarkan almarhum Buya Hamka. Kini, komplek pendidikan yang terletak di Kebayoran Baru itu, memiliki cabang di seluruh wilayah Indonesia. Seperti di Padang, Palembang, Medan, Banten, Lampung, Cirebon, Surabaya dan Pontianak. Lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Al-Azhar meluai dari TK, SD, SMU, dan Perguruan Tinggi. Di Kebayoran Baru, berdiri dengan megah Kampus Universitas Al-Azhar, yang telah mulai melakukan aktifitasnya sejak, dua tahun lalu. Semoga.