Indonesia Di bawah Panji NeoLib (3)

Kontroversi menteri kesehatan yang baru, ditambah dengan gagalnya DPR memanggil menteri yang berasal dari eselon dua ini karena “diveto” oleh Ketua DPR Marzuki Alie yang berasal dari kubu SBY sendiri, dimana hal itu dengan sendirinya telah membuktikan tudingan jika untuk lima tahun ke depan DPR akan sekadar menjadi rubber-stamp rezim penguasa, bukan menjadi satu-satunya kontroversi yang ada pada pemerintahan yang baru tapi lama ini.

Kontroversi lainnya adalah rencana kenaikan gaji para pejabat negara, termasuk gaji presiden dan wakilnya, yang diamini oleh hampir semua pejabat terkait, ditengah penderitaan rakyat yang kian hari kian susah dan utang yang menggunung setiap harinya. Lagi-lagi hal ini telah membuktikan jika di negeri ini para pejabat negara bagaikan “Raja Tega” karena sama sekali tidak perduli dan tidak memiliki empati terhadap nasib rakyatnya sendiri.

Semua itu rupanya belum cukup juga. Selain kenaikan gaji, para pejabat negara setingkat menteri ke atas juga akan diberi fasilitas mobil mewah baru yang benar-benar mewah, yakni dengan digantinya Toyota Camry yang selama ini dipergunakan sebagai kendaraan dinas menteri dengan mobil lain yang lebih mahal tiga kali lipatnya, yakni Toyota Crown Majesta. Jika Camry seharga 600 jutaan rupiah perunitnya, maka Majesta di negeri ini membandrol harga 1,8 milyar rupiah perunit karena kena pajak barang mewah. Lagi-lagi uang rakyat dijadikan bancakan para pejabat negara.

Di tengah himbauan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada migas dengan gerakan hijaunya, yang juga menghimbau masyarakat agar beralih ke moda transportasi ramah lingkungan seperti sepeda, tindakan pemerintah itu dengan sendirinya mencederai himbauannya sendiri karena Toyota Crown Majesta dengan tenaga yang sangat besar, cc di atas 3000-an, sudah pasti akan sangat rakus bahan bakar.   

Kegilaan para pejabat Indonesia pada mobil dan fasilitas mewah pernah menjadi ironis ketika dalam satu kesempatan, salah satu menteri ekonomi Indonesia berada di Jepang untuk menegosiasi pinjaman kepada pejabat terkait metahari terbit itu. Pejabat ini akan bertemu pejabat Jepang di sebuah gedung departemen keuangan Jepang. Ketika datang, utusan Indonesia ini mengendarai mobil mewah diiringi dengan pengawalan lengkap plus sirine, namun hal itu ternyata membuatnya risih ketika mengetahui jika pejabat Jepang yang ingin dinegonya ternyata datang dengan naik bus umum, turun di halte yang agak jah dari kantornya dan karena itu harus berjalan kaki masuk ke dalam gedung yang dipimpinnya. Beginilah gaya kebanyakan pejabat kita.

Hal yang sama juga pernah terjadi di Belanda, di mana para menteri dan anggota parlemen di salah satu negara kreditor Indonesia ini memang tidak mendapatkan fasilitas mobil dinas. Bahkan anggota parlemen Belanda tidak mendapat gaji. Beda sekali dengan kelakuan para pejabat negara miskin bernama Indonesia ini.

Hal lain yang mengundang kontroversi adalah penempatan orang-orang yang bukan ahlinya pada pos-pos penting, seperti Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian dan Purnomo Yusgiantoro sebagai Menteri Pertahanan. Pengamat politik Boni Hargens berkali-kali dalam berbagai kesempatan menyatakan jika dirinya curiga dengan langkah yang diambil penguasa negeri ini.

Menurut pengamat politik yang kerap muncul di Republik Mimpi ini, hal tersebut disengaja penguasa agar orang-orang itu memang gagal memimpin jajarannya sehingga mereka di tahun 2014 tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi pesaing baginya. Ada kekuatiran juga jika di dalam masa lima tahun ini, pemerintah yang menguasai parlemen ini akan menyetir DPR agar mengamandemen peraturan yang menyebutkan masa jabatan presiden hanya dua kali lima tahun menjadi tak terbatas, sama seperti di zaman Jenderal Harto. Hal ini bukan hal yang musykil melihat otorianisme mulai berkembang kembali di negeri ini dari har ke hari.

Berbagai kontroversi yang dilakukan pemerintah, dan juga anggota DPR di negeri ini, padahal mereka belum bekerja, telah menyebabkan anjloknya kepercayaan dan harapan rakyat terhadap pemerintah itu sendiri. Rakyat Indonesia seharusnya mencatat hal ini dengan baik agar lima tahun ke depan tidak lagi tertipu dengan memilih rezim dan orang-orang yang sekarang berkuasa, walau mereka mengumbar banyak janji kepada kita. Toh kenyataannya para pejabat negeri ini sekarang pun bertindak sangat keterlaluan dalam ‘merampok’ uang rakyat demi memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Janji tinggallah janji, dan seharusnya kita ingat hal itu untuk lima tahun ke depan.

Andai pejabat negara—presiden dan wakilnya, para menteri, dan juga anggota DPR—mau bersungguh-sungguh bekerja untuk memperbaiki nasib bangsa dan negara ini ke arah yang lebih baik, maka banyak tugas berat yang sesungguhnya harus diprioritaskan ketimbang meributkan kenaikan gaji dan fasilitas yang akan didapatkan.

Sejak lebih dari empatpuluh tahun lalu negara ini telah kehilangan kemerdekaan dan kemandiriannya. Nyaris seluruh kekayaan bangsa ini yang berupa barang tambang telah dikuasai asing, dan kian hari kian banyak saja bidang yang jatuh ke dalam kekuasaan asing itu sehingga muncul istilah jika bangsa Indonesia adalah kuli di negeri sendiri.

Sayangnya, sejumlah pejabat yang duduk di posisi kunci pemerintahan (bidang ekonomi) dari waktu ke waktu selalu saja diisi oleh pelayan-pelayan kepentingan asing, para makelar imperialisme asing, yang sangat tega terus menggadaikan kekayaan bangsa dan negeri ini sampai benar-benar habis. Mereka yang dulu dikenal sebagai Mafia Berkeley ini, sekarang dikenal sebagai nama NeoLib atau “American Boys”. Dan pemerintahan Esbeye memang dikelilingi oleh orang-orang seperti ini. Presiden pun merasa nyaman dan sepaham dengan mereka karena memang negeri keduanya adalah AS.  Dan lebih dari setengah menteri di dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II adalah orang-orang lulusan AS dan sangat Washington-Oriented.

Lagi, salah satu buktinya, adalah pernyataan Menteri BUMN Mustafa Abubakar yang belum lagi bekerja tapi sudah memantapkan tekad untuk meneruskan langkah privatisasi sejumlah BUMN. Ini berarti meneruskan penggadaian kekayaan nasional ke pihak asing. Kasihan sekali nasib bangsa dan negara ini yang terus-terusan dirongrong oleh pejabat-pejabatnya sendiri sehingga bukan tidak mungkin jika hal ini terus dibiarkan, dalam waktu tidak lama lagi Indonesia akan hancur sebenar-benarnya hancur, atau bisa juga menjadi “negara maju” dengan menjadi negara bagian ke-51 dari United States of America, setelah Hawai.

Dominasi Asing di Indonesia

Agar kita semua bisa melihat dengan jernih dan jelas tentang kondisi bangsa dan negara ini sekarang, ada baiknya kita mengupas sedikit tentang bagaimana sebenarnya keadaan dan fakta riil sebuah bangsa dan negara bernama Indonsesia hari ini. Ada banyak buku dan literatur yang bisa kita paparkan, salah satunya tentu sejumlah tulisan bernas dari nasionalis bernama Kwik Kian Gie yang walau pun matanya sipit namanya terasa ‘asing’, namun jauh lebih nasionalis ketimbang para pejabat kita yang berkulit gelap dan memiliki nama pribumi.

Dalam tulisan selanjutnya akan dipaparkan sebagian fakta ril tentang dominasi asing di negeri ini, sesuatu yang sangat-sangat menyedihkan bagi kita semua. (bersambung/ridyasmara)