Kisah Lengkap Insiden Berdarah Senin Subuh – 51 Pendukung Mursi Gugur (1)

Muslim Brotherhood clash with police in CairoPukul menunjukkan  03:17 dini hari  pada hari Senin 8 Juli,  Dr Yehia Moussa sedang berada di luar gedung garda Republik di Kairo timur untuk shalat subuh. Saat itu Moussa masih menjadi juru bicara resmi kementerian kesehatan Mesir. Tapi dia berada di luar gedung itu dalam kapasitas pribadi. Di sekitarnya terdapat sekitar 2.000 pendukung Ikhwanul Muslimin, Moussa juga ikut berkemah di luar pintu kompleks itu sebagai bentuk protes atas kudeta presiden Mohamed Morsi, yang mereka yakini Mursi berada dalam gedung Garda Nasional tersebut.

Seperti orang lain, Moussa sedang duduk duduk menghadap lapisan  pagar kawat berduri yang melindungi pintu masuk ke gedung itu. Beberapa meter darinya ada Dr Reda Mohamedi, seorang dosen pendidikan di Universitas al-Azhar, dan dekat dengannya , ada Dr Yasser Taha, seorang profesor biokimia al-Azhar. Ketiganya adalah teman-teman dari Universitas Al Azhar, mereka telah berbagi tenda malam itu.

Takdir menentukan lain dalam waktu satu jam setelah itu , Taha ditakdirkan gugur  dengan terjangan peluru di lehernya dan Mohamedi alami luka berat akibat peluru bersarang melalui pahanya. Sedangkan Moussa akan terluka tembak di kedua kakinya dan kehilangan jari telunjuk kanannya.

Ketiganya menjadi korban dari insiden paling berdarah oleh militer Mesir sejak jatuhnya Hosni Mubarak, di mana, menurut angka resmi, setidaknya 51 orang tewas oleh pasukan keamanan Mesir dan setidaknya 435 terluka. Dua polisi dan satu tentara juga tewas dengan 42 militer luka-luka. Pihak militer mengatakan bahwa serangan terhadap demonstran itu dipicu oleh serangan teroris, tanpa disebutkan siapa teroris tersebut.

Pada sekitar 4:00, menurut pengakuan pihak militer, ada 15 orang bersenjata pengendara sepeda motor mendekati gedung garda Republik. Tentara mengatakan bahwa pengendara sepeda motor melepaskan tembakan, karena ada tembakan itu maka massa panik dan mencoba masuk ke dalam kompleks, dan bahwa kemudian tentara tidak punya pilihan kecuali mempertahankan properti mereka dengan cara melakukan penembakan kepada massa.

Namun, penyelidikan yang dilakukan selama seminggu – termasuk wawancara dengan 31 orang saksi, masyarakat setempat dan petugas medis, serta analisis bukti video – tidak menemukan bukti apapun tentang adanya serangan sepeda motor dan hasil analisa merujuk ke  sebuah narasi yang sangat berbeda dengan pengakuan militer, di mana faktanya  pasukan keamanan-lah yang  meluncurkan serangan terkoordinasi pada sekelompok warga sipil yang berdemonstrasi secara damai dan tidak bersenjata.

Tentara menolak permintaan 4 anggotanya untuk diwawancara di tempat kejadian. (bersambung …/Dz)