Kivlan, Moro, dan Nur Misuari

moroEramuslim.com – Ternyata saksi mata mengenai peran mantan Kastaf Kostrad TNI sekaligus mantan Komandan Pasukan Perdamaian Organisasi Kenferensi Islam (OKI) dalam penyelesaian konflik di Filipina selatan (Moro), Kivlan Zein, banyak yang melihatnya secara langsung

Salah satunya di antaranya adalah wartawan senior Republika, Selamat Ginting. Dia pun berkenan mengisahkan pengalamannya semasa masih mengawali kariernya sebagai jurnalis sekitar 20 tahun silam.

‘’Setelah perundingan antara Filipina dan Gerilyawan Moro usai, yakni pada tahun 1996, berangkat ke Filipina selatan. Di sana saya ketemu dengan gerilyawan Moro. Begitu ketemu mereka langsung bertanya: Anda dari mana? Saya jawab dari Medan.Oh Pak Kivaln anak Medan juga sama dengan Anda. Nah, di situ saya langsung paham Pak Kivlan sangat dikenal di wilayah yang terdiri dari banyak pulau itu,’’kata Selamat Ginting, Selasa malam (3/5).

Yang lebih unik lanjut Ginting, Kivlan rupanya pernah bicara panjang lebar kepada Nur Misuari tentang sejarah TNI yang juga lahir dari massa lasykar rakyat. Dia rupanya ingin memberi tahu sekaligus menyakinkan bahwa di Indonesia pun pernah terjadi penataan tentara (reorganisasi tentara/Rera) pada masa awal kemerdekaan.

Kivlan menerangkan kepada Nur Misuri bahwa saat dilakukan ‘Rera’ maka tidak semua anggota lasykar rakyat dapat  menjadi anggoat TNI aktif dan profesional.Saat itu Nur Misuari berkukuh bahwa seluruh gerilyawan Moro harus menjadi anggota tentara Filipina.

‘’Di nasiihati Kivlan seperti itu, rupanya Nur Misuari pun menurut. Dia sepaham atau setuju atas pemikiran Kivlan,’’ ujar Ginting.

Nah, melihat langsung peristiwa itu, maka Ginting pun mengakui sangat bisa mengerti bila Kivlan kemudian punya jaringan luas di kalangan gerilyawan di Filipina selatan.

Menurut Ginting, pihaknya bisa maklum bila sampai Nur Misuari, raja Sulu, atau orang pentng di wilayah Filipina selatan itu banyak yang meminta Kivlan agar menikahi putrinya. Apalagi di ajang konperensi OKI yang berlangsung setelah itu nama Kivlan berkibar-kibar dan harum. Dia dianggap mampu menjadi jembatan perdamaian antara tentara Filipina dengan lasykar bersenjata Moro.

‘’Apalagi waktu itu Kivlan lagi ganteng-gantengnya memang. Dengan status sebagai komandan pasukan perdamaian, maka tak bisa dibantah Kivan memang menjadi idola di wilayah Moro. Bahkan marinir Filiina pun banyak kenal dia. Hebatlah dia, Saat itu saya bisa leluasa liputan di Moro (Filipina selatan) dengan jual nama dia. Semua orang penting di sana rupanya kenal Kivlan,’’ ujar Ginting.

Kivlan Gertak Misuari

Sebagai sebagai seorang wartawan senior maka Ginting pun menuliskan sendiri pengalamannya ketika berinteraksi dengan Kivlan Zein, Nur Misuari, dan para gerilyawan Moro. Beginilah kisahnya:

Pada 1996, saya ditugaskan untuk meliput perjanjian perdamaian antara pemerintah Filipina dengan Moro National Liberation Front (MNLF) atau Front Nasional Pembebasan Moro yang dipimpin Nur Misuari. Perjanjian dilakukan di sebuah hotel di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Salah satu pesan dari redaktur internasional adalah mewawancarai Nur Misuari. Utamanya soal nasib laskar Moro, apakah bisa diterima bergabung dalam Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) atau harus seperti apa?

Saat itu Menteri Luar Negeri Ali Alatas, kami memanggilnya Pak Alex, menjadi tokoh yang menjadi pihak kunci dalam perjanjian tersebut. Ia menjadi pemimpin perundingan, sekaligus sebagai penengah.

Namun untuk masalah militer, ABRI menempatkan sosok Brigadir Jenderal Kivlan Zen yang telah bertugas selama sekitar satu tahun di Filipina Selatan. Tugas khusus sebagai observer itu membuat namanya dikenal di kalangan negara-negara Organisasi Konferensi Islam.

Moro dan Umat Islam

Maklumlah, Moro banyak dibantu negara-negara Islam. Karena dalam sejarahnya bala tentara ‘Kristen kolonialis Spanyol’ memang tidak pernah berhasil menguasai kepulauan di Filipina Selatan itu yang sudah lebih dahulu dikuasai ‘kerajaan Islam’.

Namun seperti Indonesia, Filipina adalah negara pluralis, sehingga kelompok Muslim pun menjadi warga bangsa yang punya hak sama dengan kelompok Katolik yang mayoritas.

Nah, sore itu, radio panggil saya terus berbunyi. isinya: meminta laporan perkembangan wawancara dengan Nur Misuari.

kivlan2Saya sadar tidak mudah untuk bisa wawancara khusus dengan Misuari. Jalan pintasnya hanya satu, membujuk Brigjen Kivlan Zen agar bisa membawa Nur Misuari di sebuah pojok ruangan di hotel Sari Pan Pacific.

Dan ketika permintaan wawacarara dengan Nur Misuari disampaikan kepada Kivlan, saya sungguh terkejut. Ternyata Kivlan langsung menyetujui permintaan saya itu.

Nur Misuari Berusaha Mengulur Perundingan

Selang, sekitar 30 menit kemudian, Kivlan pun sudah mendatagi saya dengan menggandeng Misuari . Dia membawa Nur Misuari ke sebuah ruangan yang sudah dijanjikan.

Semakin terkejut lagi setelah di ruangan itu pun Kivlan marah kepada Misuari, karena mencoba memperlama atau mengulur waktu perundingan. Kivlan mendesak agar Nur Misuari segera saja menerima hasil perundingan.

“Sudah terima saja permintaan pemerintah Filipina daripada kamu tidak dapat apa-apa. Ibaratnya dari 10 yang kamu minta, kamu sudah dapat 8. Kalau kamu tidak mau terima, saya juga tidak mau bantu kamu lagi,” ujar Kivlan kepada Misuari.

Mendengar perkataan Kivlan, Misuari pun mengangguk-angguk. Gertak Kivlan ini dilakukan persis di depan saya yang sudah menunggu di sebuah ruangan.

Setelah itu, Kivlan meminta Misuari untuk meladeni wawancara. Saya pun mulai mewawancarainya seputar nasib sekitar 15 ribu laskar MNLF. AFP (angkatan perang Filipina) hanya menyetujui sekitar 5.000 laskar yang bisa diakomodasi dalam AFP. Sementara MNLF meminta seluruhnya.

Untuk mengatasi kebuntuan, maka Indonesia pun akhirnya menawarkan jalan tengah, sekitar 7.500 laskar yang bisa diterima dalam AFP. Dengan catatan urusan kepangkatan menjadi kewenangan AFP.

‘’Saya tahu memang tidak mungkin seorang letnan jenderal MNLF otomatis menjadi letnan jenderal pula di AFP. Apalagi dalam struktur AFP, bintang tiga hanya untuk empat orang, yakni Panglima AD, Panglima AL, Panglima AU, dan Wakil Kepala Staf AFP. (jw/sumber: Republika Online)