Rahasia Besar Milisi-Milisi Amerika (1)

Disamarkan dan diam-diam, tim serangan itu beringsut selama lebih dari lima jam di sebuah lorong berdinding batu. Karena harus merangkak sejauh 200 meter, perut mereka bergesekan dengan tanah. Target mereka adalah sebuah penjara negara bagian di Ohio timur, dan setiap anggota yang dipilih sendiri dari Red Tim 2 itu tahu apa yang mereka pertaruhkan: Tahun 2014, dan generasi baru terorisme neo-Islam yang merajalela di Michigan, Illinois, Indiana dan Ohio.

Pemerintahan Gedung Putih saat ini diyakini pro-Muslim dan banyak mengakomodasi kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok Islam yang banyak tersebar. Misinya: Hancurkan pos komando teroris atau gugur dalam tugas. Setiap anggota harus "steril"—tanpa tag nama atau lambang identitas lainnya. Semuanya harus serba rahasia. "Siapapun yang tertangkap atau ditangkap sama sekali tidak diizinkan untuk menyatakan identitas," tegas seorang pejabatnya.

Saat malam tiba, mereka mulai melancarkan serangan. Singkat, semburan M-16 mereka memotong penjagaaan perimeter. Setelah melewati gerbang belakang, mereka menyebar dan mengosongkan daerah yang sudah dijejakki dengan rentetan api sebagai pengalih. Ketika sebagian orang yang diserang berusaha menghalau tim kecil itu, serangan utama menyambar dari sisi yang berlawanan. Red Team 1 meledak melalui pagar rantai, membungkus pertahanan dengan tembak-menembak mematikan. Penembakan itu kemudian berakhir dalam hitungan menit.

Asap tebal dari granat membumbung di langit. Pihak yang diserang kelabakan, dan markas terbakar.

Inilah pelatihan yang dilaksanakan Agustus silam. Sebuah simulasi pertempuran dari Ohio Defense Force, sebuah milisi swasta yang mengklaim telah memiliki 300 anggota aktif di seluruh negara bagian. Mereka dilaporkan menembak dengan lebih baik dan bergerak dalam sebuah regu, dan mereka memiliki amunisi dalam jumlah besar. Pelatihan mereka—sama sekali bukan main-main dan permainan. Mereka menguasai cara penyergapan, misi sniper, pertempuran jarak dekat dan konfrontasi infanteri lainnya.

Apa yang membedakan mereka dengan klub menembak lainnya adalah berlakunya prospek pertumpahan darah yang sebenarnya. Anggota Ohio Defense Force meyakini bahwa pertumpahan darah adalah bagian dari pekerjaan mereka. Nyata dan ada. Logo mereka menerakan seorang pria dengan senapan dan topi tricorn, dengan tulisan "Todeay’s Minutemen." Lambang ini mengundang pertanyaan, siapakah redcoats—mereka yang berseragam merah itu? Mereka tampaknya tidak mengambil sebuah posisi resmi, tetapi banyak dari mereka yang diwawancarai selama dua hari pelatihan di Penjara Roseville menyuarakan kecurigaan suram tentang presiden mereka, Barack Obama dan pemerintah federal pada umumnya.

"Saya tidak tahu siapa redcoats," kata Brian Vandersall, 37. "Bisa saja pasukan PBB. Bisa juga pasukan federal. Atau Blackwater, yang kemarin dipakai dalam insiden bencana Katrina. Juga bisa jadi pasukan Meksiko yang melintasi perbatasan."

Skenario keberadaan mereka menggambarkan sebuah unit peleton, berseragam, dengan "perangkat, komunikasi, kemampuan enkripsi dan dukungan keras kendaraan militer." Milisi ini dilatih untuk melawan melawan sebuah kekuatan taktis dari Bureau of Alcohol, Tobacco, Firearms and Explosives (ATF), FBI atau National Guard. "Siapa pun mereka," Vandersall mengatakan, "kita harus siap."

Ketika para anggota milisi itu berlalu, Ohio Defense Force berubah menjadi moderat. TIME melakukan investigasi selama enam bulan untuk mengungkapkan bahwa perekrutan, perencanaan, pelatihan dan seuran eksplisit kepada perang sedang meningkat, seperti juga invest atau igasi kriminal oleh FBI dan otoritas negara.

Inilah waktu yang beririsan besar dengan era konfrontasi pada 1990-an di Ruby Ridge, Idaho, dan Waco, Texas, dimana hak radikal menjadikan kemungkinan ancaman terhadap Presiden dan target pemerintah lainnya meningkat begitu hebat. Dengan kekerasan yang sudah dianggap sebagai sesuatu yang sederhana, FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri atau Department of Homeland Security (DHS) menitikberatkan dua bahaya besar: bahwa kelompok radikal bersenjata akan bermunculan sebagai dalih mempertahankan diri, dan mereka yang bahkan sendirian dan terisolasi, telah terlatih dan diindoktrinasi untuk perang.

Bahkan komandan milisi paling vokal sekalipun khawatir akan skenario terakhir. Kevin Terrell, seorang kolonel yang mendirikan kelompok "pejuang kemerdekaan" di Kentucky memprediksi perang dengan "preman" di Washington mungkin terjadi dalam waktu satu tahun ke depan."Ada yang keluar dari kelompoknya, dan yang lainnya bersedia menunggu beberapa waktu. Anda harus memiliki campuran bahan bakar udara yang tepat, piston harus pada posisi yang tepat, percikannya harus sempurna pada waktunya," katanya. "Harinya akan datang—cepat atau lambat."

Dengan peta ideologi yang lebih kompleks, sebagian besar kelompok radikal bersenjata saat ini dihubungkan oleh sebuah semangat patriot, yang menekankan perlawanan terhadap tirani dengan kekuatan senjata dan menolak gagasan bahwa pemilu dapat memperbaiki negara yang terus-menerus sakit.

Di antara keyakinan paling umum adalah bahwa Amandemen Kedua—hak untuk menjaga dan menanggung beban—akan menjadi batu sandungan Konstitusi, karena hanya rakyat bersenjatalah yang akan akan mendapatkan haknya. Segala bentuk peraturan senjata, karena itu, adalah tanda pasti dari niat untuk menghancurkan kebebasan lainnya. Pemerintah federal kerap dilaporkan di kalangan milisi telah membuat grosir kekuasaan kejang-kejang. Amandemen ke-16, disinyalir hanya memberikan kewenangan kepada pajak pendapatan federal, dan diratifikasi melalui penipuan. Itulah fenomena yang tengah muncul di negara itu.

Gerakan bersenjata antipemerintah ini menggambarkan dirinya sebagai pewaris negeri. Mereka menganggap bahwa negeri mereka sekarang menjadi tiran asing. "Ini seperti bangun di pagi hari di belakang garis musuh," kata Terrell. Terrel mengatakan dia mencium sebuah seting tertentu ketika FBI menangkap sembilan anggota milisi Hutaree Michigan pada bulan Maret dan mendakwa mereka dengan perencanaan membunuh polisi. (Sidang mereka akan dimulai pada bulan Februari mendatang). Terrell dan rekan-rekan lainnya disiapkan mengantisipasi suasana itu. "Ada banyak warga negara di luar sana di semak-semak, terkunci dan mungkin akan meledak," katanya. "Hanya karena mukjizat perang sipil tidak terjadi di sana."

Beberapa kelompok, meskipun tidak secara terang-terangan, beraliran warisan supremasi dari Posse Comitatus, yang mendirikan gerakan milisi modern di tahun 1970-an. Sebagian didorong oleh aliran kekerasan Kristen milenium. Sebagian lagi percaya bahwa Washington adalah musuh sekunder, agen dari suatu tatanan dunia distopia baru.

Bersambung

(sa/time)