Barat Kufar Mulai Tinggalkan Istilah “Negara Islam” atau ISIS, Mulai Pakai istilah “Daesh”

ISIS ASEramuslim.com – Pejabat negara-Negara Barat kini menuruti saran pakar bahasa agar tak lagi menyebut militan khilafah sebagai bagian dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Alternatif sebutannya kini adalah ‘Daesh’, akronim dari Bahasa Arab Dawlat al-Islamiyah f’al-Iraq w Belaad al-Sham.

Secara substansi makna, Daesh sebetulnya sama saja. Tapi kabarnya petinggi ISIS geram mendengar sebutan ini. Bahkan ulama radikal di Kota Mosul, ibu kota para militan khilafah, sudah memfatwakan agar siapapun yang menggunakan panggilan itu dipotong lidahnya.

The Independent melaporkan, Jumat (4/12), Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan tak akan lagi menggunakan istilah ISIS. “Media-media massa di Inggris seharusnya juga menggunakan istilah Daesh,” ujarnya.

Bagi lidah Arab, pelafalan ‘daesh’ mirip kata ‘Daas’ yang artinya ‘hancur lebur’. Arti alternatif berikutnya tak kalah buruk, karena daesh rentan salah didengar menjadi ‘dahes’: orang-orang gemar memicu pertengkaran alias provokator.

“Jika kita terus menggunakan kata ‘negara Islam’ sama saja melegitimasi kelompok teror barbar tersebut. Mereka bukan wakil sebuah negara maupun representasi Islam,” kata Cameron.

Lebih dari 120 anggota parlemen Inggris, mengirim surat terbuka menuntut kantor berita publik BBC, agar mengganti sebutan ISIS dengan Daesh. Tapi redaksi BBC menolak, karena tidak ada dasar logis yang secara substansial membedakan kata itu dari ‘ISIS’ yang digunakan selama ini.

Pejabat negara-negara Teluk, contohnya Arab Saudi dan Qatar, sudah lebih dulu menyebut ISIS sebagai Daesh, dengan konotasi negatif. Sebagian negara Eropa kini perlahan ikut mengganti sebutan ISIS. Prancis termasuk yang sejak beberapa bulan lalu sudah menyebut para militan bagian dari Daesh.

Sebelum dilengserkan, mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengajak para kepala negara mengganti sebutan ISIS dengan Daesh. Dia sudah mendengar kabar nama itu tidak disukai Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi maupun milisi khilafah.

“Mendengar militan membencinya membuat saya semakin tertarik memakai istilah itu,” kata Abbott.

Oleh karena itu janganlah ikuti kaum kufar .(ts/Merdeka)