Buwas Bikin Tim Petrus Untuk Gembong Narkoba, Seharusnya Koruptor Juga Di-Petrus-kan Saja

buwas1Eramuslim.com – Petrus atau penembak misterius, begitu erat kaitannya dengan masa pemerintahan Presiden RI ke-2 Soehartobuat berantas premanisme. Ide kontroversi itu kini rencananya segera dihidupkan kembali. Kepala Badan Narkotika Nasional(BNN) Budi Waseso jadi pencetusnya.

Di era Soeharto atau orde baru, kehadiran Petrus begitu ampuh membuat para preman ketar-ketir. Para penembak misterius ini tidak segan menembak mati maupun menjerat preman hingga mati. Pasukan ini diisi anggota ABRI.

Kehadiran Petrus di Tanah Air berawal dari muaknya Soeharto melihat kejamnnya pelaku kejahatan. Mulai perampokan, pemerkosaan, pembunuhan maupun kombinasi ketiga tindakan keji itu.

Dia tidak membantah pasukan Petrus dibuat. Semua semata-mata bertujuan agar masyarakat hidup tenang tanpa ketakutan akan tindak kriminalitas. Mayat para preman sengaja dibuang hingga jadi tontonan masyarakat. Membuat para penjahat lainnya makin pucat dengan aksi para petrus.

“Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! Dor! Begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak,” kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana.

Kisah kedigdayaan Petrus ini mungkin menginspirasi Budi Waseso untuk kemudian kembali dihidupkan demi memberantas peredaran narkoba. Kegeramannya kepada bandar dan pengedar barang haram itu, membuat dia seolah tiru gaya Soeharto dengan membuat pasukan serupa.

Sejak jauh hari Budi Waseso menyatakan kesiapan timnya menembak mati gembong narkoba. Biar makin garang dan menakutkan, dia memberi nama timnya itu ‘Petrus’. Akronim maupun tugas tim itu sama laiknya para Petrus di era Soeharto.

Tim Petrus bentukan mantan Kabareskrim ini juga beranggotakan Polisi dan TNI. Dikatakan Budi Waseso, tim Petrus dibentuk karena hukum di Indonesia masih kurang tegas terhadap gembong narkoba. Tim Petrus akan ditempatkan di wilayah-wilayah perbatasan di mana kerap dijadikan jalur masuk narkoba dari negara lain.

“Secara teknis, Tim Petrus akan bergerak setelah mengantongi data dan identitas bandar atau pengedar dari hasil penyelidikan mendalam BNN. Sehingga tidak akan salah. Karena kita berikan data setelah betul-betul diketahui target memang betul bandar atau pengedar narkoba,” tegas Budi Waseso di Surabaya, kemarin.

Budi Waseso sengaja memprioritaskan para Petrus ditempatkan di perbatasan. Dia meyakini banyak jalur narkoba dari Malaysia dan Singapura meloloskan zat adiktif itu. Selama ini distribusi narkoba di Indonesia dibawa jaringan internasional.

Kesepakatan membuat Petrus telah dikoordinasikannya dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Keduannya kompak dan sepakat tembak dan tak memberi ampun gembong narkoba.

“Makanya saya sepakat dengan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengatakan proxy war sudah dimulai. Karena itu, saya minta TNI jangan ragu tembak mati di tempat (pelaku narkoba),” tegasnya.

Alasan lain Budi sengaja membuat Petrus, lantaran miris melihat lemahnya hukum Tanah Air kepada narkoba. Indonesia masih kalah galak dibanding Malaysia dan Singapura dalam memberikan hukum kepada pengedar maupun pemakai narkoba.

Menurut dia, kedua negara itu tidak hanya berani menghukum berat pengedar. Para pemakai juga mendapat sanksi sama, yakni hukuman mati. Maka dari itu, dia berharap segera adanya perubahan undang-undang pemberantasan narkotika di Indonesia.

“Di Malaysia dan Singapura, menerapkan hukuman mati. Bahkan kepada penggunanya. Sementara di Indonesia, penerapan hukuman mati hanya berlaku bagi bandar dan pengedar. Sementara penggunanya, hanya direhab saja,” ungkapnya.

Lemahnya penegakan hukum Indonesia dalam pemberantas narkoba nampak di depan mata. Tengok saja kasus gembong narkoba Freddy Budiman. Meski telah telah divonis hukuman mati, gerakkan Freddy tetap licin. Bahkan dia disebut-sebut mampu mengendalikan peredaran narkoba nasional dari dalam penjara. Kondisi ini membuat Budi makin geram dan menyebut hukum di Indonesia belum ketegasan bagi pemberantasan narkoba.

Masalah narkoba di Tanah Air bisa dikatakan sudah sampai titik nadir. Penanganan serius perlu dilakukan secepatnya agar generasi muda tidak terperosok ke lembah hitam.

Ngototnya Budi berantas narkoba bukan sekedar gagah-gagahan. Dia mengakui Indonesia termasuk pasar subut beredarnya barang haram itu. Tidak heran bila negara ini jadi target jaringan internasional.

“Apalagi Indonesia menjadi sasaran pasar utama di peta jaringan narkotika internasional. Jadi perlu undang-undang khusus yang tegas agar ada efek jera,” terangnya.

Langkah Buwas patut diapresiasi. Dan sebaiknya para koruptor yang masih saja cengar-cengir tatkala digelandang KPK, atau yang kabur-kaburan macam Gayus, di-Petrus-kan saja. ts)