Inilah Data BPS Soal “Kehebatan” Ahok

anti ahokEramuslim.com – Pengamat ekonomi-politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamuddin Daeng, mencatat beberapa “kehebatan” Gubernur DKI Jakarta Ahok dalam bidang ekonomi berdasarkan Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. Berikut catatannya.

  1. Membuat Inflasi Tinggi Berada di Atas Rata Rata Nasional. Tingkat inflasi DKI Jakarta pada bulan Juni 2015 mencapai 0,35%. Laju inflasi Tahun 2015 (Januari-Juni) mencapai 0,98% dan laju inflasi tahun ke tahun (y on y) mencapai 7,59%. Inflasi Indonesia 7,26%. Dengan demikian kenaikan harga di DKI jauh berada di atas rata rata nasional.
  2. Ekspor yang Melalui Jakarta Menurun. Nilai ekspor melalui Jakarta bulan Mei 2015 mencapai US$ 3,87 miliar atau mengalami penurunan 4,74% dari nilai ekspor bulan April 2015 sebesar US$ 4,07 miliar.
  3. Hunian Kamar Hotel Menurun. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan Mei 2015 mencapai 58,72%. Jika dibandingkan dengan Mei 2014 mengalami penurunan 0,90 poin.
  4. Pertumbuhan Ekonomi yang Rendah, Bahkan Negatif. Pertumbuhan ekonomi Jakarta – 0.12 persen (Q to Q) atau berarti menurun dibandingkan kuartal pertama tahun sebelumnya. Jakarta merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan terburuk dalam tahun 2015, yang berkontribusi besar memperburuk pertumbuhan ekonomi nasional.
  5. Tingkat Kesenjangan Ekonomi yang Sangat Tinggi. Ini diukur dengan koefisien Gini Rasio, yakni 0,43 (Maret 2015). Kesenjangan ekonomi DKI Jakarta termasuk kategori parah. Bahkan, kesenjangan ekonomi di DKI Jakarta adalah yang terparah setelah Papua Barat, yakni 0,44. Ini berarti Jakarta menghasilkan segelintir orang kaya yang semakin kaya dan semakin banyak orang miskin yang semakin miskin.

Lalu, sumber lain menyebutkan, salah satu prestasi Ahok dalam tahun 2015 ini adalah sukses membuat penyerapan anggaran DKI Jakarta sangat rendah. Hingga Juni 2015, penyerapan anggaran APBD 2015 di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkup Pemprov DKI Jakarta baru terpakai 9,98% dan belanja modal baru terpakai 2,2% dari nilai anggaran.

Demikian catatan Salamuddin Daeng. Orang Betawi punya ungkapan untuk menggambarkan orang dengan “prestasi” seperti itu: ngomong seplampangan, ditaker kagak ada secentong. Juga ada akronim “mandor kawat”: kerja kendor, makan kuat. Bayar pajak nunggak. Eh….(ts/pribuminews)