Kami Ingin di Sini, Kami Ingin Mati dan Dikubur di Sini

474554900Eramuslim.com – Sekitar 330 pengungsi Rohingya di Aceh Utara, Aceh menolak dipulangkan ke Myanmar. Kini mereka ditampung dan menempati bangunan di pelelangan ikan di Desa Kuala Cangkoi, Kecamatan Tanah Pasir, Aceh Utara.
Dari penuturan pengungsi Rohingya Muhammad Husen, mereka pergi dari Myanmar pada Februari 2015 lalu.
Selama 3 bulan terkatung-katung di Selat Malaka dengan makanan dan minuman yang terbatas, mereka terpaksa mencampur air tawar dengan air laut. Warga Rohingya berharap tidak dikembalikan ke Myanmar.
“Aku tak mau pigi (pergi). Kalau mau pigi antar lebih baik mati di Aceh. Kalau diantar ke sana dalam 1 atau 2 hari sampai 1 bulan kita akan mati,” kata Muhammad Husen dengan bahasa melayu terbata-bata.
Sementara, salah satu pengungsi Muslim Rohingya di penampungan Pelabuhan Kota Langsa Khairul Basyar, mengungkapkan kebahagiaannya bisa mendarat di Aceh.
Jiddan sururan… Jiddan sururan, (kami sangat berbahagia)” kata-kata itu terus diulang Khairul.
Khairul mengisahkan, di Myanmar ia dan warga Rohingya lainnya tidak diperbolehkan shalat.
“Tidak ada sekolah. Kami tak boleh shalat,” lanjut Khairul.
Namun sekarang, Khairul bersama ratusan warga Rohingya lainnya bisa melaksanakan shalat dan membaca Al Qur’an setiap hari.
“Saya bisa makan dan minum sehari tiga kali. Sebelumnya, berbulan-bulan di lautan tak ada yang bisa kami makan. Kami di sini telah cukup. Kami bisa shalat, bisa membaca Al-Qur’an dan berdoa setiap hari,” tutur pria yang fasih berbahasa Arab itu.
Sementara itu, Muhammad Hasan, remaja Rohingya yang fasih berbahasa Inggris, mengungkapkan keinginannya untuk untuk tinggal dan menetap di Aceh.
Hati emas para nelayan Aceh yang telah membawa para pengungsi itu ke daratan, betul-betul membuat mereka haru dan terkesan.
“Kami tidak ingin ke Saudi Arabia, kami tidak ingin ke Amerika. Kami hanya ingin di sini. Kami ingin mati dan dikubur di sini,” tandasnya lirih.
Ketika ditanya apakah ia rindu kampung halaman? Hasan, dengan tegas menjawab, “Daripada Anda kembalikan kami ke pemerintah Myanmar, lebih baik Anda bunuh kami di sini.”(rz/Atjehcyberwarrior)