Ketua MPRRI: Maulid Nabi untuk Teladani Perjuangan Rasul, Bukan Hanya Tradisi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang setiap tahunnya menjadi tradisi umat Islam di Indonesia, tidak hanya menjadi ceremonial saja, melainkan dapat membawa manfaat berupa perubahan perilaku dalam keseharian yang mengikuti keteladanan Rasulullah.

"Ini bagian dari tradisi, dan kalau dengan tradisi itu kemudian secara ceremonial orang kembali diingatkan lagi dengan keluhuran Nabi Muhammad SAW, untuk kemudian mencontoh beliau, ya saya berharap itu menjadi sesuatu yang ada manfaatnya, "kata Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid menanggapi semaraknya peringatan Maulid Nabi oleh masyarakat muslim di Indonesia.

Menurutnya, acara peringatan yang melibatkan kepanitiaan, serta anggaran yang tidak sedikit itu, memang seharusnya membawa manfaat yang besar menuju kearah perbaikan akhlaq, perilaku, ibadah dan muamalah.

"Umat maupun pemimpinnya diingatkan untuk mencontoh Nabi Muhammad SAW baik akhlaqnya, ibadahnya, muamalahnya, perilakunya terhadap keluarga, perilakunya terhadap lingkungan. Harus diarahkan ke sana, agar jangan sampai peringatan ini hanya sesuatu yang bersifat rutinitas, tapi tidak ada sesuatu yang meningkatkan kualitasnya, "tegas Mantan Presiden PKS ini.

Selain itu, lanjut Hidayat, Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang secara tegas mengatakan ‘barang siapa yang hari ininya sama dengan hari kemarin, dia termasuk merugi, siapa yang harinya lebih buruk dari kemarin dia adalah orang yang dzalim, hanya siapa yang hari ininya lebih baik dari kemarin dia adalah orang yang beruntung’, artinya beliau mengajarkan kepada pengikutnya untuk lebih baik dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun.

"Nah kalau tahun lalu kita sudah memperingati Maulid Nabi, tahun ini akan memperingati Maulid lagi, hendaknya tahun ini lebih baik dari tahun lalu, dalam perilaku pribadi, ibadah, muamalahnya, dalam hubungan dengan keluarga dan lingkungan, "imbuhnya.

Mengenai anggapan bahwa peringatan Maulid Nabi hanya bersifat mubazir, Hidayat menegaskan, jika peringatan itu dilakukan untuk mengingatkan agar umat Islam mengamalkan keteladanan Rasul, hal itu sah-sah saja. Sebab, dalam kegiatan itu lazimnya diisi dengan tausyiah dari para mubaligh yang tentunya mengajarkan kebaikan dan akhlaq mulia yang perlu dicontoh oleh pengikut Rasulullah.

"Tidak wajar kalau dalam Maulid itu disampaikan fitnah, pecah belah, atau sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, itu tidak boleh, " pungkasnya. (novel)