Malaysia Resah dengan Tayangan Sinetron Indonesia

Kegelisahan terhadap program tayangan televisi Indonesia bukan hanya dirasakan ditanah air, Pemerintah Malaysia juga menyampaikan kecemasan terhadap gejala di masyarakatnya yang sudah mulai menyukai program tayangan yang berasal dari Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo Yusuf Suprawoto dalam jumpa pers bersama MUI dan KPI, di di Kantor Badan Informasi Publik, Departemen Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu(26/9).

"Di Malaysia sudah ada kekhawatiran terhadap sinteron Indonesia, karena banyak mengandung unsur mistik, pornografi dan kekerasan, "ujarnya.

Keluhan terhadap sinetron Indonesia ini datang langsung dari Meteri Penerangan Malaysia, di mana masyarakat di negeri jiran itu sudah mulai terpengaruh setelah menonton tayangan acara dari Indonesia, bahkan sidang partai di Malaysia menjadi tertunda jadwalnya, karena para pesertanya menonton sinetron terlebih dulu.

Lebih lanjut Yusuf mengatakan, pihaknya selama 24 jam baik selama bulan Ramadhan maupun sebelumnya terus melakukan monitoring yang kemudian hasilnya itu akan diserahkan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dan sepanjang monitoring mulai pertengahan Maret-Agustus 2007 telah ditemukan sebanyak 2. 686 pelanggaran siaran.

"Dalam satu episode, biasanya terjadi kurang lebih 5 bentuk pelanggaran, dan itu terjadi pada program siaran yang prime time, "jelasnya.

Namun, pada bulan Ramadhan tayangan mistik masih sering terlihat menghiasi layar kaca stasiun televisi Indonesia, dengan penggambaran azab akibat perbuatan jahat semasa diduni, yang sebenarnya sangat menyalahi ajaran agama Islam.

Di tempat yang sama, Anggota Komite Independen Pengawasan Pornografi Pornoaksi (KIP3) Juniwaty M. Sofwan menegaskan, gejala seks permisif akibat tayangan televisi sudah melanda kalangan remaja Indonesia, karenanya sambil menunggu diundangkan UU Pornografi pihaknya akan memberikan pelatihan kepada Ibu Rumah Tangga, Pemimpin Organisasi, dan remaja agar mampu mengkritisi isi media baik cetak maupun elektronik.

"Kita himbau supaya Ibu-ibu mengerti apa yang anaknya lihat ditelevisi, kapan waktunya mematikan televisi, "imbuhnya. (novel)