SBY : Krisis Politik Sebagai Dampak Militer Mesir Tidak Dilibatkan di Revolusi 2011

sby2Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengomentari kondisi Mesir belakangan ini. Menurut dia, Mesir sudah pada tahap berbahaya, sulit, dan mengundang simpati masyarakat luas.

Ia menilai pascakejatuhan pemerintahan Presiden Muhammad Mursi, ada euforia masyarakat. Tetapi, lanjutnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh semua elemen.

“Bacaan saya pribadi, ketika revolusi sudah selesai, presiden mubarak berhenti jadi presiden, dengan euforia tinggi, semangat perubahan, tampaknya mungkin tidak smua elemen mendapat peluang yang sama, bahkan mungkin juga kaum militer di sana tidak lagi memiliki peran, bahkan mungkin merasa di pinggiran,” katanya saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/7).

Ia membandingkan dengan kondisi Indonesia pada 1998 yang hampir mirip dengan Mesir saat ini. Kala itu, Indonesia sepakat melakukan perubahan besar dan mengajak semua pihak, tidak ada yang ditinggalkan.

Militer Tanah Air yang semula kuat pada awal reformasi mendapat tekanan luar biasa. Pada akhirnya, militer pun melakukan reformasi internal. Menurutnya, reformasi internal tersebut sama artinya dengan dukungan penuh militer terhadap gerakan reformasi. Artinya, militer pun sejak awal sudah menjadi bagian dari reformasi.

Militer pada hakikatnya menerima perubahan tersebut dan diikutsertakan dalam proses tranformasi besar-besaran di Tanah Air. Hal itulah yang SBY nilai tidak terjadi di Mesir. Militer Mesir tidak mendapatkan peran dan cenderung diabaikan.

Karena itu, menurut dia, kalau terjadi perubahan besar, siapa pun yang memimpin sudah selayaknya tetap memikirkan rekonsiliasi dengan mengajak semua elemen masyarkat.

“Menurut saya, sekarang pada titik yang sangat sulit, kita sebagai sahabat Mesir mudah-mudahan dalam keadaan seperti ini kedua belah pihak bisa menahan diri untuk tidak lebih banyak lagi korban. Rekonsiliasi, kompromi apa yang bisa dilakukan,” katanya.

Ia juga meminta agar masyarakat internasional, khususnya PBB, bisa lebih aktif untuk mencarikan solusi persoalan Mesir. Negara-negara tetangga Mesir pun akan lebih baik jika membuat suasana lebih teduh, bukan justru memisah-misahkannya. (RoL/KH)