Konflik Dua Faksi Palestina Itu Akhirnya Berakhir

Faksi Palestina yang saling bersaing Fatah dan Hamas akhirnya menandatangani perjanjian rekonsiliasi penting pada hari Rabu kemarin (4/5), mengakhiri keretakan empat-tahun yang telah membagi wilayah Palestina dan berusah mewujudkan sebuah negara Palestina di masa depan. Kesepakatan perdamaian Hamas-Fatah bagi telah membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai "pukulan mematikan bagi perdamaian."

Perjanjian, yang diikuti tahun-tahun konflik antara dua gerakan Palestina ini diharapkan akan membuat perubahan iklim politik dunia Arab dan kebuntuan dalam pembicaraan perdamaian yang diprakarsai AS dengan Israel.

Sebuah pemerintah persatuan diramalkan akan dibentuk oleh kesepakatan rekonsiliasi sehingga memungkinkan Palestina untuk berbicara dengan satu suara jika mereka bergerak ke depan dengan rencana untuk meminta PBB mengakui Palestina sebagai sebuah negara selama sidang tahunan Majelis Umum bulan September mendatang.

Dengan penandatanganan hari Rabu, Presiden Palestina Mahmud Abbas, yang mengatur Otoritas Palestina Tepi Barat, bergabung dengan Khalid Misyal, pimpinan Hamas yang berbasis di Suriah, yang menolak eksistensi Israel dan didukung oleh Iran.

Penandatanganan rekonsiliasi ini disambut dengan perayaan gembira di wilayah Palestina.

Kedua pemimpin Palestina menekankan arah Palestina bersatu, di man Misyal menyatakan penandatangan rekonsiliasi itu berarti Palestina akan memiliki "satu kepemimpinan, satu keputusan."

"Tujuan nasional secara umum adalah dengan mendirikan negara Palestina yang independen dengan kedaulatan di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem sebagai ibukota, tanpa pemukiman yahudi, dengan hak kembali pengungsi Palestina, pemimpin Hamas tersebut mengatakan. (fq/ap)