Berita Palestina

Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan Selasa kemarin (9/8) bahwa otoritas pendudukan Israel (IOA) selalu mengintimidasi kaum Muslimin Palestina di bulan suci mereka, menambahkan bahwa para pemukim Yahudi sengaja dipaksa berjalan-jalan di dalam area masjid Al-Aqsha yang hal itu dimaksudkan untuk memprovokasi dan merusak ritual puasa umat Islam.

Sejak Selasa pukul 07:00 kemarin (9/8), polisi mengawal sekelompok warga Yahudi yang memasuki masjid melalui gerbang Mughrabi dan jumlahnya lebih besar daripada mereka yang memasuki masjid sehari sebelumnya.

Sumber-sumber lokal mengatakan kepada wartawan PIC bahwa sekelompokpejuang Brigade Al-Qassam mendeteksi infiltrasi unit tentara Israel di dekat tempat pembuangan sampah di Juhr Al-Deek.

Para penjaga masjid Al-Aqsha mengatakan polisi pendudukan Israel mengawal sekelompok pemukim yahudi yang berkeliaran masjid secara provokatif.

Panel, terdiri dari kepala kaukus parlemen Fatah Azzam al-Ahmad, wakilnya Tayyeb Abdul Rahim, serta Othman Abu Gharbiyeh dan Nabil Shaath, juga menuduh Dahlan merencanakan kudeta militer di Tepi Barat dan melikuidasi para pemimpin Palestina.

Saudara korban Ammar Jabir, 26 tahun, dari Al-Khalil, mengatakan bahwa ia ditangkap pada tanggal 25 Juli bersama saudaranya Mahmoud, dan selama penangkapan ia dipukuli oleh tentara di pusat penahanan Kiryat Arba, sebelum ia dipindahkan ke Etzion.

Lieberman mengatakan dia akan meminta rekan-rekan menterinya untuk mendukungnya dalam mencari cara memutuskan kerjasama dengan Otoritas Palestina, pemerintahan Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Dikatakan bahwa tentara Israel mengepung masjid kemudian menerobos ke dalam masjid dan memaksa semua orang untuk dievakuasi dari tempat suci tersebut dengan dalih melanggar perintah polisi Israel bahwa tidak ada jamaah muslim yang boleh tetap di dalam masjid setelah shalat tarawih sampai shalat subuh hari berikutnya.

Sumayya Ali, seorang warga Gaza yang baru saja menikah sekitar 4 bulan silam, meminta di hadapan suaminya untuk menghibahkan cincin kawin miliknya kepada sebuah badan amal sosial di Gaza untuk membantu masyarakat Somalia.

Sebagian besar jamaah berasal dari kota Yerusalem yang diduduki dan daerah tetangga wilayah pendudukan 1948 yang melakukan perjalanan ke Yerusalem. Sejumlah jamaah dari Tepi Barat, khususnya orang-orang tua, berhasil masuk ke Masjid meskipun pembatasan dari pendudukan Israel.