Pimpinan Salafi Jihadi di Gaza: Saat Ini Ada 11.000 Anggota Kami di Gaza

"Kami, Salafi, menghitung lebih dari 11.000 anggota yang secara bersama telah membawa ajaran-ajaran jihad dari kedua tokoh Syaikh Ayman Al-Zawahari dan Usamah Bin Ladin," kata Abu Al-Harits, pemimpin Jundu Ansharullah, selama wawancara di rumahnya yang temaram di Gaza.

"Dari jumlah ini, 70 persen anggota dari Jaljalat, merupakan mantan dari anggota Brigade Al-Qassam dan organisasi yang berafiliasi ke Hamas," jelasnya.

Gerakan Salafi Jihadi menjadi perhatian publik pada musim panas tahun 2009 lalu, ketika seorang Imam menyatakan di Gaza telah berdiri sebuah emirat Islami selama khutbah Jumat di Gaza selatan. Bentrokan terjadi antara pasukan keamanan Hamas dan kelompok yang berafiliasi dengan Salafi jihadi, meninggalkan 16 orang tewas.

Kelompok ini secara luas dianggap kelompok blok ‘ekstrimis’ Islam, menggali ide-ide dan kepercayaan dari seruan jihad dari Al-Qaidah dan implementasi hukum Syariah Islam secara global.

Nama Jaljalat dikabarkan diambil dari sebuah nasyid perjuangan yang mendorong untuk berjihad, secara luas dikenal di Irak, Chechnya dan Afghanistan.

"Pemikiran Salafi sering digambarkan sebagai pemikiran dasar, tetapi kami telah menderita di bawah kampanye keamanan keras yang telah mempengaruhi struktur organisasi kelompok ini."

Jaljalat: Gabungan Empat Kelompok Salafi Jihadi di Gaza

Abu Al-Harits tidak sesuai dengan stereotipe sebagaian pengikut Salafi Jihadi, yang sangat membatasi diri tanpa rasa humor. Sebaliknya, ia sangat menyenangkan dan karismatik. Dia menjelaskan bahwa Jaljalat mencakup empat kelompok Salafi jihadi di Gaza: Jundu Ansharullah; Jami’at Jayshul Islam; At-Tauhid wal Jihad; dan Jundullah.

"Kelompok-kelompok ini tidak memiliki hubungan dengan Al-Qaidah namun para anggotanya dipengaruhi oleh pandangan dunia dan serangan Jihad yang dilakukan oleh Al-Qaidah, terutama serangan yang menargetkan sasaran Menara Kembar di Amerika Serikat dan serangan di Irak, Afghanistan dan lain-lain."

"Jihad untuk Allah dan menerapkan hukum Syari’ah adalah faktor utama yang menyatukan afiliasi para kaum Salafi Jihadi," katanya, sambil menggambarkan Usamah Bin Ladin dan Az-Zawahiri sebagai ideolog dan sebagai "syaikhnya".

Pemimpin Salafy Jihadi Gaza ini mengatakan Jaljalat tidak memiliki rujukan ulama agama setempat yang menasehati mereka di Gaza, tapi mereka menyebut di antara ulama gerakan mereka yang paling berpengaruh di luar negeri adalah Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi, mentor spiritual pemimpin awal Al-Qaidah di Irak, serta fatwa-fatwa keagamaan yang dikeluarkan oleh ulama Islam abad ke-14 Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim, serta banyak ulama kontemporer lainnya."

Munculnya Salafi Jihadi di Gaza

"Munculnya kelompok Salafy Jihadi secara nyata pertama kali di Gaza pada tahun 2001, ketika dilakukan serangan militer terhadap pasukan Israel yang diklaim dilakukan oleh kelompok Jundullah," kata Al-Harits.

"Namun berpartisipasinya Hamas dalam pemilu dan bergabung dengan Dewan Legislatif Palestina yang ‘ateis’ yang akhirnya memicu pemikiran Salafi jihadi, dan secara bertahap muncul dan menyebar di kalangan anak muda Gaza."

Pada awalnya kelompok Salafi jihadi di Gaza menggunakan berbagai macam nama, muncul terutama di wilayah Gaza tengah dan selatan, termasuk kelompok Pedang Kebenaran Islam, Angkatan Darat umat dan nama lain yang telah lenyap karena mereka telah bergabung dengan kelompok lain.

Pemimpin salafi jihadi Gaza menambahkan bahwa kelompok-kelompok ini banyak melakukan "serangan militer secara kualitatif, di mana sejumlah pasukan Israel tewas, namun serangan ini tidak diumumkan."

"Kelompok-kelompok ini tidak tertarik mempublikasikan diri mereka pada tahap ini, kami mencoba untuk mempertahankan diri dan melakukan penyerangan terhadap tentara pendudukan yang masuk ke Gaza karena Jihad adalah kewajiban setiap individu. Bangsa ini tidak akan bisa mendapatkan kemenangan kecuali melalui jalur Jihad yang benar.."

Pemimpin salafi jihadi ini membantah bahwa nama Jaljalat dipilih karena sebuah nasyid jihad terkenal, melainkan karena untuk menggambarkan para anggota Hamas yang membelot dan bergabung dengan gerakan Salafi Jihadi di Gaza tengah.

Upaya Hamas ‘meredam’ gerakan Salafi Jihadi

Setelah menyatakan Jalur Gaza menjadi sebuah Emirat Islam di masjid Ibnu Taimiyah Rafah, Hamas meluncurkan serangkaian kampanye keamanan yang bertujuan untuk membatasi pengaruh kelompok Salafi jihadi di kantong pantai Gaza, mengarah ke pertempuran sengit yang mengakibatkan 16 orang tewas. Gerakan kami ini di bawah "pantauan sepanjang waktu," katanya.

Pasukan keamanan Hamas, katanya, sangat aktif dalam menghadapi para Salafi jihadi … karena takut penyebaran pemikiran di antara kalangan anak muda yang mempunyai komitemne keislaman, sehingga menyebabkan banyak dari mereka yang membelot dari Hamas."

Meskipun Hamas melakukan langkah-langkah ini, kelompok-kelompok Salafi Jihadi akan terus tumbuh, merekrut orang dan melakukan operasi militer, kata Abu Al-Harits.

"Kami menginginkan sebuah dialog Syariah dengan pihak Hamas – tidak bersifat politik ataupun keamanan. Pemerintahan di Gaza telah membuat banyak kesalahan yang telah meningkatkan ketegangan.. Kami mengkritik Hamas karena tidak menerapkan Syariah Islam," ujar Abu Al-Harits.(fq/mna)