Catatan Perjalanan Turki (2)

Menyusuri Istanbul, Menyaksikan Sisa-Sisa Kemegahan Ibu Kota Imperium Ottoman (I) Catatan A. Ginanjar Sya’ban (Istanbul) kontributor eramuslim

Di hari kedua keberadaan kami di Istanbul, kami diajak Yusuf jalan-jalan mengelilingi jantung kota terbesar di Turki itu: menjengkali jalan-jalan Islabul yang menyimpan banyak dongeng, menyusuri selat Bosphorus yang legendaris, mengunjungi tempat-tempat bersejarah; menyaksikan sisa-sisa kemegahan bekas ibu kota Byzantium dan Ottoman itu.

Tepat jam sembilan pagi, seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Yusuf datang menjemput kami. Kami disediakan flat apartemen yang terbilang besar dan mewah di bilangan Kiraz Sokak, Umraniye, untuk tempat tinggal kami berdua selama di Istanbul. Yusuf sendiri tinggal di asrama mahasiswa yang dikelola oleh Jemaat Fethullah Gulen yang letaknya tak begitu jauh dari tempat tinggal kami.

Pagi itu Yusuf datang sendirian. Hafiz dan kawan-kawan asrama lainnya sedang mengikuti program pesantren kilat yang lazim diadakan oleh Jemaat di setiap awal liburan musim panas. Program tersebut dimulai dari pukul 4 pagi hingga pukul 9 malam. Tentu saja ada waktu istirahat pada jam-jam tertentu. Yusuf sendiri sebenarnya sedang menguikuti program tersebut. Tetapi untuk hari ini, ia izin untuk menemani kami.

Setelah sarapan bersama (pagi itu kami menyediakan menu seadanya: roti, pasta tomat-telur hangat, selai buah, yogurt, keju dan sosis potong), kami pun segera bergegas.

Yusuf memberi kami kartu (voucher) transportasi yang sudah terisi beberapa Lira untuk dipergunakan setiap kali menaiki kendaraan negara. Kami tinggal meletakkan kartu itu dialat deteksi yang terdapat di pinggir sopir bus, atau di pintu masuk terminal kapal laut dan kereta metro.

Untuk menuju pusat kota Istanbul di tepian selat Bosphorus bagian Eropa, kami membutuhkan perjalanan sekitar 30 menit. Mula-mula kami naik bus menuju terminal Uskudar yang terletak tepat di tepi selat Bosphorus bagian Asia. Jalanan sepanjang Umraniye-Uskudar naik-turun dan berkelok-kelok, mengikuti kontur kawasan tersebut yang berbukit-bukit dan rindang pepohonan. Sepanjang perjalanan, tampak perpaduan bangunan-bangunan modern dan klasik, beberapa peninggalan zaman Utsmani dan Republik.

Di tengah-tengah kawasan tersebut terdapat Camlica Tepesi atau bukit Camlica yang dilebati pohon cemara dan dikelola menjadi salah satu kawasan wisata di Istanbul. Camlica adalah tempat tertinggi di Istanbul. Kita bisa menikmati pemandangan Istanbul yang terhampar indah dari ketinggian ketika duduk di bangku-bangku di taman Camlica.

Yusuf bercerita, di sekitar kawasan Camlica dan beberapa kawasan Uskudar lainnya banyak terdapat rumah-rumah peristirahatan, juga rumah-rumah pengarang, penulis, penyair, dan sastrawan, bahkan rumah Perdana Menteri Recep Tayyep Erdogan semasa ia masih menjabat wali kota Istanbul dulu.

"Camlica dan Uskudar adalah tempat yang sangat indah dan inspiratif. Wajar jika dikatakan Uskudar adalah kota penulis, pengarang, penyair, dan sastrawan," kata Yusuf.

Saya sangat terkesan dengan sistem transportasi Istanbul yang teratur. Kendaraan umum semisal bus, angkot, boat, metro, dan tram yang disediakan pemerintah kondisinya yang sangat layak dan terawat. Jalan-jalannya pun teratur, luas, bersih, dan sepanjang tepiannya dihiasi oleh berbagai macam bunga, selain rindang pepohonan tentunya, yang menjadikan penduduk yang menggunakan jasa angkutan umum merasa sangat nyaman.

"Jika kalian datang sebulan silam, di sepanjang jalan dan di taman-taman banyak terdapat bunga Lale (Tulip). Sekarang musimnya sudah habis," kata Yusuf.

Salah satu keberhasilan pemerintahan kota Istanbul adalah mengatasi masalah sistem transportasi. Yusuf bercerita, jika lima tahun yang lalu, sistem transportasi Istanbul tidaklah sebagus dan seteratur sekarang, bahkan sangat buruk. "Lebih dari lima tahun yang lalu, sistem transportasi di Istanbul sangat bermasalah. Macet dimana-mana. Tapi sekarang, pemerintahan kota banyak berbenah dan bekerja keras. Beberapa jalur dan sarana transportasi baru telah berhasil diadakan," kata Yusuf.

Tak hanya berhasil membenahi sistem dan sarana transportasi, pemerintah Istanbul pun berhasil mengembangkan kota itu sebagai kota yang artistik, bersih, rapih, tertata, rindang, dan berhias bunga. Menurut Yusuf, sejak Erdogan menjabat wali kota tahun 1998 silam, beberapa perubahan signifikan mulai tampak di Istanbul. "Bayangkan, dulu selokan-selokan di Istanbul mampat dan bau, tapi Erddogan turun ke selokan-selokan itu untuk membersihkannya, dan mengajak warga kota untuk membersihkan, merapihkan, dan menghias kota bersama-sama," katanya.

*****
Bus yang kami tunggangi terus melaju, hingga akhirnya kami pun tiba di terminal Uskudar. Terminal tersebut terletak tepatdi tepian selat Bosphorus di sisi Asia. Di samping terminal, terdapat terminal (bandar) kapal boat berbagai jurusan, semisal Besiktas, Beyoglu, Eminonu, Ortakoy, dan lain-lain. Di sekitar terminal Uskudar juga terdapat pasar bunga, pasar radisional, restoran masakan khas Turki dengan arsitektur bangunannya yang khas, dan beberapa situs penting peninggalan Byzantium dan Utsmani, semisal Kizkulesi/ Leander Tower, Yeni Velide Sultan Cami, Semsi Pasha Camii, Mihrimah Sultan Cami, Ahmet III Fountain, dan lain-lain.

Kami berhenti dan berkeliling sejenak di sekitar terminal Uskudar, menikmati suasana sekitar bilangan, menikmati semilir angin selat yang berembus sejuk, sambil mengambil beberapa foto. Sementara Yusuf memberikan kami keterangan singkat terkait beberapa tempat bersejarah tersebut.

Tepat di seberang Uskudar, di seberang selat sana, terdapat Istanbul bagian Eropa. Dari tepian Uskudar, tampak beberapa menara dan kubah masjid Sultanahmet, Eyyup Sultan, Sulaymaniye, juga museum Hagia Sophia, tugu Galata, istana dan taman Topkapi, istana Dolabahce, juga jembatan raksasa Bosphorus yang menghubungkan Asia dan Eropa. Kesemua tempat-tempat bersejarah itu tampah indah dan megah dari kejauhan, berpadu beberapa bangunan dan apartemen yang berdiri tertata dengan sangat artistik, juga hijau rindang pepohonan, dinaungi langit musim panas yang cerah, terang matahari yang berkilauan, juga selat Bosphorus yang menghampar biru. Semua itu tampak serupa lukisan yang maha dahsyat.

Tidaklah berlebihan kiranya apa yang dipujikan tokoh-tokoh dan sastrawan dunia tentang Istanbul, sebagai kota keagungan, kota kemegahan, kota keindahan, dan kota yang sangat puitis, melankolis sekaligus romantis.

"Ayo kita menyeberang, menuju Istanbul sisi Eropa, menuju istana-istana Utsmani, menuju masjid-masjid bersejarah, menuju distrik utama ibu kota imperium yang megah dan agung," kata Yusuf.

(bersambung)

30 juta turis / tahun, menghasilkan 21 juta dollar