Puasa di Negeri Sakura (8):"Menilai Ulang Karunia Tuhan"

Images Source: http://wagamegane.blogspot.com/2010/04/muroran-mosque-hokkaido-joining-list-of.html

Jalan menuju kemenangan tidak selalu terbentang dengan berbagai kemudahan. Tapi juga tidak boleh dibayangkan sebagai jalan yang selalu penuh dengan kesulitan. Keduanya selalu datang secara seimbang selama kita selalu jernih dalam menghadapi situasi. “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”, begitu Al-Quran mengatakan. “Jangan terlalu sedih dengan kesulitan yang datang dan jangan terlalu senang dengan berbagai kemudahan”, begitu selalu saya tanamkan pada anak-anak saya.

Puasa di hari ke delapan Alhamdulillah berhasil dituntaskan oleh kedua anak saya dengan baik. Meski selalu mengeluh dan menjerit lapar saat sore menjelang, namun pada akhirnya mereka gembira ketika waktu maghrib tiba. Benarlah apa yang dikatakan oleh Rosulullah SAW ketika beliau mengatakan bahwa saat berbuka merupakan salah satu kegembiraan bagi orang yang berpuasa. Inipun dirasakan juga oleh anak-anak saya.

Puasa benar-benar memberikan pembelajaran yang berkesan kepada anak-anak saya, bahwa kegembiraan yang kita dapatkan setelah kesulitan melahirkan “sensasi” yang luar biasa. Saat berbuka anak saya bilang, “es buahnya enak sekali ya Bi kalau dimakan abis puasa”. Es buah yang diminum untuk berbuka puasa pada sore ini sebenarnya es buah yang biasa diminum di hari-hari lain sebelum puasa.

Tapi anak saya merasakannya secara berbeda. Biasanya mereka minum tanpa harus menunggu waktu yang lama, saat mereka menginginkan dan kebetulan ada, mereka bisa dengan mudah mendapatkannya. Namun saat puasa, mereka harus berjuang menahan diri, merasakan lapar, kehausan dan kesulitan sebelum bisa merasakan es buah. Sehingga ketika waktunya datang, mereka betul-betul merasakan kenikmatan yang bebeda meski meminum minuman yang sama.

Keberhasilan yang kita peroleh setelah mengeluarkan totalitas perjuangan dan pengorbanan akan melahirkan sensasi dan kenikmatan yang berbeda dengan keberhasilan yang kita peroleh dengan jalan pintas yang dipenuhi berbagai kemudahan. Kemampuan dalam mensyukuri nikmat juga berbeda antara mereka yang memperolehnya dengan perjuangan dan mereka yang mendapatkannya tanpa perjuangan.

Terkadang kita melihat orang dengan mudah membuang-buang makanannya. Mereka tidak merasakan nilai yang tinggi dari makanan yang dimiliki, karena memang mereka bisa mendapatkannya dengan mudah. Kemudahan ini terkadang menyebabkan orang kurang mampu mensyukuri kenikmatan.

Puasa sesungguhnya memberikan pembelajaran yang penting bagi kita tentang bagaimana mensyukuri kenikmatan. Dengan merasakan haus dan lapar, merasakan kesulitan seharian, kita akan mampu memberikan penghargaan yang tertinggi terhadap makanan apapun yang tersedia saat berbuka.

Dengan puasa kita mampu merasakaan kenikmatan yang berbeda untuk makanan yang sama, itu artinya dengan puasa kita akan lebih mampu menilai ulang berbagai karunia Tuhan yang selama ini kita rasakan. Dengan begitu puasa sejatinya akan melahirkan kita menjadi manusia baru, yakni manusia yang pandai bersyukur. Semoga. (Mukhamad Najib)