Teror Terhadap Kehidupan Rakyat

Menjadi lengkap penderitaan rakyat. Penderitaan yang terus menghimpit kehidupan mereka. Kehidupan mereka terus menghadapi berbagai tekanan yang hebat. Susul menyusul. Tidak berhenti. Nasib mereka benar-benar sangat menyedihkan. Ramadhan pun tak dapat mereka nikmati. Ibadah mereka pun menjadi terganggu.

Teror itu berasal dari siapa? Teror itu yang menciptakan? Bagaimana teror itu tak berhenti, dan terus menyeruak dalam kehidupan rakyat. Membuat rakyat seperti menghadapinya, tanpa ada pilihan lagi. Kehidupan mereka dipertaruhkan. Pemerintah layaknya seperti tak dapat melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman teror. Teror itu bukan berasal dari teroris. Tetapi teror itu berasal dari akibat kebijakan pemerintah sendiri, yang membuat rakyat menjadi semakin terpuruk.

Teror itu dimulai dari kebijakan pemerintah dengan penggantian bahar bakar minyak tanah kepada gas. Sekarang rakyat diwajibkan menggunakan gas. Rakyat yang ekonominya pas-pasan menggunakan gas dengan tabung Elpiji yang beratnya 3 kg. Akibat penggunaan tabung Elpiji 3 kg ini, kemudian di mana-mana terjadi malapetaka, yang memakan korban jiwa, tidak henti-henti. Karena, terjadinya ledakan yang sangat hebat di berbagai tempat, Tabung Elpiji 3 kg itu tidak memiliki ‘safety’ (keamanan) bagi penggunanya. Ibaratnya rakyat di mana-mana menempatkan di rumah-rumah mereka ‘bom’ Elpiji 3 kg, yang membahayakan nyawa mereka.

Menjelang Ramadhan harga-harga mencekik leher rakyat dengan seutas tali yang bernama ‘kenaikan harga’ yang luar biasa. Semua kebutuhan pokok melonjak. Rakyat tak berdaya menghadapi kenaikan harga-harga yang melonjak itu. Ibu-ibu rumah tangga yang pergi ke Pasar hanya dapat termangu, tak mampu membeli barang-barang kebutuhan pokok mereka, karena harga-harga kebutuhan yang akan mereka beli, sudah tak mungkin lagi mampu mereka beli. Harganya sudah sulit mereka jangkau. Bayangkan harga cabai saja mencapai Rp 60.000 rupiah. Bagaimana dengan kebutuhan lainnya?

Rakyat yang penghasilannya pas-pasan tak mungkin lagi dapat mempertahankan hidup mereka. Bagaimana cara mereka mempertahankan hidup mereka sehari-hari? Tidak ada yang tahu. Setiap hari mereka harus hidup, dan mendapatkan barang kebutuhan pokok mereka. Belum lagi, sebelulmnya  orang tua sudah dihadapkan dengan biaya sekolah, saat tahun ajaran baru. Anak-anak mereka yang masuk SMU, SMK, dan PT, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk membiayai pendidikan mereka? Jutaan rupiah. Dan tidak mungkin bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan.

Tukang ojek, buruh pabrik, pedagang asongan, pedagang mie, pedagang nasi goreng, pedagang gorengan, kuli bangunan, kuli galian, buruh harian, dan sejenisnya sudah lama mereka, tak dapat hidup dengan layak.

Belum lagi menjelang lebaran (Idul Fitri) yang sebentar lagi menjelang. Kebutuhan mereka semakin meningkat. Tetapi, tetap saja mereka tidak memiliki pendapatan (income), yang jelas setiap harinya, sementara itu, setiap hari mereka terus didera dengan kenaikan harga-harga yang sangat mencekik leher mereka. Pasti mereka tidak seperti orang-orang yang memiliki kehidupan ekonomi yang mapan, tanpa lagi memikirkan tentang kebutuhan mereka setiap hari. Kebutuhan mereka dapat terpenuhi, tanpa memikirkan kenaikan harga-harga.

Kebijakan menaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, dan harga-harga kebutuhan lainnya. Kenaikkan TDL yang katanya hanya 10 persen itu, ternyata efek dominonya sangat luar biasa. Bahkan, kemungkinannya dapat menimbulkan pengangguran yang sangat besar. Karena, kenaikan TDL itu menyebabkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang akan gulung tikar, termasuk perusahaan menenngah seperti UKM (Usaha Kecil Menengah). Berapa banyak usaha UKM yang akan gulung tikar nanti, sebagai dampak dari kenaikan TDL. Hal lini seperti diperingatkan oleh API(Assosiasi Pengusaha Indonesia), yang dari awal telah memperingatkan pemerintah dampak dari kenaikkan TDL

Belum lagi, tahun depan bila pemerintah akan mengurangi subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak), dampak ikutan akan lebih parah lagi. Akibat kenaikan TDL sudah mengakibatkan lonjakan harga bagi semua kebutuhan pokok. Kalau ditambah dengan kenaikan BBM itu, pasti akan menyebabkan dampak yang lebih besar. Karena semua usaha akan terkena dampak dari kenaikan BBM itu. Tentu, semuanya akan menimpa rakyat. Rakhyatlah yang akan memikul beban dari adanya kenaikan harga.

Teror terhadap rakyat tak henti-henti. Perampokkan ada di mana-mana yang menjadi sasaran adalah nasabah bank, tempat pengisian bahan bakar (SPBU), toko emas, dan kantor bank. Aksi ini terus berlangsung di mana-mana. Sasarannya orang ‘berduit’, kantor bank, toko emas, dan SPBU. Di Jakarta, Medan, Cirebon, dan Karawang. Aksi ini menimbulkan kekawatiran yang sangat, terutama dikalangan orang-orang ‘berduwit’, yang hari-hari ini mereka menjadi ketakutan dengan terjadinya peristiwa kekerasan dengan menggunakan senjata.

Kondisi masyarakat yang sudah panik ini, masih ditambah dengan adanya isu penculikan anak-anak yang menimbulkan kekawatiran dilingkungan keluarga. Di Tengerang munculnya SMS yang beredar tentang adanya aksi penculikan menyebabkan kepanikan penduduk. Mereka bersiaga. Mereka menjadi sangat sensitif. Penduduk menjadi selalu curiga terhadap para pendatang atau orang yang belum dikenal. Karena itu, mereka melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang dicurigai melakukan penculikan, dan melakukan kekerasan. Isu ini berkembang di Serang, Tengerang, Bekasi dan Bogor.

Masyarakat yang panik tak hanya menyiksa memukuli orang yang dicurigai menculik anak-anak, bahkan membakar hidup-hidup mereka yang dituduh menculik anak-anak. Sekarang rakyat setempat melakukan ‘sweeping’, terutama yang bukan penduduk setempat, dan mereka menginterogasi dan kemudian menyiksa dan bahkan dengan cara-cara yang sangat berlebihan.

Sedihnya, sudah tiga orang yang tewas dikeroyok oleh rakyat. Satu orang tewas di daerah Bogor, yang terjadinya tanggal 19 Agustus 2010. Kemudian, dua hari berikutnya, 21 Agustus 2010, dua orang tewas di keroyok oleh rakyat Tengerang. Lalu, tanggal 23 Agustus 2010, satu orang luka berat, akibat menjadi korban pengadilan oleh rakyat di jalanan, tanpa ampun.

Inilah kondisi yang dihadapi rakyat di tengah-tengah bulan Ramadhan, yang semua kaum muslimin mengharapkan datangnya rahmat dan maghfirah-Nya, tetapi kehidupan semakin carut-marut, seakan-akan di bulan Ramadhan, justru malah datangnya murka Allah Rabbul Alamin. Bukan hanya pederitaan, tetapi berbagai penyimpangan, yang sangat mengerikan.

Hal ini seperti terjadinya 10 orang pemuda yang tewas seketika, akibat mereka minum minuman yang dioplos. Di mana warga Jagakarsa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, semuanya tewas akibat minum minuman oplosan dengan minuman keras ang dibeli hanya dengan harga Rp 5.000 rupiah seplastik.

Di bulan Ramadhan 10 orang pemuda tewas minum khamr. Inilah ironi kehidupan rakyat Indonesia di bulan Ramadhan. Wallahu’alam.