Makanan Indonesia Tetap Dicari Jamaah Haji

Musim haji adalah bulan berkah bukan hanya bagi jamaah yang menjalani rangkaian ibadah haji baik sunnah maupun wajib, tetapi bagi para mukimin warga Indonesia. Kesempatan musim haji ini dimanfaatkan oleh para mukimin untuk membantu kesulitan jamaah haji. Para mukimin yang mempunyai keahlian memasak ini, memanfaatkan momentum musim haji untuk menjajakan berbagai jenis makanan khas Indonesia di depan Masjid Nabawi, Madinah untuk sarapan pagi jamaah haji Indonesia.

Maklumlah, berdasarkan kesepakatan dengan pihak Muasassah jamaah haji Indonesia, selama di Madinah hanya mendapatkan makanan dua kali sehari, dan untuk sarapan pagi biasa jamaah haji Indonesia mencari sendiri makanan yang dikehendakinya. Tidak sulit mencari makanan khas Indonesia, mulai dari sate, gulai, bakso, soto, mendoan, bahkan sampai nasi uduk dan nasi kuning pun bisa didapatkan di kota nabi ini, dengan harga yang tentunya relatif lebih murah ketimbang makan di Restoran Indonesia.

Seorang penjual mendoan dan aneka gorengan asal Purwokerto, Jawa Tengah, Puji, mengaku sudah lima tahun menyediakan makanan khas Indonesia disalah satu hotel didepan masjid Nabawi. Setiap harinya, dia bisa menjual rata-rata seribu tempe goreng dengan keuntungan berkisar 2 ribu riyal atau 6 juta rupiah setiap hari.

Konsumen yang menikmati makanan khas dari Banyumas ternyata bukan saja dari Indonesia namun dari berbagai negara. "Selain bisa membantu jemaah mereka juga bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan besar. Alhamdulillah bisa untuk menghidupi keluarga di Tanah Air," katanya.

Di kawasan perhotelan (markaziyah) atau disekitar masjid Nabawi, nasi uduk dan nasi kuning juga menjadi rebutan jamaah calon haji untuk mengisi perut mereka selepas sholat Subuh. Bukan hanya makanan Indonesia yang menambah selera makan para jamaah Indonesia, suasana tempat makan disekitar jalan menuju Masjid Nabawi itu juga menambah gairah mereka menyantap sarapan pagi.

Tak sekadar makan saja, para jamaah haji asal Indonesia itupun juga mengisi perantaraan ibadah arbain di Madinah, dengan berbincang-bincang sesama jamaah haji lainnya untuk berbagi pengalaman dan rencana perjalanan ke Mekkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.(novel)