Washington Post : Apa Yang Tersisa Dari Musim Semi Arab Kini ???

peta Arab SpringMusim Semi Arab yang telah dimulai pada tahun 2011 lalu menjadi bahasan khusus surat kabar asal Amerika Serikat, Washington Post, dalam sebuah artikel terbitannya pada hari Selasa (24/11).

Dengan tajuk “Apa yang tersisa dari Musim Semi Arab ?” setelah 4 tahun, Washington Post menerbitkan sebuah peta yang menunjukkan negara-negara yang mengalami Musim Semi Arab seperti Tunisia, Libya, Mesir, Suriah, Bahrain dan Yaman.

Tunisia

Negara pertama yang menjadi penggerak Arab Spring ini, hanya meninggalkan pemilihan presiden baru yang berlangsung pada pekan lalu.

Tidak ada yang berubah drastis pada Tunisia setelah 4 tahun Arab Spring berjalan. Mayoritas rakyat Tunisia menuntut adanya revolusi perubahan atas kondisi kehidupan yang kini mereka rasakan.

Akan tetapi negara ini adalah satu-satunya negara Arab Spring yang berhasil memecahkan perbedaan antara golongan liberal dengan kalangan Islamis dengan cara demokratis, meskipun harus melewati rintangan sulit.

Libya

Dengan dukungan negara Barat untuk menjatuhkan Kolonel Muammar Gaddafi, tidak ada yang tersisa dari Arab Spring yang kini membawa Libya jatuh ke dalam jurang konflik dan peperangan di berbagai kota.

Mesir

Ikhwanul Muslim yang menjadi pemenang dalam pemilu rakyat tahun 2012 lalu, digulingkan kembali dengan cepat oleh rezim militer yang dipimpin oleh Marsekal Abdel Fattah Sisi pada bulan Juli tahun 2013.

Sejumlah pengamat politik menyebut Mesir kembali ke era militer Husni Mubarak, bahkan lebih buruk dari itu.

Suriah

Protes pro-demokrasi menuntut lengsernya Presiden Bashar al Assad berubah menjadi perang saudara, setelah orang no 1 di Suriah tersebut menembaki para demonstran yang menggelar aksi unjuk rasa damai.

Dengan bantuan kelompok Syiah Hizbullah dari Lebanon dan pemerintah Iran, Presiden bashar al Assad kini terus melancarkan kampanyenya dalam perang melawan kelompok oposisi pemerintah.

Bahrain

Revolusi melawan pemerintah dan keluarga kerajaan oleh minoritas Syiah, menjadikan warga Sunni bersatu menghadapi Syiahisasi pemerintah Bahrain yang di dukung oleh Iran.

Dengan dukungan dari negara para Mullah tersebut, kelompok minoritas Syiah Bahrain masih masih berjuang untuk hak-hak politik mereka.

Yaman

Sekarang negeri di selatan Arab Saudi ini harus menghadapi pintu perang saudara antara milisi Syiah yang berhasil menggulingkan pemerintah Sunni dengan pejuang al Qaeda di Yaman.

Tercatat pada akhir Oktober lalu, ribuan milisi Syiah berhasil mengambil alih ibukota Sana’a setelah berhasil memukul mundur pasukan pemerintah. (Rassd/Ram)