Washington Post: Rezim Assad Diambang Kehancuran

(FILES) File picture dated 19 December 2Eramuslim.com – Surat kabar kenamaan Amerika Serikat, Washington Post, menyatakan bahwa rezim Bashar al-Assad berada dalam posisi mengkhawatirkan setelah serangkaian kemenangan besar faksi-faksi perjuangan revolusi Suriah dalam beberapa waktu terakhir.

Dalam analisisnya, Washington Post menyebut dua faktor utama yang menyebabkan rezim Bashar Al Assad kini diambang kehancuran setelah meletusnya revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu, selain fokus Iran dalam membantu pemerintah Irak menghadapi Negara Islam.

Yang pertama adalah; Kerjasama diagonal Saudi-Turki menjadi sebab kemenangan besar pejuang revolusi Suriah

Sejak mewarisi tahta pada bulan Januari lalu, Raja Salman terus bergerak agresif untuk mencegah hegmoni Iran yang terus berkembang di kawasan Timur Tengah, salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Qatar dan Turki.

Kita dapat melihat kerjasama Saudi-Qatar-Turki dalam mendukung faksi-faksi kecil perjuangan Suriah yang sebagian besar berideologi Islam, dan menjadikannya satu dibawah nama “Pasukan Pembebasan.”

Dalam prestasinya, faksi pejuangan Suriah yang didukung oleh Trio Timur Tengah ini telah menyebabkan hilangnya sejumlah provinsi penting seperti Idlib dari kekuasaan pasukan Bahsar Al Assad sejak awal tahun 2015.

Menurut Washington Post alasan Raja Salman mendekat ke Turki yang notabenya adalah negara kuat di ujung Eropa dengan kemandirian ekonomi dan militernya, adalah kebutuhan Arab Saudi terhadap mitra kuat lainnya selain Amerika Serikat yang tengah sibuk dalam perang mereka di Irak.

Yang kedua adalah dukungan Iran yang semakin berkurang

Di saat rezim Suriah sangat bergantung pada pemerintah Iran yang telah mengirimkan pasukan, senjata, dana yang tidak terhenti kepada rezim Bashar Al Assad, kini negara Syiah tersebut harus berjuang menghadapi krisis ekonomi akibat sanksi internasional, serta pendanaan yang tidak terhenti dalam menghadapi milisi Negara Islam di Irak dan mendukung pemberontakan Syiah Houthi di Yaman.

Seperti dikutip surat kabar dari mantan utusan AS di Suriah, Robert Ford, mengatakan, “Kita tidak bisa mengesampingkan tanda-tanda runtuhnya rezim Suriah saat ini. Kemunduran tentara rezim di medan perang, kekurangan pasukan, tidak fokus dalam pertempuran yang dijalani menjadi tanda awal dari akhir kekuasaan mereka.”

Tidak bisa dikesampingkan bahwa bergabungnya 3 negara kuat di Timteng, Saudi-Qatar-Turki, telah memaksa pemerintah Teheran harus berfokus menghadapi sejumlah pilihan mendukung sekutu-sekutunya dikawasan. (Rassd/Ram)