"Islam Menenangkan Hati" Mereka yang Memilih Menjadi Muslim di Swedia

Dalam beberapa tahun terakhir, seperti hal di negara-negara Eropa lainnya, Islam berkembang pesat di Swedia. Selain kedatangan imigran Muslim, juga banyak warga asli Swedia yang memeluk Islam. Di negeri ini, nama Muhammad bahkan menjadi nama yang paling populer, sekolah-sekolah untuk muslim mulai didirikan dan banyak orang Swedia yang kini mulai beralih ke makanan halal.

Namun tidak semua pihak senang melihat pertumbuhan Islam yang pesat di Swedia. Khususnya kalangan nasionalis yang dengan segala cara mendiskreditkan Islam, terutama lewat media massa. Mereka juga membuat propaganda-propaganda anti-Islam dan anti-Muslim.

Ole, adalah satu orang Swedia yang masuk Islam, dan sekarang menggunakan nama islami Umar Abdullah. Ia mulai tertarik mempelajari Islam setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di AS.

"Saya terkesima menyaksikan kebrutalan serangan teroris pada 11 September 2001. Media massa berlomba-lomba menegaskan bahwa serangan itu dilakukan oleh orang-orang Islam yang terinspirasi dari Al-Quran. Saya jadi bertanya-tanya, buku macam apa yang membuat orang melakukan kekerasan semacam itu," kata Umar yang sebelumnya seorang ateis.

Terdorong rasa ingin tahu, ia pergi ke perpustakaan dan mencari Al-Quran. Ia membaca ayat-ayat dalam Al-Quran yang justru membuat Umar sadar bahwa media massa telah berbohong.

"Alih-alih menemukan hasutan agar orang melakukan kekerasan. Saya menemukan pesan cinta, perdamaian dan rahmat dalam Al-Quran. Kalimat pertama ‘dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang’ membuktikannya," tutur Umar.

"Saya senang telah menemukan kebenaran, tapi pada saat yang sama saya marah karena selama bertahun-tahun saya tertipu oleh pemberitaan media massa tentang Islam dan Muslim," sambungnya.

Setelah membaca isi Al-Quran, Umar lalu mengunjungi sebuah masjid kecil di Stockholm. Di sana ia belajar agama Islam dan di masjid itu pula ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, Umar memiliki saudara-saudara baru yang seiman, mereka berasal dari berbagai negara dan latar belakang.

Berdasarkan pengalamannya, Umar Abdullah berpesan agar non-Muslim jangan terlalu percaya dengan pemberitaan negatif media massa Barat tentang Islam dan Muslim. Ia menyarankan, untuk mengetahui kebenaran tentang Islam dan Muslim, sebaiknya seseorang membaca sendiri isi Al-Quran.

Selain Umar, ada Cecilia, perempuan Swedia yang mengenal Islam dari teman sekelasnya. Ceritanya berawal saat orang tua Cecilia memaksanya untuk mengambil pelajaran tambahan bahasa Jerman. Di kelas bahasa Jerman, Cecilia bertemu dengan seorang muslimah asal Somalia bernama Shahrin.

Shahrin sangat menarik perhatian Cecilia, karena gadis Somalia itu selalu terlihat sedang membaca buku. Bahkan di jam istirahat, Cecilia melihat Shahrin tak lepas dari buka bacaan. "Buat saya, Shahri sangat menakjubkan. Bagaimana bisa seseorang punya minat baca yang begitu tinggi," ujar Cecilia.

Ia lalu berkenalan dengan Shahrin dan Cecilia baru tahu kalau Shahrin adalah seorang muslim. Ketika ditanya mengapa Shahrin selalu membaca buku, Shahrin menjawab bahwa mencari ilmu pengetahuan adalah kewajibab seorang muslim dan ia mencari ilmu dengan cara banyak membaca.

Cecilia banyak berdiskusi tentang agama dengan Shahrin, yang membuka mata Cecilia tentang ajaran Islam. Sejak itu, Cecilia mulai bergaul dengan muslimah lainnya di sekolah. Ia banyak bertanya tentang Islam pada teman-teman muslimnya itu.

Cecilia mengaku terpesona dengan ajaran Islam, dengan doktrin yang sederhana dan konsep monoteisme yang mendalam. Ia melihat agama Islam memberikan jalan keluar semua masalah dalam kehidupan manusia.

Meski tertarik dengan Islam, Cecilia belum berani memutuskan untuk masuk Islam. Ia melihat kecenderungan masyarakat Swedia yang masih berprasangka buruk terhadap Islam dan Muslim. Cecilia juga mengaku khawatir dengan reaksi orang lain jika ia memutuskan menjadi seorang muslim.

Ketua Dewan Islam Swedia, Helena Benaouoda mengungkapkan, secara umum minat masyarakat Swedia terhadap Islam makin besar. "Banyak yang datang ke pusat informasi kami dan bertanya banyak hal tentang Islam. Bahkan mereka yang menyebut diri mereka ateis dan sedang mencari makna hidup secara spiritual, banyak yang tertarik dengan agama Islam," ujar Helena yang juga seorang mualaf.

Data statistik resmi pemerintah Swedia menunjukkan terdapat 400.000 Muslim di Swedia, 5000 orang diantaranya adalah orang Swedia asli. Helena mengatakan, jumlah Muslim di negerinya kemungkinan lebih besar dari data yang dimiliki negara. (kw/IN)