Manajemen dan Leadership Rasulullah (2)

muhammadRefleksi atas Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam 1435 H

Oleh : Ust Fathuddin Ja’far

 …Sambungan

 

2. Sisi Manajemen dan Leadership Kemasyarakatan/Sosial

Demikian pula halnya, kendati Rasulullah sebagai hamba pilihan dan paling mulia sejagad di sisi Allah, dalam pergaulan sehari-hari bersama para sahabat dan masyarakatnya tidak terlihat seidkitpun kesan perbedaan dengan mereka atau ketinggian diri di tengah-tengah mereka. Sebagai manusia, Rasulullah bergaul dengan sahabat dan masyarakat yang heterogen (berbagai suku dan bangsa) sebagaimana manusia lainnya. Beberapa kasus berikut dapat pula kita jadikan bukti otentik bagaimana Rasulullah bermasyarakat dengan manajemen dan leadership yang sangat fantastik.

  • Saat Rasulullah bersama Sahabat menuju perjalanan ke Badar dalam suatu perjalan perang, jumlah mereka sekitar 1000 orang sedangkan kendaraan kuda/onta mereka hanya sekitar 300 ekor, maka Rasulullah membagi setiap satu tunggangan untuk tiga orang sahabat. Lalu berkata : Saya, Ali dan Abu Lubabah satu kendraan. Ketika Rasulullah habis jatah menaiki kendaraan tersebut, kedua Sahabat tadi memohon agar Beliau tetap di atas kendaraan itu. Lalu Rasuluillah berkata : Tidak wahai Sahabatku. Kalian berdua tidaklah lebih kuat dari aku dan aku tidak pula orang yang tidak membutuhkan pahala. (Riwayat Imam Ahmad)
  • Dalam suatu perjalan yang lain bersama para Sahabat saat hendak menyiapkan makanan. Ketika itu mereka sepakat memotong seekor kambing. Lalu Rasulullah membagi tugas di antara para Sahabat. Para Sahabatpun berlomba-lomba menawarkan diri untuk berkhidmat pada saudara-saudara mereka. Yang satu berkata : Saya bagian tukang potongnya. Yang lain lagi berkata. Saya yang akan mengulitinya. Yang lain lagi berkata : Saya yang akan memasaknya. Lalu Rasulullah berkata : Saya yang akan mengumpulkan kayu bakarnya. Ketika dikatakan pada Beliau, cukup kami saja yang mengerjakannya wahai Rasulullah, Beliaupun berkata : Saya tahu itu, akan tetapi Allah tidak suka melihat hamba-Nya berbeda dengan teman-temannya.
  • Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah yang pertama kali Beliau lakukan adalah membangun Masjid. Lalu Rasulullah memerintahkan para Sahabat untuk membangunnya. Dalam proses pembangunan tersebut terlihat Rasulullah ikut serta dengan kedua tangan Beliau yang mulia. Terlihat Rasulullah sangat bersemangat dan pada waktu yang sama Beliau  memotivasi kaum Muhajirin dan Anshar dengan senandung Beliau yang mengandung nilai yang sangat tinggi dan maulia, “Yaa Allah, sesungguhnya tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali hanya kehidupan akhirat.. Sebab itu, tolonglah kamum Anshar dan Muhajirin”. (Ibnu Hisyam)
  • Ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui bahwa pasukan kaum Musyrikin Mekkah berkoalisi dengan berbagai Kabilah yang ada di sekitar Madinah dan juga kaum Yahudi yang tinggal di Madinah untuk menyerang Rasulullah dan kaum Muslimin di Madinah, maka Rasulullah bermusyawarah dengan para Sahabat untuk mencari strategi yang terbaik menggagalkan rencana jahat pasukan multinasional kaum kafir tersebut. Lalu Salman Al-Farisi mengusulkan agar membangun parit. Rasulullah pun menerima usulan tersebut dan sebagaimana biasa, Rasulullah memenej sendiri pekerjaan penggalian parit tersebut dan terlibat secara langsung. Sebagaimana kebiasaan Rasulullah memotivasi para Sahabat sambil bersenandung :” Yaa Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali kehidupan akhirat. Sebab itu ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin”. Mendengar ungkapan tersebut, para Sahabatpun menjawabnya : Kami adalah kaum telah berbai’at kepada Muhammad untuk berjihad sepanjang hidup.

 

Dari empat kasus yang dijelaskan di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berinteraksi sosial dengan para Sahabat dan umatnya dalam berbagai kondisi dan situasi mengirimkan beberapa pesan yang sangat mulia dan mahal dari sisi manajemen dan leadership yang Beliau terapkan. Beberapa karekteristik manajemen dan leadership tersebut dapat kita tangkap sebagai berikut:

  1. Sifat keikutsertaan dan kebersamaan dalam melakukan suatu program yang Beliau rancang dan tetapkan.
  2. Tawadhu’ atau rendah hati dalam pergaulan dan interaksi dengan para Sahabat dan pengikutnya.
  3. Mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri Beliau.
  4. Sangat piawai dalam bergaul sehingga para Sahabat dan pengikutnya tidak merasa dikelas-duakan, bahkan sama dengan Beliau dalam beramal dan berbuat.
  5. Sangat mencintai para Sahahat dan umatnya seperti Beliau mencintai diri dan keluarganya. Beliau siap capek, sakit dan bahkan bersabung nyawa akibat ancaman kaum kafir demi kasih sayang pada umatnya.
  6. Selalu menjaga penampilan yang bersih dan rapih bahkan wangi agar para Sahabat dan pengikutnya nyaman bergaul dan berdekat-dekat dengan Beliau. Dengan demikian, tidak ada perasaan dan fikiran negatif muncul dari para Sahabat. Yang muncul dari mereka tentang Rasulullah adalah perasaan senang, nyaman dan fikiran positif.
  7. Menempatkan para Sahabat semuanya sama di hadapan Allah. Yang paling mulia di antara mereka di sisi Allah adalah yang paling baik dan yang paling sempurna taqwanya.

Bersambung…