Mengapa Soros Berada di Istana Tampak Siring?

George Soros, seorang pengusaha dan philantropis Yahudi terkemuka, bertemu dengan Presiden SBY di Istana Tampak Siring, Bali. Presiden SBY dalam pertemuan itu didampingi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Lingkungan Gusti Muhammad Hatta, Menteri Sekretariat Negara Sudi Silalahi. Bagaimana Soros nampaknya mempunyai pengaruh langsung terhadap pusat kekuasaan.

Kunjungan Soros ke Indonesia bukan pertama kali, dan sudah bertemu dengan berbagai kalangan, termasuk para pemimpin di negeri ini. Sekarang Soros bertemu dengan orang pertama Indonesia, Presiden SBY. Di balik pertemuan antara Soros dengan SBY, sesungguhnya pesan apa yang diinginkannya? Adakah ini hanya akan menunjukkan semakin jauhnya penetrasi kepentingan Israel kepada Indonesia melalui orang-orangnya?

Soros mempunyai pengaruh yang luas. Tokoh Yahudi ini  memiliki usaha dibidang finansiil, dan sekaligus bergerak dibidang philantropis telah terlibat dalam perubahan politik di berbagai negara. Soros menggunakan usahanya dibidang finansiil yang dimilikinya itu, pernah mengobrak-abrik negara-negara ASEAN, yang mengakibatkan terjadinya krisis politik dan ekonomi, dan efek dominonya yaitu jatuhnya rejim-rejim di kawasan ini  berguguran, termasuk di Indonesia.

Soros terlibat perubahan politik di negara-negara Eropa Timur, yang komunis, dan secara simultan rejim negara-negara komunis itu berguguran. Kemudian, munculnya rezim baru di Eropa Timur, yang lebih pro-Barat, dan menggunakan ciri demokrasi, tak terlepas dari pengaruh Soros. Tokoh finansiil Yahudi ini, ikut melakukan rekayasa  perubahan politik di Soviet, yang kemudian muncul rejim baru, yang tidak lagi menggunakan komunisme sebagai ideologi, dan arah ekonominya lebih kepada sistem kapitalis, yang pro-pasar.

Tokoh Yahudi ini di setiap negara menanamkan orang-orangnya dengan menggunakan kedok gerakan yang bersifat philantropis, dan selalu mengusung tentang demokrasi, pluralisme, dan ‘civil society’ (masyarakat sipil). Melalui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para agentnya yang bertebaran di seluruh dunia, Soros meng’create’ (menggagas) perubahan, yang pasti disesuaikan dengan kepentingan ideologinya. Tentu, semua tujuannya, ingin  setiap negara yang menjadi target (sasaran)nya itu, kemudian menjadi sekutunya, dan sekaligus mengikuti langkah-langkah strategis yang akan mengeleminir setiap kemungkinan peluang munculnya tantangan baru yang akan mengancam kepentingan kaum Yahudi.

Betapapun, Indonesia mempunyai posisi yang sangat strategis secara geopolitik, kekayaan alam yang melimpah, dan yang lebih penting lagi, bagaimana membawa Indonesia yang mayoritas penduduknya yang berjumlah 240 juta dan 90 persen muslim ke dalam lingkungan politik stretagis, yang tidak memusuhi Israel. Langkahk-langkah yang akan ditempuh Soros melalui lobi, dan kerjasama dan bantuan, termasuk memasukkan modalnya di berbagai sektor di Indonesia. Inilah cara-cara yang akan digunakan Soros untuk menekuk Indonesia, dan kemudian masuk ke dalam lingkaran utama Israel.

Belum lama ini, sebuah perusashaan yang sebenarnya adalah perusahaan Israel yaitu Amdocs, berhasil memenangkan tender dengan anak perusahaan Telkom yaitu Telkomsel, berkenaan dengan sistem billing. Dengan masuknya Amdocs yang merupakan perusahaan Israel itu, maka sesungguhnya ini sudah merupakan ancaman yang serius terhadap keamanan nasional Indonesia. Dengan Amdocs memiliki data-data yang ada itu, maka dengan akan sangat mudah Israel akan menggunakannya untuk mempenetrasi sistem politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan Indonesia.

Tetapi, yang tak kalah penting lagi, melalui gerakan yang dilakukan tangan-tangan Soros yang ada di Indonesia, yang terus-menerus mengkampanyekan ‘Civil Society”, perlahah-lahan mengubah kelompok-kelompok utama Islam, yang sebelumnya lebih puritan dan memiliki komitment kepada Islam. Kini, mereka perlahan-lahan mulai runtuh, dan tidak lagi berani memperjuangkan prinsip-prinsip Islam, dan menjadi sekulerisme sebagai bagian dari gerakan mereka.

Partai-partai Islam atau yang berbasis masa Islam, perlahan-lahan dan pasti telah mengalami perubahan yang sangat radikal, dan tidak berani lagi memperjuangkan prinsip-prinsip Islam, yang menjadi keyakinan mereka. Karena mereka sudah mengalami proses sekulerisasi yang hebat, dan menanggalkan prinsip mereka yang selama ini mereka anut. Ini tidak terlepas dari proses rekayasa yang dijalankan oleh tangan-tangan yang menjadi perpanjangan Soros.

Dengan terjadinya proses sekulerisasi yang terus berjalan ini, partai-partai Islam dan berbasis masa Islam, serta kelompok-kelompok lainnya, yang mengalami nasib yang sama, perlahan-lahan Indonesia akan menjadikan sebagai satelit Israel. Tidak ada lagi penolakan yang tegas terhadap kepentingan strategis dan ideologis Israel terhadap Indonesia. Karena kelompok-kelompok puritan yang ideologis semuanya telah runtuh ke dalam pelukan pengaruh yang dijalankan Soros melalui tangan-tangan mereka di Indonesia.

Implikasinya terhadap Indonesia bukan hanya penguasaan kekayaan alam oleh perusahan multinasional corporation (MNC) yang sebagian besar adalah kepentingan Yahudi, tetapi yang lebih mendasar lagi, kelompok-kelompok Islam yang tergabung dalam partai politik yang sudah diikat dalam koalisi itu, pasti tidak dapat lagi menyuaraakan dan membela serta memperjuangkan bagi pembebasan bangsa-bangsa muslim yang dijajah oleh Israel dan kaki tangannya, sepeti Palestina. Ini hanyalah konsekwensi logis dengan adanya perubahan sikap dari kelompok Islam yang sudah ‘jompo’, karena mereka sudah dilucuti ideoligi dan keyakinan mereka.

George Soros akan terus mempenetrasi dengan berbagai cara yang dilakukannya untuk menundukkan dan menguasai negeri Indonesia, negeri yang mayoritas muslim, dan mereka diikat dengan ideologi pluralisme dan inklusivitas yang sekarang sudah masuk ke dalam ranah ideologi dan pemikiran kalangan partai-partai dan kekuatan Islam lainnya. Wallahu’alam.