Perang Drone dan Kerahasiaan Negara – Bagaimana Barack Obama Menjadi Seorang Garis Keras

Perang Drone dan Kerahasiaan Negara - Bagaimana Barack Obama Menjadi Seorang Garis Keras

Suatu kali ia pernah menjadi profesor hukum yang berkampanye menentang perang Irak. Namun sekarang menurut laporan pekan lalu, Presiden AS secara pribadi mengawasi “daftar pembunuhan” atas serangan drone di Yaman dan Pakistan. Kemudian ada penyerahan tahanan (rendisi) oleh CIA, peningkatan pengawasan dan tindakan keras terhadap para pelapor kasus (whistleblower). Maka jangan heran kalau orang dalam di Washington mempersamakan Obama dengan ‘George W Bush yang memakai steroid’

Oleh Paul Harris

Amos Guiora tahu tentang semua pembunuhan berencana, baik dalam hal proses hukum maupun risiko salah membunuh atau yang menyebabkan korban sipil. Profesor hukum di University of Utah itu menghabiskan waktu bertahun-tahun di Departemen Pertahanan Israel, termasuk sebagai penasihat hukum di Jalur Gaza di mana serangan pembunuhan semacam itu adalah hal biasa. Dia tahu bagaimana rasanya ketika seseorang menimbang keputusan atas hidup dan mati.

Namun Guiora mengaku “sangat prihatin” atas Presiden Barack Obama yang memiliki sendiri “daftar membunuh” atas para teroris dan cara bagaimana mereka dilenyapkan oleh rudal-rudal yang ditembakkan dari pesawat tak berawak (drone) di seluruh dunia. Ia yakin kebijakan AS tidak erat kaitannya dengan bagaimana seseorang berada pada di daftar itu, menyisakan masalah hukum dan moral saat daftar itu ada di atas meja Obama. “Dia membuat sebagian besar keputusan tanpa dilakukan review eksternal,” kata Guiroa pada the Observer, dengan mengatakan bahwa metodologi yang dipakai AS untuk memutuskan siapa merupakan teroris sebagai “loosey goosey (ceroboh dan tidak tepat) “.

Sebagaimana yang diungkap koran pada minggu lalu, daftar pembunuhan pemerintahan Obama mendefinisikan militan sebagai setiap laki-laki berusia militer yang berada di zona serangan ketika serangan drone dilangsungkan. Sebagian orang melihat Obama sebagai presiden yang melihat lebih canggih pada isu-isu terorisme dibandingkan pendahulunya, George W Bush. Namun, Guiora malah memandangnya sama dengan Bush, hanya dia jauh lebih antusias dalam masalah berperang dengan drone.

Tapi “daftar pembunuhan” dan program pesawat drone yang cepat berkembang itu hanyalah dua dari banyak aspek kebijakan keamanan nasional Obama yang tampaknya bertentangan dengan harapan banyak pendukungnya pada tahun 2008. Setelah memberikan pesan kuat untuk memisahkan diri dari Bush, Obama sebenarnya membangun taktik nasional pendahulunya itu dalam hal keamanan.

Obama telah memimpin suatu ekspansi besar-besaran atas pengawasan rahasia atas warga Amerika oleh National Security Agency. Dia telah melancarkan tindakan keras dan ganas dan belum pernah dilakukan sebelumnya atas para pelapor suatu kasus (whistleblowers). Dia telah mengklasifikasi dokumen-dokumen pemerintah lebih banyak daripada yang dilakukan presiden sebelumnya. Dia telah melanggar janjinya untuk menutup penjara Teluk Guantanamo yang kontroversial dan terus mendesak dengan penuntutan melalui pengadilan militer rahasia, dan bukan pengadilan sipil. Dia telah mempertahankan rendisi (penyerahan tahanan) oleh CIA. Dia telah mencoba meraih kekuasaan baru yang lebih luas pada apa yang didefinisikan sebagai seorang teroris atau pendukung teroris dan apa yang bisa dilakukan atas mereka, yang sering dilakukan tanpa proses hukum.

Ruang lingkup dan keluasan kebijakan keamanan nasional Obama telah mengejutkan bahkan atas para pendukung kuat Bush dan anggota lembaga Washington DC. Pada artikel koran New York Times minggu lalu yang merinci ” daftar pembunuhan”, mantan Direktur CIA era Bush, Michael Hayden, mengatakan bahwa Obama harus membuka proses itu untuk pengawasan yang lebih terbuka. “Demokrasi tidak melakukan perang atas dasar memo yang terkunci dengan aman di dalam [Departemen Kehakiman],” katanya kepada surat kabar itu.

Bahkan Aaron David Miller, seorang penasehat jangka panjang kebijakan Timur pada pemerintahan Republik dan Demokrat, menyampaikan keberatannya pada edisi terbaru majalah Foreign Policy. Dia menulis dengan gamblang, “Barack Obama telah menjadi George W Bush yang memakai steroid.”

Banyak pendukungnya yang kecewa akan setuju. Jesselyn Radack adalah penasehat etika departemen hukum di bawah pemerintahan Bush yang menjadi whistleblower atas kasus pelanggaran hak-hak hukum dari “Taliban Amerika” John Walker Lindh. Sekarang Radack bekerja bagi Proyek Pertanggungjawaban Pemerintah, yang membela sesama whistleblower. Dia berkampanye bagi Obama, menyumbangkan uang dan memilih dia. Sekarang dia telah menyaksikan pemerintahannya – yang menjanjikan transparansi dan perlindungan bagi whistleblower – malah menindak whistleblower dengan alasan keamanan nasional.

Untuk itu telah digunakan UU Spionase – suatu hukum mata-mata pada perang dunia pertama yang tidak jelas – sebanyak enam kali. Itulah penggunaan atas UU seperti itu lebih banyak dalam tiga tahun daripada semua presiden sebelumnya digabung menjadi satu. Diantara kasus-kasus itu termasuk kasus John Kiriakou, agen CIA yang membocorkan rincian penyiksaan tahanan dengan waterboarding, dan Thomas Drake, yang mengungkapkan mahalnya biaya dari sebuah proyek pengumpulan data NSA yang telah dikontrakkan. “Kami tidak pernah melihat ini terjadi sebelumnya. Obama telah memimpin penumpasan paling brutal atas para whistleblower,” kata Radack.

Namun berkembangnya hal ini cocok dengan meningkatnya kerahasiaan pada pemerintahan di bawah Obama. Pekan lalu sebuah laporan oleh Kantor Keamanan Pengawasan Informasi mengungkapkan bahwa pada tahun 2011 para pejabat AS telah membuat lebih dari 92 juta dokumen rahasia: yang terbanyak yang pernah dibuat sebelumnya adalah 16 juta dokumen rahasia. Para pejabat bersikeras bahwa pertumbuhan itu disebabkan oleh prosedur administrasi yang sederhana, tetapi para aktivis anti-kerahasiaan tidak yakin atas hal itu. Beberapa perkiraan menyebutkan bahwa jumlah dokumen yang keliru diklasifikasikan sebagai rahasia adalahh 90%.

“Kami melihat pembalikan aliran informasi yang tepat antara pemerintah dan yang diperintah. Ini mungkin adalah masalah fundamentas atas kebebasan sipil pada masa kami,” kata Elizabeth Goitein, pakar keamanan nasional di Brennan Center. “Lembaga keamanan nasional semakin besar dari waktu ke waktu.”

Salah satu contoh yang menakjubkan atas hal ini ada di gunung di padang pasir Utah. Tempat itu bernama Pusat Data Utah yang sedang dibangun untuk NSA dekat sebuah kota kecil bernama Bluffdale. Ketika selesai tahun depan, bangunan senilai $ 2 milyar yang dijaga ketat itu, memiliki pembangkit listrik sendiri, akan berukuran lima kali lebih besar daripada besarnya US Capitol di Washington DC. Ini akan rumah server raksasa yang akan menyimpan data dalam jumlah besar atas warga sipil Amerika yang akan diselidiki dan diolah sebagai petunjuk intelijen. Semua ini akan mencakup semua panggilan telepon, email yang diterima hingga kartu kredit.

Namun UDC hanyalah sebuah tanda yang paling jelas atas bagaimana operasi dan ruang lingkup NSA telah tumbuh sejak serangan teroris 11/9. Di bawah pemerintahan Bush, bagian penting adalah program rahasia “penyadapan tanpa surat perintah” yang dibatalkan ketika hal ini terungkap. Namun, pada tahun 2008 Kongres meloloskan RUU yang secara efektif memungkinkan program itu dilanjutkan hanya dengan melegalkan komponen-komponenn kunci. Di bawah Obama, pekerjaan itu dilakukan secara intensif pada awal tahun ini. Komite intelijen Senat mempepanjang UU ini sampai tahun 2017, yang akan membuatnya bertahan hingga berakhirnya term kedua peerintahan Obama.

“Obama tidak membatalkan apa yang dilakukan Bush, Obama malah melampaui apa yang dilakukan Bush. Obama hanya membungkusnya dalam paket yang terlihat lebih baik.. Ia lebih liberal, lebih fasih. Ia tidak terlihat seperti koboi,” kata James Bamford, wartawan dan penulis berbagai buku tentang NSA yang terbit tahun 2008, The Shadow Factory.

Hal itu mungkin dapat menjelaskan kurangnya liputan media atas rencana perubahan oleh Obama atas suatu hukum pendanaan militer yang disebut UU Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA). Sebuah klausul ditambahkan pada NDAA yang memiliki definisi yang samar atas pendukung terorisme yang diperkarakan di pengadilan oleh para wartawan dan aktivis politik dan mengklaim hal itu bisa mengancam mereka dengan dilakukannya penahanan tanpa batas waktu bagi hal-hal seperti mewawancarai anggota Hamas atau WikiLeaks. Sebagian kecil mengaharapkan kelompok itu menang, tapi ketika para pengacara Obama menolak untuk secara definitif membantah klaim mereka, seorang New York memutuskan mendukung mereka. Namun, alih-alih mencari cara untuk menyesuaikan kata-kata dalam NDAA, Gedung Putih sekarang malah mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Sikap keras itu mungkin mengejutkan hanya orang-orang yang naif. “Dia memperluas rezim kerahasiaan secara umum,” kata Radack. Namun adalah program pesawat tanpa awak (drone) dan “daftar pembunuhan” yang muncul sebagai bagian paling penting dari kebijakan keamanan nasional garis keras Obama. Pada Januari 2009, ketika Obama berkuasa, program drone hanya dilakukan untuk Pakistan dan dilakukan 44 serangan dalam lima tahun. Ketika Obama berkuasa hal itu diperluas ke Afghanistan, Yaman dan Somalia dengan lebih dari 250 serangan. Sejak saja April telah terjadi 14 serangan di Yaman.

Korban sipil adalah hal yang biasa. Serangan pertama Obama di Yaman membunuh dua keluarga yang bertetangga dengan target. Satu serangan salah sasaran di Pakistan dan meledakkan seorang pemimpin suku yang dihormati dan sebuah delegasi perdamaian. Dia telah secara sengaja membunuh warga Amerika, termasuk ulama radikal keturunan Amerika Anwar al-Awlaki pada September tahun lalu, dan yang lainnya yang sengaja dibunuh, seperti putra Awlaki, Abdul-Rahman, berusia 16 tahun.

Operasi pesawat tak berawak saat ini beroperasi dari dua pangkalan utama di AS, puluhan instalasi militer yang lebih kecil dan setidaknya pada enam negara asing. Ada pertemuan “Teror Hari Selasa” untuk membahas target dimana kadang-kadang dihadiri manajer kampanye Obama, David Axelrod, dengan memberi kepercayaan kepada mereka yang jelas-jelas terlihat terlibat dalam perhitungan politik.

Namun bagi sebagian orang, politik tampaknya bisa diperdebatkan. Obama telah menunjukkan diri sebagai seorang proyektor kejam atas kekuatan keamanan nasional dan luar negeri, tetapi alternatif dalam pemilu mendatang adalah dari Partai Republik, Mitt Romney.

“Siapa pun yang akan terpilih, apakah itu Obama atau Romney, mereka akan melanjutkan jalan yang sangat berbahaya ini,” kata Radack. “Hal ini menciptakan suatu krisis konstitusi bagi negara kita. Krisis atas kita semua, sebagai orang Amerika. Anda tidak bisa menjadi seorang penduduk yang bebas ketika semua hal ini terjadi secara rahasia.”

Kematian dari langit

• Yang lebih dikenal sebagai drone, robot terbang yang digunakan oleh Obama disebut sebagai kendaraan udara tak berawak oleh industri pertahanan yang membuatnya. Namun, Angkatan udara, menyebutnya sebagai RPA, atau pesawat jarak jauh yang dikendalikan remote, seperti yang diterbangkan oleh pilot manusia, pada jarak yang sangat jauh dari tempat mereka beroperasi.

• Angkatan Udara AS sendiri memiliki hingga 70.000 orang yang memproses informasi mata-mata yang dikumpulkan dari pesawat drone. Hal ini meliputi pemeriksaan atas rekaman dari orang-orang dan kendaraan di lapangan pada negara-negara target dan mencoba untuk mengamati pola gerakan mereka.

• Drones tidak hanya digunakan oleh militer dan komunitas intelijen. Badan Bea Cukai dan Perbatasan AS memiliki pesawat patroli perbatasan darat dan laut. Mereka digunakan dalam pemberantasan obat-obatan dan mencegah lalu-lintas pelintas batas ilegal.

• Diasumsikan bahwa Pentagon saja memiliki 7.000 atau lebih pesawat. Sepuluh tahun yang lalu hanya ada kurang dari 50. Asal-usul pesawat itu berawal dari Perang Vietnam dan di masa sebelumnya yakni penggunaan balon pengintaian di medan perang.

• Tahun lalu terjadi krisis diplomatik dengan Iran, setelah sebuah pesawat tak berawak AS yang canggih, RQ-170 Sentinel, mendarat di tanah Iran. Pasukan Iran mengklaim telah menjatuhkan pesawat itu degan teknologi jamming yang canggih. (translated by RZ Hizbut Tahrir Indonesia)

Sumber : Guardian (02/06/2012)