Suami Kembar


Mengenal sesuatu memang tidak cukup hanya dari tampilan luar. Perlu melihat sisi lain agar kesimpulan dari tampak luar bisa meyakinkan. Karena boleh jadi, sesuatu itu ternyata kembar.

Proses awal dalam rumah tangga bisa dibilang seratus persen berisi perkenalan. Karena umumnya, orang bisa berbeda antara di luar dan di dalam rumah. Ketika berumah tangga itulah, apa yang ditangkap dari luar bisa disesuaikan dengan yang terlihat di dalam.

Repotnya ketika yang ditangkap dari luar ternyata tidak satu sosok. Ada dua orang yang persis sama. Bahkan hampir bisa dibilang, sama segalanya. Hal itulah yang kini dibingungkan Bu Lili.

Awalnya, Bu Lili tidak sadar kalau suaminya kembar. Bahkan di pesta pernikahan pun, ia tidak melihat gejala itu. Tak ada keluarga suaminya yang mirip abis. Semua normal-normal saja. Memang ada ucapan khusus dari ibu mertuanya waktu itu, “Maaf, Li. Satu anak ibu tidak bisa hadir, masih dinas luar kota!”

Terlebih ketika usai pesta pernikahan, ia dan suami langsung tinggal di rumah orang tua Bu Lili. Kalau pun kunjungan ke rumah mertua, paling-paling satu bulan sekali. “Memang jarang, sih. Habis, mau gimana lagi. Dua-duanya sibuk!” ucap Bu Lili ke seorang teman.

Bu Lili baru sadar ketika ia beberapa hari bermalam di rumah mertua. Waktu itu, ibu mertua Bu Lili sakit. Menurut suaminya, ibu mertua Bu Lili cuma sakit kangen. Sejak ditinggal mati suaminya, ibu mertua Bu Lili sering rindu bertemu dengan kelima anaknya yang sudah pindah rumah.

Semua anak-anak pun diminta ngumpul. Termasuk adik ipar Bu Lili yang dinas luar kota.

Suatu siang, Bu Lili bingung ketika mendapati suaminya sudah pulang kantor. “Kok, suamiku pulang cepat?” bisik Bu Lili dalam hati. Ia pun langsung menyongsong kedatangan sang suami. Senyumnya mengembang. Tapi, yang disambut biasa-biasa saja. Tidak menunjukkan tanda-tanda positif. Tidak membalas senyum, bahkan sedikit pandangan sekali pun. Lho?

Bu Lili pun membuntuti suaminya hingga ke kamar ibu mertuanya yang sedang terbaring. Saat itu, Bu Lili agak was-was. Jangan-jangan, ibu mertuanya sedang sekarat. Tapi, ia melihat pemandangan lain. Sambil menangis, ibu mertua Bu Lili tiba-tiba memeluk erat suami Bu Lili. Sungguh pemandangan yang begitu haru.

Pelan, terdengar suara dari mulut ibu mertua Bu Lili, “Anakku…, kenapa baru datang, Nak? Ibu kangen!” Deg. Bu Lili seperti tersadar sesuatu. Jangan-jangan….

Benar saja. Ternyata, yang disangka suaminya itu adalah adik ipar Bu Lili. Saat itu juga, Bu Lili terkesima. Semuanya persis. Mulai dari wajah, sorotan mata, jenggot dan kumis. Cuma rambut adik iparnya lebih panjang sedikit. Nggak kebayang kalau ia sempat meraih tangan adik iparnya saat datang tadi. Malu banget!

“Suamimu itu punya saudara kembar, Li! Yang pernah ibu ceritakan itu, lho. Nih dia orangnya. Mirip kan?” ucap ibu mertua Bu Lili ketika mendapati menantunya yang tampak bingung.

Sejak itu, Bu Lili jadi ekstra hati-hati. Terutama saat berada di rumah mertuanya. Ia tidak lagi gegabah dengan sosok yang disangka suaminya. Ia tidak asal senyum dengan orang yang dikira suaminya. Apalagi sampai pegang tangan. Urusannya bisa panjang. Sebelum memberi reaksi dengan sosok yang mirip suaminya, Bu Lili selalu bilang, “Ini suami saya kan?”

Kalau Bu Lili yang sudah hampir empat bulan hidup bersama saja masih pangling, gimana ayah dan ibunya. Itu terlihat ketika keluarga mertuanya berkunjung ke rumah Bu Lili. Saat itu juga, ayah dan ibu Bu Lili langsung bilang, “Lho, suamimu kok ada dua, Li?”

Menanggapi pertanyaan itu, Bu Lili pun sudah bisa langsung bercanda. “Makanya, jangan lihat orangnya. Lihat bajunya!” ucap Bu Lili sambil senyum-senyum.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Bu Lili dikhawatirkan dengan soal lain. Dari malam hingga pagi, suaminya belum juga pulang. Tanpa kabar, tanpa telepon. Sesuatu yang bukan kebiasaan suaminya. Ada apa? Bu Lili terus dipermainkan kekhawatiran.

Beberapa kali ia telepon kantor suaminya, jawabannya tetap sama: sudah pulang sejak sore kemarin. Kalau saja ponsel suaminya tidak ketinggalan, mungkin ia sudah bisa dapat kabar.

Tiba-tiba, wajah Bu Lili berubah drastis. Kekhawatirannya berganti gembira ketika dari balik bayangan gorden jendela depan rumahnya, suaminya terlihat berdiri di depan pintu. Pintu pun terketuk sopan. “Assalamu’alaikum!”

“Alhamdulillah,” ucap Bu Lili sambil bergegas menuju pintu depan. “Wa’alaikumusalam!” ucapnya sambil membuka pintu. Tapi, suami Bu Lili seperti terkejut melihat Bu Lili. Bu Lili pun jadi bingung.

“Maaf, Kak! Kok Kakak tidak pake’ jilbab. Saya cuma ingin mengabarkan kalau Kak Heri sedang sakit di rumah! Kakak ditunggu!” ucap seseorang yang ternyata adik ipar Bu Lili. Dan, Bu Lili pun nyaris pingsan. ([email protected])