Khutbah Idul Fithri: Bebaskan Diri Kita dari Gejala Kekafiran

hartono_ahmad_jaizOleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri sendiri, kemudian kepada para jama’ah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).

Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua membesarkan asma AllahTa’ala, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.

Kaum Muslimin yang kami hormati. Allah Ta’ala telah memberikan keni’matan yang paling puncak yakni ni’mat iman dan Islam, yang dengan meyakini dan melaksanakan iman dan Islam itu ikhlas untuk Allah, maka akan Allah masukkan ke surga. Kenapa hal itu merupakan kenikmatan puncak? Karena tidak ada bagian surga sama sekali bagi orang selain Islam.

Allahu akbar. Berarti, nikmat Iman dan Islam adalah nikmat khusus. Kekhususan itupun disertai dengan kekhususan-kekhususan yang telah Allah gariskan. Hari raya Islam khusus cara Islam. Puasa Islam khusus cara Islam, walau disebut bahwa orang-orang sebelumnya pun diwajibkan puasa. Di antara pembedaannya, puasa Islam adalah pakai sahur, dan disebut ada keberkahannya.

Yang telah dikhususkan itu jangan sampai kemudian dicampur aduk dengan yang lain. Islam yang telah dikhususkan aturan-aturannya itupun tidak boleh dicampur aduk dengan lainnya. Bahkan sampai dalam hal berpakaian pun dikhususkan. Pakaian muslimah tidak sama dengan pakaian kafirin. Pakaian muslimah harus menutup aurat, yang istilahnya memang sudah dikenal dengan pakaian muslimah.

Ketika Islam ini segalanya telah dikhususkan, dan itu merupakan keistimewaan, hingga Islam itu ya’luu walaa yu’laa, unggul dan tidak diungguli, maka meniru-niru hal-hal yang dari non Islam pun dilarang, bila hal itu merupakan ciri khas apalagi syiar kekufuran. Bahkan diancam oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa yang menyerupai  dengan suatu kaum maka dia termasuk (golongan) mereka.

Gaya hidup Muslim memang harus beda dengan non Islam. Sampai-sampai, minum atau makan pakai tangan kiripun dilarang dalam Islam, karena itu cara makan dan minumnya syetan. Sedang syetan adalah musuh yang nyata.

Hanya cara makan dan minum saja dilarang meniru cara syetan, apalagi mengenai hal-hal yang sifatnya mengandung keyakinan ataupun ibadah. Oleh karena itu, hari raya kekufuran pun dilarang didatangi. Dilarang pula mengucapi selamat. Karena mendatangi ataupun mengucapkan selamat mengandung makna mengakui benarnya ataupun bolehnya. Sedangkan agama yang tidak dibenarkan oleh Allah Ta’ala, tidak boleh dibenarkan oleh Muslim.

Oleh karena itu, setiap muslim diancam, bila setia alias loyal kepada orang kafir maka dinilai sebagai bagian dari mereka. Dan itu disebut oleh Allah Ta’ala sebagai

tingkah yang “Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka”.

Firman Allah Ta’ala yang menegaskan masalah itu cukup banyak. Di antaranya:

 تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80) وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ [المائدة/80، 81]

80. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.

81. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.  (QS Al-Maaidah: 80, 81)

 ] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ[

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (Al-Maidah: 51)

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (Al-Maidah: 51)

{ ومن يتولهم منكم } أي أيها المؤمنين { فإنه منهم } ، لأنه بحكم موالاتهم سيكون حرباً على الله ورسوله والمؤمنين وبذلك يصبح منهم قطعاً) أيسر التفاسير للجزائري – (ج 1 / ص 356)(

Karena konsekwensi kesetiaan kepada mereka (Yahudi dan Nasrani)  itu akan menjadikan perang terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Dengan demikian pasti akan menjadi bagian dari mereka. (Al-Jazaairi dalam tafsirnya, Aisarut tafaasiir juz 1 halaman 356).

] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ[

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. “ (Al-Mumtahanah: 1)

] قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ[

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,” (al-Mumtahanah: 4)

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ [المجادلة/22]

22. Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (QS Al-Mujadilah/ 58: 22).

Nah, ayat-ayatnya sudah jelas. Namun dalam kehidupan zaman sekarang, ada kelompok-kelompok yang mengaku Muslim, namun lebih berkasih sayang kepada kafirin. Padahal yang dikasih sayangi itu ternyata bukan bapaknya, bukan anaknya bukan pula saudaranya. Padahal yang satu jelas kafir dan yang lain mengaku beriman.

Di balik itu, kita saksikan dalam kenyataannya, justru mereka yang mengaku beriman itu galak terhadap orang-orang yang beriman, sambil menuding dengan suara sengit, bahkan memprovokasi massa untuk ikut membenci orang-orang Islam (yang dibencinya) bahkan agar mengusirnya segala, ketika mereka merasa terusik praktek-praktek penyimpangannya yang tidak sesuai dengan Islam. Ini bagaimana? Benar-benar al-Qur’an telah dibelakangi. Karena contoh dalam Al-Qur’an adalah bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi saling kasih sayang di antara sesama mukminin. (lihat QS Al-fat-h/ 48: 29).

Apakah yang mengaku beriman tetapi setia kepada kafirin itu lupa bahwa kelak di akherat akan dimintai pertanggung jawabannya. Di antaranya, harta itu diperoleh dari mana dan untuk apa dia dibelanjakannya. Betapa beratnya, kalau misalnya: harta itu diperoleh dari orang kafir (bukan karena dagang barang, tetapi karena membela kekufuran) kemudian untuk memusuhi dan menghalangi Islam. Apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak murka?

Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memperingatkan tentang dimintainya tanggung jawab di akherat kelak, dalam hadits:

 عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ   رواه الترمذي قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وصححه الألباني .

dari Abu Barzah Al Aslami berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan.” ((HR At-Tirmidzi, – 2341, dia berkata: Hadits ini hasan shahih, dishahihkan Al-Albani).

Gejala setia kepada orang kafir

Untuk mengetahui bagaimana gejala mencintai atau setia atau loyal terhadap orang kafir, mari kita simak uraian ulama terkemuka saat ini yakni Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan,  dalam bab مظاهر موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar – gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir berikut ini.

Termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah meminta bantuan kepada kaum kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan yang di dalamnya ada banyak perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka sebagai kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Allah Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ(118).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ(119).

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ(120).

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS Ali Imran: 118-120).

Ayat-ayat yang mulia ini mengungkapkan hakekat kaum kafir dan apa yang mereka sembunyikan dari kaum muslimin yang berupa kebencian dan siasat untuk melawan kaum muslimin seperti tipu daya dan pengkhianatan. Dan ayat ini juga mengungkapkan tentang kesenangan mereka bila kaum muslimin mendapat musibah. Dengan berbagai cara mengganggu ummat Islam. Bahkan kaum kuffar tersebut memanfaatkan kepercayaan ummat Islam kepada mereka dengan menyusun rencana untuk memojokkan dan membahayakan ummat Islam.

وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَد بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ : قُلْت لِعُمَرِ : إنَّ لِي كَاتِبًا نَصْرَانِيًّا قَالَ : ما لَك قَاتَلَك اللَّهُ أَمَا سَمِعْت اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ } أَلَا اتَّخَذْت حَنِيفِيًّا قَالَ : قُلْت : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لِي كِتَابَتُهُ وَلَهُ دِينُهُ قَالَ : لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ اللَّهُ

Imam Ahmad telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, dia berkata kepada ‘Umar radhiyallahu anhu: ’Saya memiliki sekretaris yang beragama Nashrani’. ‘Umar berkata: ’Mengapa kamu berbuat demikian? Celakalah engkau. Tidakkah engkau mendengar Allah Ta’ala berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ …} (51) سورة المائدة.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain…” (QS. Al-Ma’idah: 51).

Kenapa tidak engkau ambil seorang muslim sebagai sekretarismu? Abu Musa menjawab:’Wahai amirul mukminin, saya butuhkan tulisannya dan urusan agama terserah dia’. Umar berkata:

لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ اللَّهُ

’Saya tidak akan memuliakan mereka karena Allah telah menghinakan mereka, saya tidak akan mengangkat derajat mereka karena Allah telah merendahkan mereka dan saya tidak akan mendekati mereka karena Allah telah menjauhkan mereka’.

Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى بَدْرٍ حَتَّى إِذَا كَانَ بِحَرَّةِ الْوَبَرَةِ لَحِقَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَذْكُرُ مِنْهُ جُرْأَةً وَنَجْدَةً فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَسْتَ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ لَا قَالَ ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ. (مسلم)

Bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam keluar menuju Badar. Tiba-tiba seseorang dari kaum musyrikin menguntitnya dan berhasil menyusul beliau ketika sampai di Harrat alwabarah, lalu dia berkata: ’Sesungguhnya aku ingin mengikuti kamu dan aku rela berkorban untuk kamu’. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Beriman kah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya?”, dia berkata:’Tidak’. Beliau bersabda:

ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ.

”Kembalilah, karena saya tidak akan meminta pertolongan kepada orang musyrik”.  (HR Ahmad dan Muslim)

Demikianlah sebagian penjelasan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, ulama terkemuka sekarang ini, abad ini, dalam bab مظاهر موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar – gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir—dalam buku:

الإرشاد إلى صحيح الاعتقاد والرد على أهل الشرك والإلحاد

Al-Irsyadu ila shahiihil I’tiqaad warraddi ‘alaa ahlis syirki wal ilhaad.

Kaum Muslimin yang kami hormati, tadi sudah kami sebutkan, puasa Islam adalah cara khusus Islam, hari rayanya pun demikian. Bahkan ibadah dan keyakinannya pun khusus. Itu semua karena yang kelak dimasukkan surga hanyalah khusus yang keyakinannya Islam. Dengan demikian, sadarilah, puasa Ramadhan yang diwajibkan sebulan penuh, kemudian disambung dengan kegembiraan di hari raya fithri yakni hari raya berbuka alias haram puasa, dan tanda puasa sebulan Ramadhan telah selesai, maka benar-benar kepasrahan kita kepada Allah itu adalah kepasrahan secara khusus Islam. Itulah taqwa yang disebutkan dalam ayat kewajiban puasa yakni la’allakum tattaquun, supaya kalian bertaqwa.

Dengan kepasrahan total secara khusus Islam itulah yang diberi gelar inna akromakum ‘indallahi atqakum, sesungguhnya semulia-mulia kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa. Karena memang meyakini dan melaksanakan Islam yang ya’luu walaa yu’ laa, unggul dan tidak diungguli, sehingga tidak tercampur dengan meniru ajaran ataupun syiar kekufuran, apalagi minta tolong kepada orang kafir. Dari sinilah perlunya disadari, betapa rendahnya nilai orang-orang yang mengaku iman namun berkasih-kasihan dengan orang kafir. Bukan hanya rendah, namun dibenci oleh Allah Ta’ala. Karena Allah telah menegaskan:

وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ

dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya (QS Az-Zumar/ 39: 7).

Betapa ruginya. Di mata manusia pun mereka hina karena telah menjual agamanya demi dunia kepada orang kafir, sedang Allah pun membencinya. Na’udzubillahi min dzalik, kami berlindung kepada Allah dari hal yang demikian.

Telah diwajibkannya puasa Ramadhan sebulan penuh, dan diberinya keni’matan berhari raya, semoga menjadikan umat Islam mampu menyadari betapa pentingnya menjaga keimanan sekuat tenaga dan menghindari jauh-jauh dari kekufuran, agar tidak celaka baik di dunia maupun di akherat.

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita.

Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.

Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah (misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis transparan.

Ingatlah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا (وَذَكَرَ) وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا

Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat (lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).

Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita,

رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ِلأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian. Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ   اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ

الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ,

يَامَنَّانُ يَابَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

أَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِمَحَبَّتِكَ وَالإِخْلاَصِ لَكَ

وَمَحَبَّةِ رَسُوْلِكَ وَالاِتِّبَاعِ لَهُ

وَمَحَبَّةِ شَرْعِكَ وَالتَّمَسُّكِ بِهِ

اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,

يَامُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ  أَمْرِنَا

وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا

وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنُا

وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلّ خَيْرٍ

وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ؛ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ ؛ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّك وَعَدُوِّهِمْ ؛ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلَامِ ؛ وَأَخْرِجْهُمْ مِنْ الظُّلُمَاتِ إلَى النُّورِ ؛ وَجَنِّبْهُمْ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ؛ وَبَارِكْ لَهُمْ فِي أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ مَا أَبْقَيْتهمْ . وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِينَ لِنِعَمِك مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْك ؛ قَابِلِيهَا وَأَتْمِمْهَا عَلَيْهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ . اللَّهُمَّ اُنْصُرْ كِتَابَك وَدِينَك وَعِبَادَك الْمُؤْمِنِينَ ؛ وَأَظْهِرْ الْهُدَى وَدِينَ الْحَقِّ الَّذِي بَعَثْت بِهِ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ . اللَّهُمَّ عَذِّبْ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِك وَيُبَدِّلُونَ دِينَك وَيُعَادُونَ الْمُؤْمِنِينَ . اللَّهُمَّ خَالِفْ كَلِمَتَهُمْ وَشَتِّتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ؛ وَاجْعَلْ تَدْمِيرَهُمْ فِي تَدْبِيرِهِمْ ؛ وَأَدِرْ عَلَيْهِمْ دَائِرَةَ السَّوْءِ . اللَّهُمَّ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَك الَّذِي لَا يُرَدُّ عَنْ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ . اللَّهُمَّ مُجْرِيَ السَّحَابِ وَمُنْزِلَ الْكِتَابِ وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ . رَبَّنَا أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا . وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تَمْكُرْ عَلَيْنَا ؛ وَاهْدِنَا وَيَسِّرْ الْهُدَى لَنَا ؛ وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا . رَبَّنَا اجْعَلْنَا لَك شَاكِرِينَ مُطَاوِعِينَ مُخْبِتِينَ ؛ أَوَّاهِينَ مُنِيبِينَ . رَبَّنَا تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا ؛ وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا ؛ وَاهْدِ قُلُوبَنَا ؛ وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا وَاسْلُلْ سَخَائِمَ صُدُورِنَا } . وَهَذَا رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ بِلَفْظِ إفْرَادٍ وَصَحَّحَهُ -مجموع الفتاوى – (ج 28 / ص 46)

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْيَوْمِ

وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةِ

(Bagian awal dan akhir diambil dari kumpulan khutbah Majalah As-Sunnah berjudul Meraih Kemenangan dengan Ketaatan yang dipublikasi ulang oleh salafiyunpad).