Adanya Pihak Ketiga

Assalamualaikum Umi Urba.

Sejak kehamilan bulan pertama suamiku selingkuh dan baru ketahuan di usia kehamilanku bulan ketiga, dia sudah minta maaf mungkin beribu-ribu maaf dilontarkan dari mulutnya, tetapi sampai sekarang sikapnya tidak berubah tetap berhubungan dengan wanita itu walupun lewat dunia maya.

Saya sedih umi disaat hamil pastinya wanita butuh kasih sayang dari suami tapi saya tidak mendapatkan itu semua malah suami lebih membela WIL dan selalu membahas perpisahan jika kelak anak kami lahir.

Umi, saya minta petunjuk sikap bagaimana yang harus saya ambil terus terang saya tertekan dengan keadaan ini. Terima kasih sebelumnya.

Wassalam.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Ba’da tahmid wa shalawat. Akhwat yang shalihat, saya turut prihatin atas masalah yang tengah menimpa Anda. Semoga Anda diberi ketabahan oleh Allah swt hingga dapat menyelesaikan persoalan ini dengan sikap dan keputusan terbaik. Terus terang saya menyadari bahwa permasalahan yang Anda hadapi bukan hal yang ringan, apalagi Anda dalam posisi mengandung anak di bulan-bulan pertama. Sebagai orang beriman, kita tetap harus yakin terhadap pertolongan Allah swt. Anda tetap harus optimis terhadap pertolongan dan jalan keluar yang dijanjikan Allah swt untuk orang-orang beriman.

Akhwat yang dirahmati Allah swt,

Usia pernikahan yang tersirat dari cerita Anda mungkin relatif masih dini, dengan bayi yang sebentar lagi bakal lahir, biasanya masih diwarnai nuansa kebahagiaan yang meliputi pasangan, namun yang Anda hadapi justru keterusterangan suami yang akan menceraikan Anda begitu anak Anda lahir. Saya melihat suami sebagai yang orang yang tidak ma’ruf memperlakukan istri. Sayang Ibu tidak menceritakan latarbelakang pernikahan Anda, karena perlu melacak sebab-sebabnya atau situasi yang mencetuskannya. Mengapa di saat-saat Anda ketahuan hamil, justru suami menjalin hubungan dengan wanita lain? Apakah ada paksaan dalam pernikahan ini? Apa ada faktor-faktor yang mendorong hal tersebut? Ada yang lebih mendasar dari hal tersebut yakni, sejauh mana tingkat keberagamaan/keimanan yang ada pada kepribadian suami. Bagaimana dengan peran keluarga besar untuk mengingatkan suami? Ibu, ada baiknya menggunakan orang yang disegani suami untuk mengingatkan perilakunya.

Ibu yang dirahmati Allah swt,

Ujian sekecil apapun pada manusia pada dasarnya adalah penghapus dosa di dunia dan akan digantikan pahala berlipat di akhirat yang berlipat jika kita sabar. Mudah-mudahan suami melakukan perbuatan ini karena khilaf, mohon ampunan-Nya dan bertaubat nasuha. Jika toh tidak, paling tidak Ibu sudah mengingatkannya, selebihnya itu urusan suami dengan Sang Khaliq. Suamilah yang akan mendapat pengadilan setimpal di yaumil akhir nanti. Allah swt. Maha Adil. Do’a dan usaha Ibu sebagai istri yang shalihat semoga didengar Allah swt. untuk perubahan suami ke arah yang lebih baik.

Emosi Anda yang negatif akan merugikan Anda dan anak yang ada dalam kandungan. Jadi tepislah bayangan-bayangan negatif itu, Anda sedang menyiapkan jihad yang mulia untuk melahirkan anak yang shalih/ shalihah. Lakukan terus ikhtiar untuk mendekati suami secara lembut dan evaluasilah sikap apa yang kurang pada Anda. Mintalah bantuan keluarga agar dapat mengingatkan suami sehingga sadar.

Saat ini budaya untuk on line dan menjalin hubungan di dunia maya, di satu sisi telah memudahkan manusia bertukar informasi, menjalin persahabatan yang terputus, dsb, namun di sisi lain dapat membuat nafsu terasyikkan dan tersibukkan hal-hal yang kurang produktif. Seperti halnya obat-obat stimulan syaraf, efeknya bisa membuat orang kecanduan. Bukan hanya itu memang disinyalir dapat diselewengkan sehingga menjadi pintu masuknya hubungan yang semakin ”cair” antar lawan jenis. Mungkin saja suami sedang terpengaruh kebiasaan tersebut sehingga pikirannya ada di dunia imaginasi sehingga tidak bisa berpikir rasional. Menjauhi sama sekali mungkin bukan solusi, namun perlu mengontrol diri agar berhubungan di dunia maya tetap dalam koridor syar’iy.
Jika usaha-usaha ini sudah dilakukan dan tidak membuahkan hasil, maka jika toh suami memang ingin bercerai setelah anak lahir maka perlu dilakukan dengan kesadaran, bukan dengan emosi. Mintalah nasihat keluarga tentang hal ini, ya Bu. Mestinya setelah bercerai suami masih berkewajiban menafkahi anak. Memang bercerai adalah hal mubah yang tidak disukai Allah swt; ini adalah pintu darurat untuk menyelamatkan dan tetap bertujuan untuk menuju pada solusi yang terbaik.

Demikian yang dapat Ibu sampaikan, semoga Ibu diberi sakinah, hati Ibu tetap terkontrol dan selalu tawakkal pada Allah swt. Semoga Allah swt. Memudahkan Anda dalam proses kehamilan maupun kelahiran Ananda nanti.

Wallahu a’lam bissshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ibu Urba