Bagaimana Mengatasi Anak Yang Ketagihan Kebiasaan Buruk?

 Assalamu’alaikum wr. wb

saya ingin bertanya, waktu itu saya sempat mendengar cerita dari saudara saya kalau dia terus-terusan atau ketagihan melihat video porno. bagaimana cara mengatasi saudara saya tersebut? karena dia sudah terus-terusan mencoba berhenti tetapi terus-terusan gagal.

terimakasih atas jawabannya. Wassalamu’alaikum wr. wb.

ABDUL AZIZ IBN AL-BUTHANI

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu

Sdr Abdul Aziz yang dirahmati Allah swt.,
Saya dapat memahami kekhawatiran terhadap saudara Anda yang dalam usia remaja terjebak dalam suatu perilaku adiksi; bukan adiksi terhadap drugs namun dampaknya tak kalah mengenaskan dibandingkan dengan efek drugs. Sdr. Abdul Aziz, kepedulian Anda terhadap Sdr. Anda ini adalah hal yang positif, semoga dapat dicegah sebelum menjadi suatu kebiasaan. Apa yang Anda lakukan semoga menjadi amal sholih yang diterima Allah swt.
Adiksi terhadap gambar atau film porno haruslah diwaspadai oleh para orangtua. Tayangan-tayangan yang disajikan akan tersimpan pertama kali dalam memori jangka pendek disebut short term-memory, maka adegan yang dilihat akan muncul sewaktu-waktu menjadi sebuah bayangan yang mengganggu. Inilah dampak kognitifnya akibat paparan stimulus yang kuat mempengaruhi proses berpikir. dan akhirnya mungkin akan mendorong pada masalah-masalah kognitif, seperti sulit konsentrasi, suka melamun. Selain mengganggu secara kognitif juga menyebabkan permasalahan psikologis seperti cemas yang tidak jelas sebabnya, bingung, mudah tersinggung, marah atau hal lain.  Nah, Sdr Abdul Aziz, amatilah secara cermat yang terjadi pada Saudara Anda ini; juga apakah sudah berdampak dalam perilaku sehari-hari misalnya menjadi malas beraktifitas dan berkurang produktifitasnya. Nah dalam tahap adiksi si anak akan gelisah sampai dia melihat tontonan semacam itu terpenuhi. Tak ayal maka suatu dorongan seksual yang besar akan dialami, jika tidak diwaspadai mungkin anak akan sering masturbasi.
Sdr Abdul Aziz yang dirahmati Allah swt.,
Suatu kebiasaan yg tdk sehat kalau dibiarkan maka lama kelamaan akan menjadi pola perilaku yang ditolerir oleh anak tersebut. Karena masih remaja, masih dalam proses tumbuh seyogyanya orang-orang terdekatnyalah yang mendidik anak ini dengan prinsip-prinsip pengajaran yang tepat, seperti kelembutan tanpa meninggalkan ketegasan. Dalam menasihati jangan terkesan menggurui karena pada usia remaja mereka sudah mulai mengembangkan ide-idenya sehingga perlu diberi kesempatan berpendapat.
Sdr. Abdul Aziz, perlu pula dicermati faktor-faktor yang mendasari perilakunya, apakah ini sekedar pengalihan dari masalah lain, atau lebih ke faktor lingkungan. Ajaklah anak ini berbicara dari hati ke hati, perhatikan kebutuhannya, semoga dengan kedekatan psikologis Anda akan lebih mudah mengingatkannya.

Tentu saja pada usia remaja yang penuh energi ini tak kalah penting adalah memberi alternatif mengisi waktu luang yang sehat bagi remaja ini, seperti untuk mengerjakan hoby dan memilih pergaulan yang kondusif. Ini akan meyalurkan energinya yang besar. Ajaklah pula kegiatan keislaman, seperti forum pengajian remaja, ini untuk mengisi file-file memorinya pada seruan-seruan ruhani. Sdrku, Sarankan pada orangtuanya agar jangan hanya memarahi, karena justru akan membuat hati anak ini keras, namun lebih memberikan pemahaman tentang masa pubertas yang tengah dilewatinya.  Beri pengajaran seksual yang sehat pada anak ini, karena mungkin dia tengah haus informasi namun dilampiaskan dengan cara yang salah.

Beri reward (semacam hadiah, bisa berupa materiil maupun non-materiil) atas perilaku baiknya, atau ketika anak ini meninggalkan kebiasaan buruknya. Begitu juga beri punishment (hukuman yang mendidik) ketika anak ini masih mengulang kebiasaan buruknya. Semoga orangtuanya dapat bersabar karena ini adalah ladang amal bagi mereka. Do’a dari orangtuanya, serta saudara-saudaranya untuk anak ini, insya Allah akan menjadi jalan baginya memperoleh hidayah pada jalan yang baik.Teriring do’a dari saya, semoga Allah swt memudahkan upaya Anda. amin.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba