Dilema Antara Anak, Orangtua & Bekerja

Ass.wr.wb.

Salam kenal ya bu, saya seorang ibu yang bekerja di sebuah perush dan sudah berkeluarga mempunyai  anak usia 11 bulan. Hampir setiap hari saya selalu pulang malam dari kantor, saya kasihan dengan suami dan anak saya karena tugas saya untuk mengurus dan melayani suami jadi agak terbengkalai.Hal ini sudah pernah saya rundingkan dengan suami untuk bisa mengerti bahwa di kantor tidak ada excuse utk ibu yg punya anak bayi atau yang hamil sekalipun. Saya sebenarnya sudah ingin berhenti dari bekerja di tempat yang sekarang mungkin bila Allah mengijinkan saya bisa mencari pekerjaan di tempat lain yang bisa pulang lebih sore. Ujian di  keluarga juga terhadap bapak kandung saya yang sudah wanti-wanti sebelum saya menikah untuk terus bekerja nanti setelah menikah,tidak perduli apakah suami saya nanti melarang tidak boleh bekerja. Bapak saya sudah tahu bahwa seorang istri harus taat pada suaminya,tetapi bapak saya mengecualikan hal tsb terhadap beliau, yang ingin saya tanyakan bagaimana saya harus bersikap untuk memberi penjelasan nanti atas pertanyaan bapak saya bila saya akhirnya benar- benar berhenti bekerja dari tempat kerja saya yang saat ini?Bagaimana bila bapak saya kemudian menjadi marah atau tidak mau menerima penjelasan saya? Untuk ibu ketahui karakter bapak saya agak sedikit keras tidak terkecuali kepada anaknya sendiri. Saya tunggu jawaban dari ibu agar saya bisa lebih cepat memutuskan persoalan ini. Trima kasih bu hanya Allah yang membalas kebaikan ibu.

 Wassalam.

Jawab :
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Ibu dhee yang shalihat,
Selalu harus saya sampaikan maaf yang tulus… karena kami baru dapat menanggapi pertanyaan Anda saat ini. Semoga Allah swt dengan kekuasaan-Nya telah memberi jalan dan solusi pada Ibu dhee. Apa yang kami sampaikan hanyalah alternatif yang dapat kami share-kan, mungkin ada yang dapat diambil dan ada yang tidak tepat. Ibu Dhee…Saya memahami Anda bahwa Anda berada dalam suatu konflik antara beberapa kepentingan dan Anda sedang ingin memilih langkah yang paling tepat. Salah satu problem keluarga khususnya keluarga baru adalah mengalami masalah benturan kepentingan, Ibu… jadi Anda tak sendiri. Usia anak Anda baru 11 bulan, mungkin juga usia perkawinan Anda masih dini, wajar sedang mencari kemapanan.
Keputusan untuk bekerja dalam keadaan anak yang masih balita, memang menimbulkan dampak karena peran yang overload. Sungguh sayang bahwa pekerjaan Anda tidak ramah bagi ibu seperti Anda, pulang kerja hingga malam. Langkah tepat karena Anda membicarakan hal ini baik-baik pada suami, termasuk keinginan orangtua agar Anda tetap bekerja setelah menikah. Sayang Anda tak menceritakan bagaimana tanggapan suami.. Ibu Dhee, saya melihat anda sebenarnya sudah membuat rencana yang baik untuk menemukan titik temu dari keinginan ayah untuk bekerja dan kewajiban menjadi istri dan Ibu yang baik: yakni mencari pekerjaan yang tidak terlalu menyita waktu seperti yang Anda alami sekarang. Inilah hal yang sementara dapat mengakomodir dari aspek orang tua maupun anak dan suami. Hal ini perlu diwujudkan dengan ikhtiar, karena di zaman yang serba sulit memang tak mudah mencari pekerjaan baru. Bersabarlah dalam usaha ini, Bu…dekati Ayah bahwa pekerjaan Anda sekarang telah menelantarkan tugas Anda yang fitrah dan wajib. Beri buku-buku tentang peran wanita dalam Islam, agar Ayah dapat memahami keputusan Anda.
Ibu dhee yang shalihat,
Di satu sisi, hidup Anda ini harus disyukuri.
Ibu, syukur itu mendatangkan nikmat. Memang tampaknya problem yang Ibu utarakan itu banyak ya, tapi yakinilah, semakin banyak bersyukur, semakin banyak bersedekah, semakin banyak beramal shalih, maka kenikmatan itu akan semakin terlihat dan semakin banyak.
Cobalah Ibu perhatikan, Anda mempunyai suami yang baik, anak yang sehat, tak semua orang seberuntung Anda lho. Yakinlah Bapak Bapak Anda sebenarnya adalah orang tua yang visioner, hanya kurang seimbang. Ambil sisi positifnya. Jika Bapak Anda marah, terima saja dengan hati lapang. Emosi marah termasuk dalam emosi yang bervalensi negatif, untuk menetralkannya jangan diterima dengan emosi negatif lain, namun harus dengan emosi yang bervalensi positif, seperti sabar, tetap tenang dan penuh kasih sayang pada orang tua. Beri juga rasionalitas tentang perkembangan emas seorang anak pada usia 0 sd 2 tahun yang disebut golden age atau usia emas. Jika pada usia ini otak anak tidak distimulasi dengan baik, asupan gizi kurang maka akan rugi bertahun-tahun berikutnya. Bekerjasamalah dengan suami dalam pengasuhan untu Ananda tercinta. Jika orangtua memahami, maka alangkah berartinya pengorbanan Anda ketika memprioritaskan anak dalam usia-usia emasnya. Andapun dapat bernego untuk bekerja setelah usia Anak lebih besar. Semoga bapak dapat menerima keputusan anda.
Selalu jalin komunikasi yang sehat dengan suami dan orang tua, pergunakan jasa melalui Ibu, misalnya, untuk mendekati Ayah jika Anda menemui kesulitan. Ibu Dhee…selalu timbang sesuatu berdasar manfaat- madharatnya, iringi dengan shalat istikharah. Selamat berjuang, Bu, perjalanan Anda masih panjang, kembangkan sikap optimis!
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Bu Urba