Gundah Karena Broken Home

Kasus 1:

Ass, ibu sebelumnya saya sangat berterima kasih karena ada nya fasilitas seperti ini. Dengan seperti ini lah saya berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata kenyatan di dunia memang tidak seperti yang kita bayangkan.

Ibu, saya terlahir dari latar belakang keluarga yang broken home. Orang tua saya berpisah sejak saya umur 12tahun. Saya mempunyai 2 orang adik laki-laki berumur 15 tahun dan 12 tahun.

Saya tinggal bersama ibu saya, saya selalu di didik dengan sikap yang otoriter oleh ibu. Saya merasa kurang nyaman dengan linkungan keluarga saya. Ibu saya sudah menikah dan bapak juga sudah menikah lagi. Karena saya tinggal dengan ibu, ayah tiri saya tinggal bersama saya. Hal itulah yang menyebabkan saya kurang nyaman.

Saya setuju memberikan restu karena saya berpikir demi adik-adik saya harus bisa menyampingkan ego saya. Adik-Adik saat itu masih kecil dan masih butuh kasih sayang seorang ayah. Tapi kenyataannya lain, ayah tiri dan ibu saya sering bertengkar. Keluarga baru ibu kurang harmonis, malah memberikan contoh yang kurang baik untuk perkembangan psikis adik-adik saya. Saya harus bagaimana? Keluarga ayah kandung saya, tidak mungkin sebagai tempat curhat saya.
Hubungan saya dengan ibu kandung saya kurang baik. Bagaimana dengan adik-adik saya? Bahkan adik-adik saya tidak pernah diberikan suatu contoh yang baik dengan sering bertengkarnya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Ayah tiri dan ibu saya sering bertegkar di depan adik-adik dan saya.
Ibu Siti mohon bantuannya? Mohon bimbingannya?
Terima kasih
Ratih

Kasus 2:

Selamat siang Bu,

Saya punya teman yang broken home. Ayah ibunya bercerai. Keduanya menikah lagi dan dia ikut dengan ayahnya, tetapi dia kurang perhatian. Saya ingin membantunya. Nah, menurut Ibu apa yang harus saya lakukan padanya? Jika saya bertemu dengannya nanti, apa yang harus saya bicarakan agar dia mau keluar dari dunianya yang sekarang? Terima kasih sebelumnya.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Sdr Ratih & Angelyang disayang Allah, ibu turut prihatin dengan masalah yang sedang menimpa Anda dan sahabat Anda. Ibu berdoa semoga Allah memberi kekuatan, kesabaran dan keteguhan iman agar tetap dapat berperan maksimal sebagai pemimpin bagi kedua adik dan juga menjadi putri yang menyejukkan bagi ayah bundamu serta Sdr Angel dapat menjadi sahabat sejati.

Sdr Ratih & Angel yang shalihah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, berisi banyak hal tentang tuntunan akhlak yang baik, di antaranya:

"Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kau mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (QS Al-An’am: 151-153)

Jadi Islam tak hanya memerintahkan seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, tetapi Islam juga menyuruh orang tua untuk menyayangi dan mengasihi anak-anaknya dan tidak menjerumuskan mereka dalam kekafiran sebab perlakuan yang salah dari orang tuanya. Maka sdr Ratih, saat ini yang perlu dilakukan adalah menjadi satu team yang utuh antara Anda dan adik-adik. Membangun kebersamaan, membiasakan curhat dengan mereka, saling berbagi hati dan melibatkan mereka dalam musyawarah keluarga yang dianggap perlu, belajar bertanggung jawab, adalah beberapa cara untuk membangun kekuatan team itu.

Jangan biarkan masalah-masalah yang menimpa Anda meruntuhkan kebersamaan yang Anda bangun. Kebersamaan ini sesungguhnya akan menjadi modal Anda untuk mengajak mereka melihat realita di depan Anda dengan cara yang benar dan jujur. Shingga Anda bisa meminimalisir efek pertengkaran yang dilakukan oleh ibu dan ayah tiri Anda. Semoga hal ini tak membawa pengaruh negatif bagi perkembangan mereka ke depan karena mereka mendapatkan saluran yang benar sebab kedekatan antar kalian.

Sdr. Ratih dan Angel, perlu juga dipikirkan bagaimana memperbaiki hubungan dengan ibu. Bagaimana pun otoriternya seorang Ibu, dia tetap ibu. Jangan biarkan hubungan Ibu dan anak terhalangi oleh persepsi negatif yang tertanam di hati. Untuk Sdr Ratih…Cobalah empati dengan problem yang dialami oleh ibu Anda sebab pertengkarannya dengan ayah tiri Anda. Tempatkanlah diri Anda pada posisinya. Mungkin awalnya akan berat bagi Anda atau mungkin Anda juga akan merasa sakit dengan bentakannya, tetapi tetaplah bersabar, niatkanlah semua itu untuk mendapatkan ridho dari Allah sebab Anda sedang berbakti kepada kedua orang tua. Penderitaannya ketika melahirkan Anda jauh lebih sakit dan tak tergantikan oleh apapun juga. Juga saat dia mengandung, menyusui, menyelimuti dan memberi kehangatan saat Anda masih kecil.

Terdapat kisah, suatu saat di tengah jamaah haji yang sedang sibuk bertawaf di Masjidil Haram, saat sinar matahari bersinar sangat panas, kerumunan manusia yang begitu padat dan orang-orang berdiri di depan Ka’bah sambil berdoa kepada Allah swt. Ada seorang lelaki dari negeri Yaman sedang menggendong ibunya. Keringat mengucur deras dari tubuhnya dan nafasnya terngah-engah. Dia tawaf sambil menggendong ibunya yang lumpuh.

Dia merasa bahwa salah satu kewajibannya adalah membalas segala kebaikannya. Dulu dirinya juga dikandung oleh ibunya kemudian lahir menjadi bayi yang disapihnya. Sang ibu rela begadang agar sang anak dapat tidur nyenyak. Dia tahan rasa laparnya agar anaknya bisa makan dengan kenyang.Dia tahan rasa haus dan dahaganya agar anaknya tak kehausan. Dengan menggendong ibunya sambil bertawaf dia mengira bahwa dia ebnar-benar telah membalas segala pengorbanan itu. Pada saat Ibnu Umar ra berdiri di makam Ibrahim tiba-tiba orang itu menyapanya. ”Wahai Ibnu Umar, aku anak dan ini adalah ibuku. Apakah menurut Anda aku telah berbakti kepadanya?”

”Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, belum, walau hanya satu penderitaan saja.” Jawab Ibnu Umar. ”Semua usaha, derita dan keletihan yang kamu rasakan, sama sekali tidak sebanding dengan pengorbanan dan rasa sakit yang diderita oleh sang ibu ketika melahirkanmu.”

Ratih yang disayang Allah,

Sungguh kisah yang menginspirasi, bukan? Ternyata seberat apapun yang kita lakukan kepada Bunda maka itu belum apa-apanya dibanding jasa mereka. Nah, Ratih…tempatkanlah diri Anda sebagai wadah yang aman ketika ibu Anda ingin berkeluh kesah, dengarkanlah kata-katanya dengan baik dan tak perlu Anda sanggah meski menurut Anda, Anda berada dalam kebenaran, semoga dengan cara ini ibu Anda tak perlu selalu mengeluarkan jurus otoriter dalam mendidik Anda.

Sdr Angel berilah support mental pada sahabat Anda. sarankan untuk mendekatkan diri kepada Allah, do’akan untuk kesakinahan keluarganya, hanya Dia sumber kekuatan. Carilah lingkungan pergaulan yang baik, sehingga waktu luangakan menjadi bermakna; carilah figur dan lingkungan yang sekiranya kondusif menjadi support system, pemberi dukungan bagi permasalahan para remaja yang dirundung masalah. Perbaiki amal-amal wajib dan perbanyaklah amal sunah dan juga berdzikir, semoga Allah memberi ketenangan hati di kala hati sedih dan memberi kemudahan. Amiin..3x. Salam bagi para pejuang hidup..!

Wallahu a’lam bissshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ibu Urba