Memperbaiki Hubungan dengan Ipar

Kasus 1:
Assalamualaikum wr. wb.

Ibu Siti, Saya sudah 8 thn menikah dan memiliki 2 orang anak. Saya berdomisili di kota suami yang sangat jauh dari tempat saya lahir dan dibesarkan. Alhamdulillah hubungan saya dengan suami selama ini baik-baik saja. Hampir tidak pernah kami berselisih paham.

Hanya saja, saya mempunyai masalah dengan adik perempuan suami (LY). Ini sudah saya rasakan semenjak awal menikah. (Kebetulan karena tinggal berjauhan sehingga saya baru bertemu dengan keluarga suami seminggu sebelum menikah, sebelumnya hanya via telepon).

Saya tidak mengerti letak kesalahan saya berada di mana, dia selalu saja memusuhi saya bu. Hanya saja sekarang hubungannya sudah menjadi sangat tidak enak. seperti;

1. LY dulu sering datang kerumah pada saat saya bekerja, Hanya untuk membuat pembantu saya tidak bedah (dengan berbagai cara). Dan akhirnya minta berhenti. LY pun kegirangan.

2. LY juga sering menjelek-jelekkan saya kepada teman-teman saya yang berkunjung kerumah (rumah mertua) pada saat saya sedang berganti pakaian. Saya malu bu. Waktu itu teman-teman saya menceritakan ulang apa yang disampaikan LY dan mereka menyarankan agar saya segera pindah rumah saja.

3. Pada saat saya berkunjung ke rumah mertua (kebetulan setelah menikah LY masih tinggal dengan orang tuanya), LY selalu menganggap bahwa tidak ada siapa-siapa yang datang. Saya tidak disapanya, kalaupun saya sapa LY pura-pura tidak mendengar dan pergi.

4. Pada saat LY berkunjung ke rumah kami, tidak pernah satu kalimat salam pun yang diucapkan pada saat masuk kerumah, setelah acara makan LY dan suaminya selalu duduk di depan rumah (bukan diteras bu tapi di jalan di depan rumah) sampai acara selesai dan langsung pulang TIDAK PERNAH pamit. Hanya sesekali pamit itupun sama pembantu.

5. LY selalu menanyakan perkembangan anak-anak kepada pembantu saya, dia tidak pernah mau menyapa bahkan menggendong anak-anak saya padahal mereka adalah keponakannya.

6. Pada saat saya menggendong anaknya, dengan cepat dia ambil anak nya, dengan berbagai alasan. Sepertinya dia tidak mau anaknya dekat dengan saya.

7. Pada saat melahirkan, LY tidak ada mengucapkan apapun kepada saya. Setelah saya kembali ke domisilipun, LY tidak hadir dirumah kami. Sampai akhirnya kami mengadakan syukuran, LY datang terlambat dan baru melihat anak kami pada saat LY akan pulang. Ironis memang.

8. Padahal, pada saat LY ngidam, saya ikut sibuk mencari makanan yang ingin dia makan. Dan pada saat LY melahirkan, saya ikut menungguinya Bu. Bahkan pada saat akan pulang kerumahpun saya yang mengantarkannya.

9. LY sangat menghormati suami saya (abangnya), setiap bertemu atau berpisah selalu mencium tangan abangnya. Tapi tidak pernah dengan saya, hanya saja jika pada saat itu abangnya ada didekat saya dia akan menjabat tangan saya, tapi apabila tidak jangankan berjabat tangan saya pamit pun tidak dijawabnya.

Bu, sepertinya akan banyak sekali kalau saya sebutkan semuanya, akan tetapi sudah banyak kejadian yang pada akhirnya selalu saya banding-banding kan. Perhatian yang saya berikan tidak seimbang dengan perhatiannya. Sampai saya merasa bu, bahwa saya bukankan orang yang Baik tapi orang yang Bodoh.

Beberapa kali saya juga sampaikan kepada suami dengan sangat hati-hati, karena saya tidak ingin membuat suami Malu dan tersinggung atau marah. Tapi tidak ada perubahan bu, padahal suami juga mengiyakan kelakuan adiknya dan sudah sering memarahi ataupun menasehati. Mertua juga pernah membahasnya dan meminta saya untuk bersabar dan berlapang dada. Tapi bu, tidak ada action dari mereka terhadap putrinya.

Bu, karena saya sudah tidak tahan lagi kira-kira 5 bulan yang lalu saya memberanikan diri untuk membahasnya lagi dengan suami. Diluar dugaan, ternyata suami selama ini menahan diri untuk tidak emosi karena kesal dengan LY. Dan yang bikin saya kaget suami mengusulkan untuk pindah kota, sehingga akan jarang bertemu dengan keluarga atau bahkan tidak usah kembali lagi.

Akan tetapi berat rasanya seandainya harus pindah keluar kota. Saya rasa kondisi keluarga suami tidak memungkinkan untuk kami tinggalkan. Kakak ipar yang paling tua suaminya penggangguran, Sedangkan Abang ipar jangankan menikah, bekerja saja belum bu. Suami merupakan anak ke 3 dan satu-satunya anak yang Alhamdulillah sukses bu. Saya tidak ingin jika kami pindah kota tanpa alasan Itu akan membuat hati mertua terluka. Saya berfikir bahwa mungkin Allah memberikan rezeki yang lebih kepada kami salah satunya untuk membahagiakan mereka. Tapi saya sudah tidak tahan dengan sikap LY bu.

Pada saat itu saya hanya meminta maaf kepada suami, bahwa mulai saat itu jangan marah dan salahkan saya jika saya tidak akan pernah perduli lagi dengan LY. Saya sudah letih bu. Saya tidak meminta imbalan dari LY saya hanya ingin LY menghargai saya sebagai seorang kakak Ipar, menghargai saya sebagai seorang manusia.

Tapi bu, setelah saya mengabaikan LY atas seizin suami, LY malah lebih tidak perduli lagi. Dan akhirnya kami sudah tidak saling bertegur sapa lagi bu. Astagfirullah. Ini yang membuat saya sangat sedih. Bahkan beberapa waktu yang lalu, kami mengadakan syukuran kecil-kecilan hanya keluarga yang kami undang untuk makan siang dirumah. Kebetulan suami naik jabatan lagi. Bu, LY hanya makan nasi putih tanpa lauk pauk. Separah itu LY membenci saya, sampai-sampai makanan yang saya masak pun LY tidak mau mencicipinya.

S “Tidakkah LY ingat ya bu, Siapa yang menggendong LY pada saat kakinya patah karena tabrakan?? Siapa yang LY peluk pada saat dia kesakitan di ruangan dokter? Siapa yang nemenin LY pada saat dia latihan berjalan?? Sedih saya mengingatnya bu. Yang ingin saya tanyakan;

1. Apakah tindakan saya sudah benar bu?

2. Saya enggan bertemu lagi dengan LY, tapi itu mustahil. Bagaimana memanag hati agar tetap tenang bu?

Maaf ya bu, ceritanya kepanjangan. Saya mohon saran dari Ibu. Terima Kasih sebelumnya, semoga Allah membalas semua kebaikan Ibu. Amin
Wassalam.
RA

Kasus 2:

Assalamu’alaikum Wr.wb

Saya memiliki seorang isteri dengan 1 orang anak perempuan, kehidupan keluarga saya cukup harmonis walau terkadang disertai dengan goncangan masalah rumah tangga, namun yang menjadi masalah saya adalah hubungan saya dengan kelaurga isteri terutama dengan kakanya saat ini masih belum harmonis, selama kurang lebih 3 tahun kami berumah tangga, hampir setiap bertemu dengan kakak kami tidak bertegur sapa, saya sendiri terkadang malu untuk menegur duluan, karena percuma saja walaupun saya sudah berulang kali menegurnya tetap tidak ada respon apa, memang dulu ketika kami menikah kaka saya agak kurang setuju namun pada akhirnyatoh kami bisa menikah juga

Permasalahan:

1 Apa yang harus saya lakukan karena selama ini saya sudah bersabar

2. terkadang percekcokan antara saya dan isteri disebabkan kekesalan saya terhadap sikap kakak isteri kepada saya

3. bagaimana cara saya menyampaikan kekesalan saya atas perilaku kakak ipar kepada isteri saya, agar dia tidak merasa tersinggung

Wallahu a’lam

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Sdr RA & SAR yang dirahmati Allah,

Barokallahu lakum……, semog kekompakan Anda danpasangan Anda selalu dan lebih dilanggengkan olehAllah, hidup saling mengasihi dan mengisi….. perselisihan kecil dalam keluarga itu wajar. Mustahil keluarga selalu adem ayem tanpa perbedaan pendapat. Ini justru menunjukkan dinamika; suami maupun isteri mengadu pendapat untuk mencari yang terbaik. Bukankah ini positif? Asalkan setelah itu akur lagi……

Anda juga sudah dihadiahi Allah berupa momongan yang sehat, semoga menjadi perekat hubungan dengan seluruh keluarga besar. Hal ini perlu terus disyukuri sebagai suatu ni’mat dari Allah swt. Amin…Barang siapa bersyukur terhadap ni’mat Allah maka insya Allah akan ditambah dengan ni’mat yang lain. Anda yakin, hal itu? Sudah menjadi kewajiban dan merupakan keutamaan kita, untuk senantiasa berbuat baik pada orang lain, meskipun orang lain membalasnya dengan keburukan.

Allah swt berfirman yang kurang lebih artinya, ”….Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya..” (QS Al-Baqarah: 215).

” Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih maka itu adalah untuk dirinya sendiri..” (QS Al-Jaatsiyah:15).

Rasulullah saw. bersabda yang kurang lebih artinya,
”Setiap perbuatan yang baik adalah sedekah..” (HR Bukhari).
Untuk apa semua ni’mat yang ada pada kita, seperti usia, kesehatan, kalau bukan untuk berbuat kebaikan?
Ibnu Umar ra. Berkata, ” maka pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakitmu dan masa hidupmu sebelum matimu..”

Sdr. RA & SAR,
Perlakuan adik dan kakak ipar, jadikan sebagai ujian atas kesabaran Anda. Bukankah Anda ingin dibersamai Allah swt? Bukankah Dia sudah berjanji untuk selalu bersama orang-orang yang shabar? Inna Allaha ma’a ash-shabiriin…
Perhatikan kisah air dan batu. Airpun suatu waktu akan bisa melunakkan sang batu yang keras, setelah sekian lama perjuangannya.

Kisah ini semoga melapangkan dada Anda agar tak terpengaruh olek sikap-sikap ”masam” yang ditunjukkan oleh Adik ipar. Mungkin ada ganjalan yang membuat dia begitu? Atau sesuatu yang selama ini tak terungkap. Kadang-kadang kita khilaf tak bisa melihat kekurangan sendiri, maka kita perlu mencari feedback dari orang lain tentang kita. Mungkin juga sentuhan agama masih minim pada adik ipar..carilah kemungkinan-kemungkinan itu. Mencegah kemungkaran dan sikap buruk adik ipar bisa langsung dengan perbuatan, jika tidak bisa maka dengan lisan dan jika tidak bisa lagi, minimal dengan hati atau dengan do’a.

Sdr RA, Subhanallah… Sikap Anda bisa dicontoh untuk tidak lari dari masalah ini, apalagi keluarga besar Anda membutuhkan uluran Anda dan suami. Semoga Anda dan suami diringankan kesulitan di akhirat karena telah meringankan kesulitan saudara-saudara Anda di dunia. Tidakkah janji Allah ini cukup untuk membuat Anda merasa tenang?

Sdr RA tak perlu ragu-ragu membicarakan hal ini pada isteri, komunikasi yang disampaikan dengan baik akan diterima dengan baik dan pesan akan sampai, insya Allah….Bukankah permasalahan Anda adalah permasalahan isteri juga. Bicara dengan lembut dan dalam suasana yang kondusif, misalnya setelah makan malam menjelang berangkat tidur. Perbanyak sholat sunnah, khususnya sholat hajat agar permasalah Sdr RA & SAR dimudahkan oleh-Nya.Salam hormat saya.

Wallahu a’lam bissshawab

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ibu Urba