Memperbaiki Hubungan Pasangan dengan Keluarga

Kasus 1:

Assalamualaikum
Saya seorang suami mempunyai permasalahan keluaga kami menikah hampir 2 tahun permasalahan ini antara isteri dan ortu saya khususnya bapak, bapak saya pernah pada awal pernikahan kami memasuki bulan ke 5 mengeluarkan kata-kata yang tidak baik terhadap isteri saya sehingga sampai sekarang membuat isteri tersinggung, sakit hati, dan kecewa atas sikap bapak yang telah mengeluarkan kata-kata yang tidak baik tadi.

Memang bapak saya orangnya bila marah temperamen emosional dan bila berbicara asal keluar, memiliki ego dan gengsi yang tinggi susah untuk memaafkan orang tapi pada dasarnya beliau orangnya baik bila bisa mengena dihatinya itu sdh menjadi tabiatnya.

Kami sekeluarga sdh maklum atas perilaku beliau. kemarahan beliau dikarenakan isteri saya tidak mau diajak tinggal dirumah saya kami, dirumah hanya tinggal bapak dan ibu sedangkan isteri saya anak tunggal perempuan bapaknya telah meninggal kakak dan adiknya bekerja diluar kota. tapi terus terang saya akui ini semua kesalahan dari saya ketika awal mau menikah karena saya berjanji kepada mertua utk tinggal dengannya dan pemikiran saya nanti isteri mau diajak tinggal di rumah saya atau bergantian tidak masalah janji inilah yang selalu diungkit oleh mertua.

Sekarang saya tinggal dengan mertua inipun karena pada awalnya untuk mendinginkan suasana setelah peristiwa antara bapak saya dan isteri, juga supaya harapan saya isteri lebih sabar bisa melihat kondisi keluarga saya khususnya bapak seperti itu, keadaan semakin meruncing ketika bapak tidak mau hadir pada saat lebaran dan aqiqah anak kami yang diadakan dirumah mertua ini membuat isteri semakin sakit hati merasa dendam dan tidak mau lagi bertemu dan bersilahturahmi dengan bpk saya.

Dengan keadaan ini terus terang menjadi saya kecewa dan pernah mengatakan cerai, tapi belakangan dia ikut membenci ibu saya pdhl ibu saya org yang baik tidak banyak omong walaupun dia pernah cerewet sedikit saya pikir biasalah namanya ibu-ibu, saya berusaha sabar dan selalu mencoba mengingatkannya agar mau menerima keadaan keluarga bpk khususnya pertanyaan saya:

1. bagaimana caranya membuat isteri saya lebih mengerti paham dan mau menerima keadaan keluarga khususnya bapak saya

2. wajarkah bila saya bersikap tegas bila mana isteri saya tidak mau diajak berbaikan dengan bapak dan ibu saya karena terus terang pikiran saya bila tidak bisa selesai berpisah saja saya tidak ingin permaslahan ini terlalu lama mengendap dan capek

3. ibu mertua saya selalu seakan menghalangi bila saya ingin mengajak isteri berbaikan dengan keluarga saya, bila terjadi konflik antra saya dan isteri mertua ikut campur dengan mengatakan biarkan saja isteri saya (anaknya) berperilaku seperti itu supaya tahu bagaimana dilecehkan, jadi seakan ingin membalas atas perilaku bapak saya terhadap anaknya isteri saya pun sekarang mempunyai kecendrungan membalas perilaku bapak saya dan anak saya yang masih kecil mau dilibatkan dalam permasalahan ini tidak diperbolehkan ke rumah saya karena ia menganggap ortu saya tidak sayang dengan cucu.

Padahal saya mengingatkan kepada agar anak tidak boleh dilibatkan dalam masalah ini ia tidak tahu apa-apa
Mohon ibu bantuannya atas permasalahan saya
Yon

Kasus 2:

Assalamualaikum, wr, wb

Sudah 3 tahun saya menikah. Dan sudah mempunyai 1 orang anak. Pada awal pernikahan hampir tidak pernah mempunyai masalah, karena saya memang belum tahu sifat yang sebenarnya. Karena pacaran kami hanya 3 bulan sampai menjelang pernikahan.

Di tengah pernikahan saya sudah mulai mengenal sifat suami saya, jika saya punya salah atau ada sesuatu yang dia tidak sukai pastinya saya selalu didiamkan. Tapi itu sudah tidak menjadi masalah buat saya, karena alhamdulillah dengan nasihat-nasihat saya sifat beliau akhir nya berubah, walaupun tidak 100%.

Tetapi yang kadang membuat saya risau yaitu dengan saudara kandungnya. Sepertinya suami saya itu memang tidak bisa melihat orang salah ya seperti cerita saya di atas mendiamkan orang yang salah terhadapnya. Saat ini 3 saudara kandungnya yang dia diamkan, saya bingung ambil tindakan tersebut harus bagaiman. Karena dengan kakak-kakak ipar dan adik ipar saya tidak pernah berkunjung ke rumahnya, karena memang dilarang oleh suami saya.

Saya mohon ibu dapat memberi kecerahan dalam hati saya. Disetiap sholat saya selalu berdoa semoga sifat suami saya tersebut tidak sampai pada masa usia yang sudah tua. Saya takut nantinya saudara saya tidak ada yang peduli sama sekali.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Bapak Yon & Ibu Siti yang sedang diuji Allah, semoga ujian ini akan semakin menguatkan Anda, baik Bpk Yon sebagai seorang pemimpin keluarga atau Ibu Siti sebagai pendaping suami. Semoga ini semua yang akan menaikkan derajat Anda sebab bertaqwa kepada Allah…. Amiin

Menilik apa yang Anda berdua alami, tentu tak mudah ya? Bpk Yon, Anda seakan ditarik oleh dua kutub yang berlawanan, tentu bapak akan merasa sakit, ya? Begitu pula Ibu Siti merasa kkawatir karakter suami yang mendiamkan keluarganya justru akan menjadi bumerang di kemudian hari. Tetapi yakinlah, pertolongan Allah itu dekat selama kita bersungguh-sungguh memintanya, bukan?

Khusus Bpk Yon, Saya melihat problem ini berawal dari taaruf (proses pengenalan) yang belum tuntas antara isteri dan keluarga bapak.Taaruf yang belum tuntas ini akan menimbulkan kesalahfahaman yang terus menerus.

Dalam Islam kita diajarkan, untuk membentuk kasih sayang dalam bingkai ukhuwwah, harus diawali dengan taaruf atau perkenalan yang jujur antara fihak yang akan berukhuwwah. Perkenalan ini tak hanya sebatas nama dan alamat, tetapi juga tahu tabiat, karakter dan kebiasaan yang disenangi atau tak disenanginya.

Selanjutnya harus diteruskan dengan tafahum atau saling memahami. Tafahum saat-saat dia marah, apa yang harus dilakukan saudaranya, bagaimana cara membuatnya gembira dan tersenyum. Tafahum yang benar akan melahirkan takaful atau saling menanggung beban, salingmembantu, salingmerepotkan tanpa beban, atau saling berbagi kebahagiaan. Bila ketiganya terwujud, maka keindahan ukhuwwah itu bisa kita nikmati.

Bpk Yon & Ibu Siti, Adalah tugas Anda, sebagai fihak yang di tengah untuk menjadi penghubung, juru damai atau mediator agar proses ukhuwwah itu terjadi di antara orang-orang yang Anda cintai. Misalnya Bapak Yon bisa membuat bermacam trik, kiat agar mereka mau saling memaafkan, melupakan yang sudah terjadi dan berjanji untuk menata hidup ke depan dengan lebih baik. Ibu Siti dapat menyarankan untuk keluarga memahami sifat suami dan mau memaafkan.Tak nyaman bukan hidup dalam suasana konflik yang berkepanjangan?

Selain merusak hati, itu juga menimbulkan ketidakproduktifan dalam hidup.
Contoh kiat itu misalnya bapak/ ibumembelikan hadiah untuk isteri dan anak bapak/ibu dan bapak atas namakan kakeknya atau saudara-saudaranya, begitu juga sebaliknya. Intinya kita bisa menjadi juru damai dengan memberi image positif tentang pasangan. Ibu Siti carilah waktu khusus untuk silaturahim dengan saudara-saudara yang didiamkan suami, jelaskan tentang maksud Anda untuk memperbaiki hubungan keluarga besar. Semoga mereka mendukung keinginan Anda.

Berkait dengan yangBpk Yon tanyakan bisa saya rinci sebagai berikut.:
1. Anda dapat memahamkan pada isteri bahwa peristiwa 1.5 tahun yang lalu harus dilupakan dan dimaafkan saja. Kita tak patut terus menerus mengingat keburukan orang lain pada kita; justru ingatlah kebaikan orang lain atas kita. Nah, di balik kata-kata yang khilaf Bapak ucapkan, bukankah ada hal positif dalam diri Bapak?

Seorang suami biasanya mengerti kapan isteri berada dalam kondisi tenang dan penuh cinta, tidak dalam kondisi grusa-grusu, terburu-terburu atau saat anak sedang rewel. Saat ia bisa menerima perkataan Anda dengan sepenuh hatinya, saat itulah Anda bisa masuk dan mengajaknya bercakap-cakap denganlebih leluasa. Kalau perlu bapak bisa membuat suasana yang berbeda dalam menasihati, dengan mengajaknya jalan-jalan keluar berdua atau sambil Anda membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, misalnya saat mencuci atau memasak bersama. Selalu bentuk kesan yang baik agar isteri mempercayai kata-kata Anda.

2. jangan mudah berfikir cerai, Pak…karena meskipun cerai itu halal, ia dibenci Allah. Belum tentu keadaan akan menjadi lebih baik bila bapak berpisah, bisa jadi bapak akan menemukan orang yang lebih tak baik akhlaknya. Carilah alternatif solusi perdamaian sebanyak mungkin sebelum keputusan itu bapak ambil. Yakinlah segala rasa capek itu pasti ada solusinya bila kita mau bersungguh-sungguh.

Dan ada pahala yang banyak bila bapak ikhlas mencari ridhoNya untuk kebaikan keluarga bapak.Teruslah motivasi diri untuk menjadi pendamai. Dan karena itu, bapak harus kuat mental terlebih dahulu. Dekatkan diri kepada Allah dan berdoalah terus menerus untuk kebaikan keluarga bapak.

3. Tentang ibu mertua, saya harap dia akan menjadi faktor pendukung yang baik, bila bapak dan isteri bapak sudah menjadi team yang solid. Dia berbuat seperti itu, tentu karena cerita anaknya. Kalau isteri bapak sudah menerima apapun kondisi kedua mertuanya, tentu dia akan bercerita yang baik kepada ibunya. Tak usah bapak masukkan ke hati segala komentar beliau, dengarkan saja, agar bapak tak menambah konflik baru dalam masalah ini. Tetap berbuat baik kepadanya dan tak tambahkan dia menjadi pemain baru.

Semoga bapak Yon & Ibu Siti senantiasa diberikan kesabaran dalam mendampingi pasangan Anda…amiiin.

Wallahu a’lam bissshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ibu Urba