Menjadi Suami yang Baik

Ass. Wr. Wbr..

Semoga ibu tetap dalam rahmat Nya, dan selalu bisa membimbing kami yang miskin akan ilmu ini. Langsung aja pada pertanyaan saya:

  1. dosakah kita berbohong pada isteri untuk memberi sesuatu pada ibu saya/adik(untuk ibu berobat)
  2. bagai mana sih menurut agama kita mengatur keuangan untuk keluarga, apa semua gaji kita berikan untuk isteri dan dia yang mengaturnya, apakah kita beri isteri kita secukupnya bu
  3. bagai mana kita memaafkan isteri kita jika dia menolak untuk (maaf) untuk berhubungan badan, bukankah Allah melaknat isteri yang menolak bu. Saya tidak ingin isteri saya berdosa.
  4. umur berapa anak sudah bisa kita beri kamar sendiri bu.

Maaf bu jika pertanyaannya terlalu banyak, mohon yang ini dijawab, karena pertanyaan saya yang lalu tidak terjawab, sebelumnya saya sampaikan terima kasih.

As. Wr. Wbr.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Bapak Rama yang selalu ingin menjadi suami yang baik,

Saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan Bapak sebagai berikut:

(1) Bapak bertanya tentang suatu masalah yang esensinya adalah keterbukaan suami-isteri apakah bisa dipertaruhkan dengan berbohong pada pasangan untuk tujuan kebaikan, yakni membantu ibu/ adik.

Bapak Rama, dalam memilih dua perbuatan yang satu positif atau negatif, sebagai seorang muslim tentu yang positif adalah yang kita pilih. Kalau Bapak jujur kepada isteri, dengan diberi pengertian tentang urgensi membantu ibu/ keluarga yang lain, bukankah ini akan bernilai edukatif pada isteri.

Jika Bapak berbohong, maka isteri tidak pernah akan mendapat ’pelajaran’ tentang kewajiban birrul walidain; bahwa seorang ibu masih punya hak terhadap anak lelakinya.

(2) Perngaturan ekonomi keluarga tidak ada cara tertentu yang disarankan, masing-masing keluarga punya cara tersendiri, yang penting ada keridloan masing-masing dan dilakukan secara ma’ruf. Bapak dan isteri bisa bersama-sama menghitung kebutuhan keluarga selama sebulan dalam kadar yang sepatutnya dan kelayakan.

Kira-kira sebesar itulah Bapak perlu memberikannya untuk keluarga, bisa mingguan, bulanan, tergantung kondisi masing-masing; jika tidak/ belum mampu memberikan penghasilan sesuai kelayakan, maka keuangan yang ada perlu dialokasikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhan primer terpenuhi terlebih dulu.

Bahkan jika tidak adapun, Rasulullah SAW mengajarkan untuk berpuasa. Di satu sisi etos kerja suami perlu dipacu tetapi di lain sisi penghematan pengeluaran juga perlu dibiasakan. Peran isteri sangat penting untuk manajemen keuangan keluarga ini.

(3) Seorang isteri mempunyai kewajiban dan hak yang perlu diterapkan secara seimbang. Memang benar bahwa salah satu kewajiban isteri adalah memenuhi kebutuhan biologis suami. Tidak salah jika suami minta haknya ini pada isteri.

Ada isteri yang menolak hal ini tanpa alasan yang cukup kuat, misalnya karena malas melayani, merasa hak suami tidak penting, bahkan membenci suami; tetapi ada yang menolak dengan alasan kemanusiaan seperti kesehatan isteri yang kurang memungkinkan.

Bapak ketika meminta hak ini juga perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi, jangan langsung perintah: here and now! Harus di sini dan sekarang juga. Bapak Rama, Jika isteri kelihatan capai, pucat, tanyakan dulu apakah dia siap, atau berapa lama lagi siap. Nah, dengan demikian hak isteripun Bapak berikan selain hak Bapak terpenuhi. Nah win-win solution, kan?

(4) Anak laki-laki dan perempuan dipisahkan tempat tidurnya sejak usia 10 tahun, seperti dalam hadist Rasulullah SAW, ” Murru auladakum bissholati fissab’i, wadhribu hum wahum abnau ’asyrin wa farriquu bainahum madhoji’i (HR Hakim dan Abu Dawud). Semoga jawaban ini bermanfaat bagi Bapak dan keluarga. Amin. Salam dari kami.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Ibu Urba