Perbedaan Awal Nikah

Assalamu’alaikum ibu, saya akhwat 24 th baru nikah 4 bulan, suami saya orang yang hanif dan tidak aktif diharokah. dulu yang membantu proses ta’aruf kami adalah saudara sepupu dan om suami saya. lewat sepupunya yang akhwat dia ngijinkan saya tetap aktif meskipun sudah nikah. dan lewat omnya yang satu harokah dengan saya dia bersedia untuk ngaji. tapi setelah menikah TERNYATA SULIT MENYATUKAN KONSEP, BEGUTU JUGA GAMBARAN TENTANG KELUARGA ISLAM YANG SAYA INGINKAN SANGAT BERBEDA DENGAN SUAMI SAYA. SAYA JUGA BELUM LULUS KULIAH. TIAP SAYA AJAK NGAJI SUAMI SAYA LEBIH CENDERUNG MENOLAK DENGAN ALASAN SAYA HARUS BANYAK MEMPERBAIKI DIRI DULU DAN FOKUS DI SKRIPSI. BUAT APA NGAJI KALO KEPRIBADIAN MASIH BANYAK KEKURANGAN. SAYA SEKARANG SERING NANGIS KARENA TAKUT PRINSIP YANG SUDAH SAYA PEGANG LUNTUR DAN TIDAK ISTIQOMAH LAGI KARENA RUHIAH JARANG DIISI. SAYA SEKARANG JADI SERING MARAH DENGAN SUAMI DAN HIDUP SAYA TIDAK PRODUKTIF. SAYA MOHON SARAN SIKAP SAYA TERBAIK HARUS SEPERTI APA LEBIH LAGI AGAR SAYA TETAP ISTIQOMAH.., TRIMAKASIH

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Akhwat yang shalihah di bumi Allah, Ibu dapat mengerti kegundahanmu. Memiliki idealisme untuk membentuk baitul muslim atau rumah tangga yang mengandung muatan daawi, sementara saat ini kondisimu berbeda dengan apa yang menjadi harapanmu, tentu tak membuatmu merasa nyaman. Tetapi agama kita telah mengajarkan bahwa takdir dari Allah telah memilihkan yang terbaik untuk hambaNya. Maka yang perlu engkau lakukan adalah melakukan amal produktif yang akan menjadi obat bagi kegundahanmu.

Ibu harap tak perlu menyesali pernikahanmu, tetap dalam kondisi sabar dan syukur dan rancanglah langkah-langkah ke depan yang akan menjauhkanmu dari pikiran-pikiran negative beserta skala prioritas untuk hidupmu.

Sebagai aktivis dakwah, ibu yakin, Allah memilihmu untuk menikah dengan dia, tentu saja dengan rangkaian hikmah yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Akhwat, tentu anda sudah mengerti, setiap pijak yang kita lakukan adalah jejak dakwah. Maka rumah tangga yang sedang engkau jalani ini adalah ladang dakwahmu yang baru. Suamimu adalah anggota baru yang sedang membutuhkan dakwahmu. Maka, saat ini teori-teori fiqih dakwah yang pernah engkau kaji, mendapatka ujian untuk engkau amalkan dalam kehidupan nyata di bangunan rumah tanggamu.

Akhwat shalihah, Tentu anda mengerti tak mudah mendapatkan hidayah, begitu pula dengan apa yang dialami suami anda. Tanpa pengertian dari anda, logika dia bahwa dakwah akan menggangu tugas skripsi anda, tentu akan selalu mendominasi pikirannya. Tetapi ketenangan anda dan munajat yang terus menerus bahwa Allah akan menolong anda, akan membantu suami anda bahwa logika manusia tak akan bisa mengalahkan kehendak Allah. Terangkanlah, bahwa sebagai manusia anda butuh asupan ruhiyah, meski anda sudah mengaji saja, masih banyak akhlak buruk yang mesti anda perbaiki, apalagi bila anda tak mengaji?

Akhwat shalihah, berusahalah sekuatmu untuk senantiasa berakhlak mulia. Taatilah perkaranya bila ia tak mengajak anda untuk bermaksiyat. Semoga kelembutan yang anda miliki mampu menaklukkan hatinya. Ingatlah Allah bila kemarahan meguasaimu dan tataplah suamimu sebagai obyek dakwah yang tak pantas dibentak dan dimarahi.

Nah, akhwat shalihah, jaga pula hubunganmu dengan saudari-saudarimu dalam satu harakah. Insya Allah semangat mereka akan menguatkanmu. Begitu pula sepupu suami dan Omnya, ajaklah mereka berbincang, cara-cara apa yang mungkin dilakukan agar suamimu tak menghalangi dakwahmu dan bisa mendekatkannya di jalan kebaikan
Jangan lupa ya, tetap jaga hubungan baik dengan Allah…

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba