Rencana Pernikahan Terancam Batal Karena Calon Istri Selingkuh

Assalamu’alaikum wr.wb.

Bu, saya pria 26 th. Saya memiliki calon istri berusia 22th, sebut saja M.

Kami sudah berpacaran selama 3 tahun, dan berencana menikah akhir tahun ini.

Orang tua kami sudah bertemu, dan orang tua saya sudah meminta/mengajukan pernikahan, meskipun belum melakukan lamaran secara keluarga besar atau secara adat, yakni memberikan seserahan.

Namun orang tua M sudah setuju akan permintaan saya dan ortu saya untuk menikahi putrinya, dan melakukan persiapan, termasuk booking gedung, persiapan baju, katering, dll. Demikian pula dari pihak saya.

Kedua keluarga kami sudah sepakat bahwa bulan ini keluarga saya akan melakukan pinangan resmi, dengan mendatangkan keluarga besar dan memberikan seserahan dan melakukan tukar cincin tunangan.

Namun sebelum pinangan resmi ini terlaksana, dengan tidak sengaja saya menemukan keganjilan pada sikap M. Dan menemukan SMS mesra pada HP-nya yang berisikan kalimat2 "sayang" dengan seorang pria.

Spontan saya marah dan langsung melaporkan kepada orangtua-nya. Kemudian dalam kondisi marah saya, saya meminta bertemu dengan cowok lainnya, sebut saja B. Dalam pertemuan antara saya, M, ibunya M, dan B…. si B memang mengaku sudah berhubungan dengan M, meskipun dia mengetahui bahwa saya dan M akan menikah. Spontan saya marah dan kata2 kasar terlontar dari mulut saya kepada mereka berdua. Yang paling mebuat saya marah adalah ternyata si B adalah orang Kristen, dan si M dengan mudahnya bermesraan dengan B walaupun sudah tau dia kristen, duda beranak dua.

Si B memang mengaku hanya sekedar bermesraan via sms dan telpon saja, meskipun M dan B satu kantor ( si M baru kerja di kantor tersebut selama 2 bulan), dan si M pernah beberapa kali kerumah si B.

Memang setelah satu bulan si M kerja di kantor tersebut, saya merasakan sedikit keanehan. Antara lain si M sering telat pulang kerumah, sering sms-an dan telpon2 yg saya tidak boleh tau tujuannya, dll. Meskipun mereka mengaku tidak melakukan apa2, saya teringat mengenai apa yg pernah sy lakukan dengan M, yakni kegiatan fisik yg hampir menjurus hubungan intim. Dari sinilah saya menakutkan, jangan mereka juga melakukan hal yg sama(atau bahkan lebih) dari yg pernah saya lakukan dengan M.

Dalam kondisi marah inilah saya meminta pemutusan hubungan kepada orang tua M. Dan bapak M meluluskan permintaan saya tersebut.

Dengan serta merta bapak M mengeluarkan M dari pekerjaan, mengurung M dirumah, memtuskan M dari dunia luar dengan mengambil semua HP dan akses ke internet. Hal ini dilakukan karena si M menjadi seperti orang yg sangat stress, bahkan hendak kabur dari rumah, semenjak saya berkata2 kasar/menghina dirinya dihadapan si B dan ibunya M.

Semenjak saya menghinanya, si M menjadi sangat marah. Dan tidak mau mengakui kesalahannya. dari cerita ibunya, si M jadi seperti orang stress dirumah.

————-

Di kemudian hari, setelah saya melakukan introspeksi, doa, dan istikharah, saya merasa tidak seharusnya saya bersikap kasar. Dan rasa cinta saya tumbuh kembali.

Alasan si M selingkuh (yg saya tangkap) adalah saya tidak seromantis pada waktu awal2 pacaran dulu. Saya menjadi agak pelit, karena selalu mengatasnamakan persiapan berkeluarga untuk tidak bersikap royal seperti dulu lagi.

Saya ingin melanjutkan hubungan kami, namun saya takut jikalau si M ternyata sudah tidak perawan lagi karena hubungannya dengan B. Dan saya menjadi tidak percaya kepada M, karena takut diselingkuhin lagi. Namun saya masih cinta, dan dari beberapa kali saya mencoba mencari penggantinya, saya masih belum bisa melupakan si M.

Sekarang kesempatan untuk berbaikan/melanjutakan hubungan terbuka lagi, karena ortunya juga masih menginginkan hubungan kami berlanjut. Namun dari pertemuan terakhir, si M terlihat masih belum mau mengakui kesalahannya.

Apa yang sebaiknya saya lakukan?

Saya ingin menerimanya lagi, asalkan si M mau mengakui kesalahannya, tidak mengulanginya lagi, sadar, dan keperawanannya masih terjaga. Apakah boleh saya mempersayaratkan demikian?

Istikharah seperti apa yang harus saya lakukan, karena saya merasa belum mendapat petunjuk yg jelas?

Terima kasih atas tanggapannya

wassalamu’alaikum wr. wb

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu

Sdr. Bams yang dirahmati Allah swt.,
Saat ini Anda sedang dilanda kebimbangan apakah meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan atau berhenti saja memutuskan hubungan. Calon istri Anda terbukti berhubungan dengan laki-laki lain, seorang pria non muslim…hal ini diakuinya, bahkan sudah dipertemukan di depan ibunya dan Anda. Mungkin saja hubungan baru sebatas sms atau masalah hati belum ke fisik, tapi dia tidak merasa bersalah. Benarkah dia tidak merasa bersalah? Ini yang perlu Anda lacak lebih lanjut, Sdr. Bams..jika calon istri merasa tidak bersalah, sungguh suatu preseden buruk yang akan mengganggu hal-hal berikutnya ketika Anda sudah menikahinya. Mungkin secara fisik Anda memilikinya, namun bagaimana dengan hatinya? Kecuali calon istri mengakui kesalahannya dan bertaubat, dan memperbaikinya ketika menjadi istri Anda. Seorang istri yang baik, tentu tidak akan melampiaskan perhatian pada laki-laki lain karena tidak mendapat perhatian dari pasangannya. Segala masalah yang dihadapi harus diselesaikan menurut standar agama, yang mengedepankan kesucian dan kebersihan hati dan perbuatan.
Sdr. Bams yang dirahmati Allah swt.,
Saya mencoba melihat aspek kepahaman pada aturan, apakah norma maupun agama, pada istri dan Anda sendiri. Saya membaca dari pengakuan Anda bahwa selama berpacaran Anda sudah menjurus kepada zina, sekalipun tidak sampai pada hubungan seksual. Namun Anda dan calon Anda sudah bermain-main di wilayah dosa besar itu, hal ini tentu sudah melanggar batasan-batasan normatif. Mungkin pada awalnya tidak diniatkan, namun godaan dalam hubungan dengan lain jenis begitu besar, dan masing-masing dari diri Anda telah terbawa pada kebiasan itu. Para pakar perilaku menyatakan bahwa hal yang dilakukan berulang akan menjadi kebiasaan, dan lama kelamaan kebiasaan ini akan menjadi karakter. Jadi hati-hatilah dengan suatu perilaku salah yang dibiasakan karena dapat mematikan jiwa sehingga tidak sadar akan kesalahannya. Dapat dikatakan ambang terhadap dosa, sense of crise-nya jadi berubah, kepekaan terhadap kesalahan akan menurun. Kebiasaan yang maladaptive inilah yang sering mengganggu terwujudnya keharmonisan keluarga. Siapkah Anda dengan hal ini sewaktu menikah nanti? Pernikahan adalah hubungan yang sakral, suci, tak sekedar legitimasi hubungan biologis pada kedua pasangan; namun ada tanggungjawab, kewajiban, dan pengorbanan.
Sdr. Bams yang dirahmati Allah swt.,
Lakukan perenungan, banyak-banyaklah minta petunjuk pada Allah swt. Berhentilah dari perbuatan yang menjurus pada zina, apalagi berzina. ..bertaubatlah serta tingkatkan ibadah sunnah selain yang wajib, semoga hati Anda menjadi tenang. Lakukan sholat istikharah dengan khusyu’ dan ikhlas…, agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Di dalam sholat istikharah tersebut Anda berdo’a, agar jika calon Anda tersebut memang baik bagi Anda, agama Anda, maka mohonlah untuk dimudahkan, namun jika tidak baik bagi Anda, agama anda, maka mohonlah untuk dihindarkan. Insya Allah jika Anda sholih maka Anda akan mendapatkan wanita sholihah yang sekufu dengan Anda. Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, demikian pula sebaliknya. Selalu ada jalan menuju pintu taubat dan ma’af, insya Allah. Berkonsultasilah pada sahabat atau saudara-saudara yang memahami agama sebagai second opinion untuk mengatasi permasalahan Anda ini. Teriring do’a dari saya.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba