Beberapa Pertanyaan (2 – Media Massa Liberal di Indonesia)

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh,

Melanjutkan pertanyaan yang lalu, ini pertanyaan saya kedua. Singkat saja, di Indonesia ini, adakah media massa, baik itu cetak maupun elektronik yang isi beritanya bebas dari tangan-tangan kaum liberal? Kalau ada, tolong sebutkan semua yang anda ketahui.

Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh

Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh,

Liberalisme, apakah itu berwajah sekuler atau pun berwajah ‘agama’, sesungguhnya sama saja, sama-sama merusak fitrah kemanusiaan. Yang sekuler hendak menjadikan manusia seperti binatang yang bisa berbuat sesukanya sehingga tidak lagi mengindahkan norma-norma etiak dan moral yang berlaku di sekitarnya. Paham Kebebasan (Liberalisme) senantiasa berujung pada anarkhi, baik anarkhi yang bersifat individual maupun anarkhi yang bersifat komunal. 

Sedangkan Liberalisme agama merupakan gerakan liberalisme yang hendak menghancurkan nilai-nilai agama itu sendiri namun mengklaim sebagai gerakan membebaskan agama dari penafsiran kaum konservatif, puritan, literalis, dan sejenisnya. Mereka ini dengan seenaknya, bahkan banyak yang sesungguhnya tanpa landasan ilmu-ilmu keagamaan yang mumpuni, menyatakan jika agama itu bersifat “membebaskan” (dalam artian bebas-sebebas-bebasnya bahkan cenderung permisif terhadap segala hal). 

Pintu masuk bagi gerakan liberal adalah paham pluralisme, yang berkeyakinan jika semua agama itu sama-sama baik dan menganggap bahwa agama itu ruang privat dan tidak boleh dimasukkan ke dalam ruang publik. Pluralisme merupakan pintu masuk bagi gerakan liberal. 

Jika ditanyakan, adakah media massa di negeri ini yang bebas dari tangan-tangan kaum liberal, maka jawabannya mudah saja. Ada satu contoh sederhana, misal dalam liputan media massa Indonesia terhadap kasus provokasi AKKBB terhadap beberapa ormas Islam yang tengah berdemo di Monas, 1 Juni 2008. Banyak media, baik teve maupun cetak, yang menyebut Habib Rizieq Syihab dengan nama Rizieq Syihab saja. Padahal Habib Rizieq merupakan seorang ulama yang cerdas, lurus, sederhana, dan tahan terhadap segala godaan berupa kenikmatan dunia, sesuatu yang kini banyak tokoh dan aktifis Islam hancur kredibilitasnya di mata umat gara-gara tidak tahan terhadap godaan kemewahan dunia ini.

Penghilangan kata ‘Habib” bukanlah sesuatu yang kebetulan, namun disengaja dengan tujuan menanamkan racun ke benak pemirsa atau pembaca jika Habib Rizieq tidaklah pantas dicontoh. Padahal media-media ini dalam memberitakan pentolan liberalis seperti Abdurrahman Wahid selalu saja lengkap menyebut atau menulis sebagai “Kiai Haji Abdurahman Wahid’ atau sebutan ‘Gus Dur’ yang berarti “Dur yang Baik dan Bagus’. Padahal kita semua tahu sendirilah, adakah kebaikan atau kebagusan dari manusia seperti dia? Jawab saja sendiri, he..he..he..

Media massa di Indonesia ada yang visi dan misinya memang menjunjung tinggi paham liberalisme ini. Tidak perlu disebutkan siapa yang dimaksud, namun dapat dengan mudah kita lihat dari acaranya yang banyak menjadi corong media massa AS seperti CNN, VOA, dan sejenisnya. Mereka juga sangat besar meliput pemilu yang di Indonesia ini sudah sangat kebablasan karena dari tingkat Bupati hingga presiden dipilih langsung oleh rajyat sehingga bangsa ini disibukkan oleh kegiatan yang sesungguhnya tidak ada gunanya bagi upaya pencerdasan dan pembangunan karakter bangsa. Pemilu yang kebablasan ini (Pilkada yang selalu rusuh, caleg yang gila-gilaan membohongi rakyat, dan sebagainya) sebenarnya merupakan proyek penghancuran negeri Muslim ini yang didalangi oleh jaringan Yahudi Internasional. Ada grand-design di belakangnya. 

Selain media massa, kekuatan atau jaringan liberal juga menyusup ke dalam personal jurnalis yang bekerja di banyak media massa. Sehingga dalam kasus AKKBB misalnya, ada media massa yang tetap menyebut ‘Habib Rizieq’ namun di lain kesempatan hanya menyebut “Rizieq’ saja. 

Program-program di teve yang mempromosikan gaya hidup bebas seperti pacaran, cinlok, kontak jodoh, semua idol atau pemilihan artis baru, sinetron yang mempertontonkan kemewahan hidup yang di luar akal sehat serta gaya hidup Barat, acara entertainment yang konyol dalam artian negatif dan sama sekali tidak lucu bahkan memuakkan dengan misalnya menampilkan banci, semua itu merupakan sarana efektif untuk menghancurkan bangsa ini sekaligus menjadi ujung tombak gerakan liberalisme. 

Wallahua’am bishawab. Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh.