Peresmian Rotaract Club di Purwokerto dihadiri Ibu-ibu Berjilbab

Assalamu’alaikum wr wb

Mas Pizaro yang dilindungi Allah. Peresmian Rotary Club di Purwokerto dihadiri oleh ibu-ibu berjibab, kok bisa? Kenapa sampai bisa kecolongan? Apa mereka tidak tahu mereka adalah kaki tangan Yahudi. Lantas kenapa pemrintah tidak bertindak sigap jika mengetahui bahwa Rotarcy Club adalah mantel organisasi Freemason. Bukankah tiap negara harus dilindungi akidahnya. Sebelumnya saya ucapkan jazakumullah…

Alaykumsalam. wr. wb. Jazakallah atas pertanyaannya saudaraku Antizion. Semoga semangat perlawanan anti zionis dalam diri kita selalu tertanam sebagai perwujudan ingkar kepada kekafiran dalam diri kita.

Saudaraku, sebelumnya saya koreksi, peresmian yang terjadi di Purwokerto adalah peresmian Rotaract Club bukan Rotary. Meski pada intinya kedua gerakan ini tetaplah sama, ia bagai dua sayap dalam satu tubuh yang sama. Rotaract Club sendiri didirikan pada tahun 1968 oleh Rotary Club International. Nama Rotaract pun tidak lain adalah singkatan dari Rotary in action. Maka itu tak heran dalam situs Rotaract Indonesia, http://rotaract-indonesia.org, tertulis:

Rotaract clubs are part of a global effort to bring peace and international understanding to the world. This effort starts at the community level but knows no limits in its outreach. Rotaractors have access to the many resources of Rotary International (RI) and The Rotary Foundation. Rotary International provides the administrative support that helps Rotaract clubs thrive.

Seperti diberitakan situs resmi Rotary, http://rotaryd3400.org/, pada hari minggu tanggal 22 Mei 2011 betul telah dilaksanakan acara peresmian Rotaract club Purwokerto Pusari beserta pelantikan member dari club tersebut. Acara ini sendiri dimulai pukul 09.00 sampai sekitar pukul 12.00 di rumah Presiden Buntoro selaku Presiden Rotary Club Purwokerto.

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Rotarian (sebutan untuk member Rotary) dari ketiga club yang mensponsori berdirinya Rotaract Club Purwokerto Pusari. Selain dihadiri oleh Rotarian dari ketiga club yang mensponsori, acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari beberapa club Rotaract yaitu, perwakilan dari Rotaract Club Yudhistira Semarang dan Rotaract Club Jakarta Sentral.

Namun ironisnya sekalipun sudah terkenal sebagai organisasi mantel Yahudi, acara ini pun turut dihadiri oleh para ibu-ibu berjilbab. Peresmiannya diawali dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama, yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia, perwakilan dari Rotary Purwokerto yang diwakili oleh Presiden Agung.

Dalam analisis saya setidaknya ada empat hal yang melatarbelakangi kehadiran beberapa wanita berjilbab dalam peresmian Rotaract. Pertama, jarangnya informasi mengenai gerakan Rotaract sebagai sebuah mantel Yahudi. Kedua, tertutupnya jatidiri Rotaract yang sebenarnya karena membonceng misi kemanusiaan dan profesionalisme. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengkaji konspirasi, khususnya seluk beluk Gerakan Rotaract. Keempat, bisa jadi memang sengaja diselipkan agar menepis stigma bahwa Rotary maupun Rotaract adalah organisasi yang terindikasi sebagai mantel Freemason.

Kita ketahui bersama Freemasonry dengan berbagai organisasi mantelnya selain mengkampanyekan soal persaudaraan Universal, juga menyuarakan soal pengabdian terhadap kemanusiaan berupa kerja-kerja amal yang nampak baik dan memberi manfaat bagi manusia. “Masonry is truth, charity and service (Freemasonry adalah kebenaran, amal, dan pengabdian)” begitu kata Joseph Fort Newton seorang Tokoh Freemason dunia. Karenanya seorang Mason didorong menjadi orang filantropis.

Oleh karena itu, jangankan ibu-ibu berjilbab, beberapa anggota Rotaract sendiri banyak yang muslim. Namun mereka terihat masa bodoh dengan segala track record mengenai Rotaract sebagai organisasi binaan freemason. Bagi mereka yang penting amal tidak terpengaruh apakah Rotaract Yahudi atau tidak.

Kalau memang seperti itu jalan pikirannya, sederhana saja, kenapa beramal harus di Rotaract? Kenapa tidak di lembaga Islam yang kita yakin salurannya benar dan akidah kita dapat terjaga? Inilah salah satu doktrin yang ditanam oleh Rotaract yakni manusia lebih dilihat dari amalnya, bukan dari akidahnya. Padahal dalam Islam, tauhid adalah pintu utama amal seorang diterima atau tidak.

Ini pula yang pernah digariskan oleh Selami Isindag, seorang Mason Turki senior yang menulis:

“Menurut Masonry, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari moralitas supranatural yang berdasarkan sumber-sumber agamis, perlu dikembangkan moralitas yang berdasarkan cinta kepada kemanusiaan yang tidak relatif. Di dalam prinsip-prinsip moral tradisionalnya, Masonry telah memperhitungkan berbagai kecenderungan organisme manusia, kebutuhan, hati nurani, kebebasannya untuk berpikir dan berbicara, serta pada akhirnya, semua hal yang terlibat dalam pembentukan hidup secara alamiah. Oleh karena itu, tujuannya adalah untuk membentuk dan mendorong berkembangnya moralitas manusia di dalam semua masyarakat.”

Lantas jika anda bertanya kepada saya kenapa pemerintah membiarkan ini? Saya sendiri juga tidak bisa mengharapkan pemerintah dalam hal ini. Apa yang bisa kita harapkan dari penguasa yang mengabaikan tegaknya hukum Allah di nusantara ini? Hal ini justru lebih fatal, karena ketika kekuasaan sudah berada di tangan mereka, mereka malah berlomba-lomba menganggap sistem buatan manusia lebih baik dari perangkat yang sudah diatur oleh Allah. Astaghfirullah al adzim.

“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 45)

Oleh karenanya tugas kita saat ini, pastikan tauhid kita berada pada rel yang benar. Peliharah keluarga kita dan orang terdekat kita untuk tidak bersentuhan dengan jurang yang bisa membawa kita kepada panasnya api neraka. Ubudullah Wajtanibuth-Thagut‘ sembahlah Allah, beribadahlah hanya kepada Allah saja dan tinggalkanlah segala sesembahan selain Allah, yakni thagut. Semoga dengan begitu, Allah memudahkan kita dalam melihat kebathilan seterang-terangnya. Allahuma Amin.