Apakah Saya Anak Durhaka

Aswr.Saya mau bertanya, kr agak panjang jadi saya langsung saja. Ayah saya menikah lagi setelah 1 tahun ibu kandung saya meninggal, waktu itu kami sebenarnya masih belum mau, tapi karena ayah (menurut kami memaksakan) menganggap kalau kami tidak setuju kami harus pergi dari rumah, jadi saya diam dan hanya bisa menangis, sampai pada pernikahan beliau kami diberitahu bahwa hari itu hanya lamaran, tapi ternyata pernikahan.

Sakit hati, sedih, kecewa tapi saya tetap menghormati beliau dengan memenuhi permintaannya untuk memanggil ibu pd isterinya. Baru 2 tahun menikah (kami sudah mulai menerima ibu baru saya, yang mnrt saya baik dan tulus), ayah ternyata selingkuh, dan saya serta kakak pun menyurati selingkuhannya untuk menjauhi keluarga kami, bukannya kedamaian, saya dan kakak malah dimaki dan diusir dari rumah.

Sampai 2 bln kemudian ayah menemui saya tp untuk membuat surat yang isinya meminta maaf pd selingkuhan beliau. Sampai 3 bln kemudian saya tidak bertemu ayah, hanya telpon, ternyata beliau sudah cerai dan menikah siri dengan selingkuhannya. Sampai akhirnya saya pulang ke rumah dan meminta maaf kpd ayah dan isterinya (ini saya lakukan kr saya sdh capek dg kondisi klg, dan kr saya masih menyayangi ayah saya).

Sampai puncaknya baru-baru ini ayah menganggap saya menjelek2kan beliau di keluarga almrhm. ibu dan menganggap saya ingin harta warisan ayah, kr takut harta ayah jatuh ke tangan anak beliau yang baru lahir (yg kebetulan laki-laki), dan tentunya tidak lupa ayah memaki dan menyebut saya anak durhaka…

Apakah dengan kutukan ayah tersebut saya memang anak durhaka?Apa yang harus saya perbuat, saya sudah lelah dengan kondisi keluarga saya. Mohon jawabannya.

Waalaikumsalam

Wa’alaikum salam wr wb.

Ananda Putri, yang disayangi Allah. Apa yang Anda lakukan selama ini sudah baik di mana sebagai wujud kasih sayang Anda kepada orang tua, Anda memberikan masukkan (nasehat) yang berharga bagi ayah Anda walaupun mendapat penolakan yang keras.

Seorang Anak juga mempunyai kewajiban untuk memberikan nasehat kepada orang tua dalam rangka kebaikan dan kemaslahatan bersama. Kalau orang tua kita berbuat yang tidak baik tentulah sudah menjadi kewajiban dari anak untuk memberikan masukkan mana yang sebenarnya. Tapi tentulah kita harus dapat mengetahui dan memahami adab-adab dan tata cara bagaimana cara yang bijak dalam menghadapi orang tua.

KIranya kisah Rasulullah saw yang tetap hormat dan penuh kasih sayang dalam memperlakukan paman beliau Abu Thalib, walaupun tidak mau beriman kepada Allah SWT. Demikian pula Nabi Ibrahim yang senatiasa dengan penuh kesabaran bersikap lemah lembut dan menasehati ayah beliau yang tidak mengakui Allah SWT sebagai Rabb semesta alam

Perhatikan firman Allah dalam surah Maryam ayat 41-45, Allah SWT berfirman,
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, ‘Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab oleh Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan syaitan.."

Ananda Putri, bagi kita sebagai seorang anak, ketika nasehat sudah tidak diindahkan lagi, cukuplah mendo’akan agar kiranya ayah kita diberikan hidayah oleh Allah SWT dengan dibukakan hatinya yang selama ini tertutup rapat oleh keburukan agar tersadar dan kembali kepada kebenaran dengan berubah perilaku buruknya.

Tentulah tidak ada kedurhakan ataupun kutukan dari orang tua yang tidak sholeh. Sebenarnya yang menjadi kedurhakaannya bukan pada faktor orang tua tetapi pada faktor keshalehan seseorang baik itu orang tua, guru, pemimpin dan sebagainya. Selama kita baik terhadap orang-orang sholeh tentulah keberkahan akan selalu bersama kita, tetapi bila kita memusuhi orang-orang shaleh, maka azab dan kedurhakaan akan dapat menimpa kita.

Ayat ini kiranya juga dapat menjadi pegangan bagi kita dalam bergaul dengan orang tua kita, . “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)

Semoga bermanfaat

Wassalamu’alaikum wr wb.