Harapan Dalam Rumah Tangga

Ass. wr. wb.

Pak ustadz dulu sebelum menikah saya tinggal didaerah dengan usaha yang cukup maju tapi karena ikut suami saya ikhlaskan semua. walaupun gaji suami tidak mencukupi dan hidup sederhana, begitujuga denganmertua dan kami masih menumpang dirumah mertua. suami saya tipe orang yang keras dan gengsi. tapi alhamdulillah saya masih bisa bantu suamidari hasil tabungan. saya sekarang juga sudah tidak bekerja lagi saya di sinitelah coba berwiraswasta tapi malah rugi. saya tidak ingin repot saya merasa hidup apa adanya, alhamdulillah orangtua tergolong mampu jadi saya masih dibantu, melihat kondisi kami orang tuamemberikan kami rumah lebih dekat dengan kota orang tua saya, dengan harapan saya bisa berwirasta lagi dan suami bisa meneruskan kuliahnya tapi suami saya menolak karena dia merasa waktu orang tua memberikan kami rumah dia tidak dipanggil dan dan dimusyawarahkan bersama, sementara tempat tinggal kami jauh dan waktu orang tua saya memberikannya saya rumah tersebut saya sedang pulang kerumah bersama om saya tanpa didampingi suami. sementara orangtua membeli rumah tersebut sudah lama tinggal merubah balik nama saya. pak ustad kadang kadang saya berharap hidup saya lebih baik dengan melihat saudara saudara saya sudah berhasil, sementara rumah yang dibelikan orang tua saya kosong dan usaha saya didaerah yang telah orangtua bangun buat saya, saya tinggalkan begitu saya, saya merasa berdosa pak ustad seadakan akan saya telah menyianyiakan amanat orang tua saya sementara saya tinggal jauh dari rumah itu, jika saya tinggal di sana saya juga bisa berwiraswata lagi dan setidaknya bisa membantu suami dan keluarganya. adakah kiranya pak ustad harapan saya terwujud mengingat suamisepertinya sudah senang dengan pekerjaannya sekarang walaupun gajinya masih diminim.

Saudaraku Nanik yang dicintai Allah SWT, ketika kita menikah, maka kita diikat oleh perjanjian yang kuat (mitsqon gholizo) untuk bahu membahu, senasib sepenanggungan bersama dalam suka dan duka dengan pasangan kita. Termasuk dalam hal ini menerima konsekuensi dari kondisi ekonomi suami yang pas-pasan. Ikhlas dan ridholah terhadap jodoh yang telah diberikan Allah SWT untuk Anda berupa suami yang memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk kekurangannya dalam memberikan nafkah kepada keluarga. Namun saya yakin, suami Anda mempunyai banyak kelebihan. Salah satunya mungkin sikap kerasnya yang Anda ceritakan. Sikap kerasnya mungkin merupakan cermin dari kemandiriannya dan kegigihannya dalam menghadapi tantangan hidup.
Menurut saya, wajar jika usia pernikahan kita masih baru kondisi ekonomi belum mencukupi. Hal itu karena suami mungkin sedang merintis karirnya (jika ia bekerja) atau merintis usahanya (jika ia berbisnis). Tugas Anda sebagai isteri yang sholihat adalah memberikan motivasi dan solusi (jika ia meminta nasihat kepada Anda) tentang bagaimana agar karir atau usahanya semakin sukses. Apalagi Anda punya pengalaman berwirausaha, mungkin advis Anda dibutuhkan olehnya untuk mengembangkan usahanya. Jadi bersabarlah terhadap kondisi keuangan keluarga Anda. Jangan banyak mengeluh dan terkesan tidak mempercayai suami terhadap apa yang sedang ia bangun/rintis dalam pekerjaannya.
Alternatif lain jika Anda ingin lebih cepat membangun ekonomi keluarga, minta izin kepada suami agar Anda bisa berwiraswasta lagi di tempat yang sekarang. Saya yakin, Anda akan sukses berwiraswasta lagi karena Anda sudah memiliki pengalaman dahulu. Seorang yang berjiwa wirausaha (entrepreneurship) tidak akan tergantung pada tempat, jenis usaha dan modal untuk mengembangkan usahanya. Buktikan bahwa Anda adalah entrepreneurship sejati dengan bisa mengembangkan usaha di tempat yang sekarang! Ini dengan catatan jika suami mengizinkan dan selama Anda tetap memprioritaskan diri untuk melayani suami dan anak Anda (karena tugas utama seorang perempuan menurut Islam memang melayani suami dan anak-anaknya).
Lalu tentang hubungan Anda dengan orang tua yang sudah berbaik hati menawarkan rumahnya untuk Anda sebaiknya Anda ucapkan terima kasih saja dahulu. Minta maaf kepada orang tua bahwa untuk sementara Anda belum bisa menerima tawarannya (karena suami tidak menyetujuinya). Mungkin suatu ketika rumah tersebut bisa bermanfaat untuk keluarga Anda atau keluarga besar dari orang tua Anda.
Demikian jawaban dari saya. Semoga bermanfaat dan semoga Anda lebih bersabar menghadapi suka duka dalam beruamah tangga.
Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan