Mengapa Hidup Selalu Sial

Selamat pagi pak satria hadi lubis…

Saya denxxx, saya berdomisili di surabaya dan masih kuliah.. langsung pada pokok persoalan saja… kenapa saya merasa hidup saya selalu sial ya dari sd sampai sma saya merasa banyak kesialan yang saya terima tetapi sangat berbeda dengan saudara saudara saya mereka hidupnya berjalan dengan baik – baik saja… saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya…. saya mempunyai masa lalu yang kelam dan sangat menyakitkan…. tetapi waktu sekarang saya ingin berubah kenapa ya selalu teringat pada masa lalu saya terus menerus dan akhirnya ketika saya mau bangkit akhirnya saya larut pada masa lalu saya lagi….saya sudah konsultasi pada orang tua dan kerabat dekat tetapi jawabannya hanya seputar itu cuma perasaan kamu saja… hanya itu jawabannya mereka…

Padahal saya tahu, saya yang merasakan semua yang saya rasakan itu nyata dan bukan hanya sekedar perasaan saya saja…

Apa yang harus saya lakukan…???

Saudaraku Den yang dirahmati Allah SWT, saya meragukan pernyataan Anda bahwa hidup Anda selalu sial. Coba renungkan kembali apakah betul begitu? Yang sesungguhnya justru hidup kita sebenarnya penuh dengan kenikmatan. Allah berfirman : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” (QS. 16 : 18). Sebagai contoh, setiap hari kita mendapatkan udara yang gratis, mata kita bisa memandang yang indah-indah, otak kita bisa berpikir, sampai perasaan Anda yang merasa sial itu juga merupakan nikmat dari Allah. Bandingkan dengan hewan yang relatif tidak mempunyai perasaan. Jadi hidup kita sebenarnya tidak sial, justru banyak mendapatkan kenikmatan-kenikmatan. Begitu banyaknya nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sampai-sampai kita tidak lagi merasakan itu sebagai nikmat.

Oleh karena itu, pandangan Anda bahwa hidup Anda banyak sialnya harus diubah. Mungkin hal tersebut karena Anda kurang bersyukur. Lebih suka melihat “ke atas”, kepada orang-orang yang lebih kaya, lebih ganteng/cantik, lebih sukses duniawi, dan semacamnya, daripada melihat “ke bawah”, yakni kepada orang-orang yang lebih malang nasibnya daripada kita. Apalagi jika kita mengetahui bahwa apa yang terlihat sukses pada diri orang lain belum tentu sukses sesungguhnya. Banyak orang yang kelihatannya kaya, padahal utangnya sangat banyak. Banyak orang yang kelihatan cantik/ganteng, padahal penyakitan. Dan banyak orang yang kelihatannya sukses padahal batinnya menderita.

Orang-orang yang kurang bersyukur dikecam Allah dengan pertanyaan pedas yang diulang-ulang dalam surah Ar Rahman (surah 55): “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Atau dalam ayat 48 surah 42 : “Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat)”.

Mengenai masa lalu Anda yang kelam, maka lupakanlah. Janganlah hidup dengan kenangan yangburuk akan masa lalu. Hal itu hanya akan menghambat kratrivitas dan produktivitas hidup kita di masa kini dan di masa depan. Masa lalu tak tergantikan, masa kini adalah amal, dan masa depan adalah harapan (yang optimis).

Saya juga menyarankan agar Saudara Den bisa lebih banyak lagi mendapatkan kehidupan yang baik (dalam persepsi Anda : agar tidak sial lagi), maka lakukanlah apa yang disampaikan Allah berikut ini : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. 16 : 97).

Demikian saran saya. Semoga hidup Anda di masa depan lebih baik daripada hari-hari kemaren.

Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan