Mengatasi Kegundahan Hati

Asslm.

saya seorang ibu rumah tangga usia 29 tahun tapi belum mempunyai anak, perlu diketahui bahwa antara saya dengan suami berbeda 13 tahun. suami saya orang yg temperamental&kasar bicaranya kalau sedang marah! saya merasa suami tidak jujur.HPnya saja saya tdk boleh membukanya,bukankah saya juga berhak tahu siapa teman2suami saya.

Bukan hanya hal itu saja.3 tahun pernikahan kami keluarganya tidak tahu, dengan alasan kehidupan kami belum mapan!bu saya sedih sekali samapai kapan saya harus bersabar, apakah saya terlalu hina padahal saya bekerja dan tidak menyusahkan kehidupanya.hal apa yang harus saya perbuat dalam hal ini????? terima kasih.wassalamualaikum

Wa’alaikum salam wr. wb.
Ibu Mila yang dikasihi Allah SWT, saya turut prihatin dengan kondisi ibu yang mendapatkan suami pemarah dan tertutup. Bagi saya aneh juga jika suami tidak memberitahu keluarganya bahwa ia telah menikah dengan alasan kehidupannya yang belum mapan. Sepertinya perlu diteliti apakah memang suami ibu telah menikah sebelumnya? Setahu saya, salah satu alasan lelaki menutup-nutupi pernikahannya adalah karena telah menikah sebelumnya. Jadi kemungkinan ibu adalah istri kedua yang sengaja ‘disembunyikan’ agar tidak diketahui oleh istri pertamanya atau keluarganya yang mungkin akan marah besar jika tahu ia sudah menikah lagi. Hal ini semakin diperkuat dengan sikapnya yang tidak memperbolehkan ibu membuka HP-nya. Padahal salah satu prinsip rumah tangga adalah keterbukaan, termasuk keterbukaan dalam melihat isi HP pasangannya. Apa salahnya jika pasangan suami isteri saling melihat satu sama lain isi HP pasangannya? Apa karena takut pasangannya turut campur atau karena memang ada sesuatu yang disembunyikan? Ditambah lagi waktu tiga tahun menikah tanpa diketahui keluarga pihak suami juga merupakan hal yang janggal dalam suatu pernikahan yang normal.
Bagaimana solusinya? Menurut saya, ibu harus lebih tegas dan berani dalam menghadapi suami. Tentu dengan tetap mempertahankan cara-cara yang baik. Jika ibu diam saja dan terus mengalah terhadap perlakuan suami yang aneh dan kasar tersebut, maka di tahun-tahun mendatang mungkin sikap suami akan lebih menjadi-jadi lagi terhadap ibu. Ketegasan yang dibarengi kelembutan seorang istri biasanya akan membuat suami menaruh hormat kepadanya. Sebaliknya, sikap yang pasrah terhadap perlakuan suami padahal telah menyimpang dari nilai-nilai agama dan moral bukan saja tidak baik bagi kesehatan jiwa ibu tapi jika tidak baik untuk kedewasaan suami tentang bagaimana sikap yang baik dalam berumah tangga.
Jadi saya sarankan sebaiknya ibu berbicara dari hati ke hati kepada suami pada waktu yang kondusif, dimana hati suami sedang senang. Topik pembicaraan tentang isi hati ibu yang tidak senang diperlakukan kasar dan tidak suka dengan ketertutupannya (terhadap HP dan keluarganya). Kalau perlu tanya juga apa yang diinginkan suami terhadap ibu. Cari titik temu agar permohonan ibu dapat dikabulkan suami. Begitupula sebaliknya. Jika suami marah terhadap permintaan ibu, maka tetaplah bersabar untuk menanyakan hal tersebut pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Mudah-mudahan ketegasan yang dibarengi kelembutan ibu dapat merubah sikap suami untuk lebih dewasa dalam berumah tangga. Akan tetapi jika suami marah, kelakuannya semakin menjadi-jadi, bahkan mengancam menceraikan ibu, maka bercerai adalah jalan terakhir terbaik yang dapat ibu tempuh. Sebagai manusia yang diciptakan Allah dalam kemulian, kita tidak boleh membiarkan diri kita terus menerus dizalimi. Apalagi ibu sudah bekerja, usia relatif muda (29 tahun), pernikahan belum terlalu lama (3 tahun) dan belum punya anak, semua hal tersebut merupakan faktor pendukung untuk ibu lebih siap bercerai. Lalu mencari jodoh lain yang lebih baik.
Disini juga perlu saya tandaskan, jangan karena dalih cinta kita membiarkan pasangan menzalimi kita. Ingat! Cinta dan penghormatan kepada pasangan harus sejalan seiring sejalan. Jika cinta tidak diiringi penghormatan kepada pasangan, itu namanya bukan cinta tapi nafsu untuk merendahkan orang lain. Dan itu tidak bisa diterima bagi orang yang mengaku dirinya beriman! Jangan bersikap pengecut untuk bersikap tegas demi kemuliaan diri. Yakinlah, Allah SWT akan memberi pertolongan kepada orang -orang yang dizalimi.
Demikian saran saya. Semoga bisa dipahami sebaik-baiknya.
Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan