Menjadi Motivator

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sudah satu tahun saya mengajar di salah satu lembaga pendidikan. Salah satu kendala yang saya hadapi (mungkin sebagian besar pengajar) adalah siswa yang kurang motivasi atau motivasinya salah. Karena boleh jadi, siswa masuk ke sekolah tersebut bukan karena ingin belajar, tapi karena keinginan orang tua. Sebagai pengajar, saya berharap saya bisa berfungsi sebagai pengajar dan pendidik/motivator. Mohon kiat-kiat bagaimana menjadi seorang motivator yang baik? Semoga saya bisa memotivasi diri dulu sebelum memotivasi orang lain, bisa memperbaiki diri dahulu sebelum memperbaiki orang lain.

Syukron.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku Riyadi yang dicintai Allah SWT, menjadi pengajar yang bisa memotivasi memang membutuhkan keahlian tersendiri. Banyak orang yang bisa mengajar, tapi tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar. Mungkin hal tersebut karena cara mengajarnya yang sebatas informatif dan tidak menarik cara penyampaiannya.
Lalu bagaimana agar kita mampu mengajar sekaligus bisa memotivasi siswa? Dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching, Bobbi de Porter menyebutkan ada beberapa prinsip mengajar yang memotivasi siswa, yaitu:
1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3. Pengalaman sebelum konsep. Dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4. Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
Intinya, mengajar sekaligus memotivasi harus memenuhi prinsip Kebutuhan, Kemasan, dan Kebersamaan (3K). Yang dimaksud dengan K yang oertama (Kebutuhan) adalah bagaimana kita sebelum mengajar mengetahui apa yang dibutuhkan siswa. Sampaikan materi pengajaran dengan beranjak dari apa yang dibutuhkan siswa lebih dahulu. Bahkan kalau bisa kita sampaikan bahwa materi yang kita ajarkan akan memenuhi kebutuhannya. Siswa yang yakin bahwa materi pengajaran yang disampaikan sesuai dengan kebutuhannya akan memperhatikan pelajaran dengan baik. Untuk mengetahui kebutuhan siswa banyak caranya. Bisa dengan bertanya langsung kepada mereka, menyebarkan polling, atau dengan memperhatikan topik dominan yang mereka bicarakan. Namun pada umumnya, kebutuhan siswa remaja adalah pemuasan egonya sendiri (egosentris/narsis).
K yang kedua adalah Kemasan. Bagaimana kita dapat menyampaikan pelajaran dengan kemasan yang menarik. Mislanya, menggunakan cerita, potongan film, permainan (games), humor, tempat yang dihias, dan lain-lain. Kemasan yang variatif dan eye catching akan membuat siswa terpesona dan ‘terpaksa’ memusatkan perhatian pada apa yang kita sampaikan. Kalau bisa variasikan kemasan sedemikian rupa, sehingga ketika siswa sudah bosan dan menurun daya konsentrasinya, kita segera beralih ke gaya kemasan yang berbeda. Kata kunci mengemas materi adalah kretaivitas guru yang tidak ada habis-habisnya.
K yang ketiga adalah Kebersamaan. Maksudnya, materi yang menarik dan memotivasi siswa adalah materi yang tidak analog (searah) dari guru saja. Beri kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya. Siswa harus diajak aktif untuk berbicara dan bergerak. Jangan terpaku dan monoton memperhatikan gurunya saja. Kata kunci dari kebersamaan adalah toleransi guru untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif.
Jika Anda melakukan ketiga prinsip di atas (Kebutuhan, Kemasan, dan Kebersamaan) secara rutin, niscaya cara Anda mengajar akan berubah dari biasa-biasa saja menjadi luar biasa.
Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan