Anting Anting Bebas Diabetes

Dengan meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan obat bagi penyakit tersebut terus meningkat.

Pengembangan tanaman anting-anting menjadi obat herbal telah melalui tahap uji pra klinis terbukti bisa menurunkan kadar gula darah. Ekstrak zat aktif anting-anting dikemas dalam kapsul yang higienis dan praktis. Bahan baku obat herbal penurun kadar gula darah ini merupakan tanaman asli dari Indonesia sehingga memberikan momentum untuk menjadi raja di negeri sendiri.

Beberapa penyakit menyebabkan ketergantungan pada obat dan perlu dikonsumsi terus menerus. Menggantikannya dengan obat herbal terstandar dari tanaman lokal akan mengurangi efek negatif pemakaian jangka panjang sekaligus meringankan biaya pengobatan pasien.

Tanaman anting-anting ini digunakan untuk diabetes tipe 2 yaitu diabetes yang tidak memerlukan insulin. Tanaman ini memiliki ciri-ciri tinggi sekitar 30cm dan kelopak daunnya berbentuk anting-anting seperti terompet. Pengembangannya sendiri secara pri-klinis murni dari ekstrak tanaman anting-anting.

Kelebihan obat ini selain harganya ekonomis dan terjangkau, efek samping negatif pemakaian obat herbal untuk jangka waktu panjang relatif kecil dan dari tanaman asli Indonesia.

“Saya mengujikan pada mencit satu filia/keturunan itu bisa meminimalisir hasil yang menyimpang jauh. Secara farmakologis kami menggunakan obat perusak gula darah yang secara standar bisa diproduksi apabila kita mengetahui kadar pertama, kedua dan ketiga. Dari situ kita bisa mengetahui preventif kenaikan dan keturunan gula darah dari hasil uji laboratorium,” jelas M. Indung, peneliti Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada siaran radio yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi . Dosis yang efektif itu 300miligram tanaman anting-anting.

Bagian dari tanaman anting-anting yang banyak mengandung zat aktif adalah bagian atas, semacam daun, batang, dan kelopak yang semuanya  kemudian dapat di ekstrak. Tanaman yang memiliki zat aktif maksimal adalah tanaman yang minimal sudah berumur dua – tiga bulan. Jika terlalu tua, kadarnya akan berkurang.

Wike Wijayanti
Bagian Humas dan Protokol
Kementerian Riset dan Teknologi
Lantai 5, Gedung II BPPT,
Jl.MH.Thamrin No.8 Jakarta Pusat
t: 021.3169119
f: 021.3101835