Sikap Ikhwan terhadap Umat

Sikap Ikhwan terhadap Ummat

A. Terhadap Ummat Manusia secara Umum

Ustadz Hasan al-Banna rahimahullah menyebutkan: Sikap masyarakat terhadap da’wah beragam. Ada ummat Islam berjiwa mujahid. Sikap kita terhadap mereka adalah loyal, selama mereka loyal kepada kita, meskipun terdapat perbedaan dengan ijtihad-ijtihad kita.

Ada juga kaum muslimin yang berdiam diri karena udzur. Sikap kita terhadap mereka adalah da’wah dan nasihat. Ada kaum dzimmi yang tidak melanggar janji, sikap kita dengan mereka adalah sama-sama bertanggung jawab. Ada kaum dzimmi yang merusak perjanjian, berarti mereka menjadi pihak yang patut diperangj.

Ada juga pihak yang menjalin janji dan masuk ke dalam negara kita, di bawah jaminan keamanan kita secara bebas, mereka tidak boleh disakiti.

Empat Kelompok Ummat Islam

Di hadapan kita, ada empat kelompok ummat Islam. Pertama, orang yang percaya terhadap da’wah kita, membenarkan perkataan kita dan tertarik dengan prinsip-prinsip kita. Hatinya merasa puas dan tentram, mengajak mereka agar segera bergabung dan bekerja bersama kami hingga semakin memperbanyak jumlah para mujahidin, dan suara da’wah makin lantang.

Tidak ada artinya keimanan tanpa diikuti dengan amal. Tak ada gunanya ‘aqidah yang tak mendorong pemiliknya untuk mewujudkan secara nyata dalam sikap dan pengorbanan di atas jalannya.

Demikianlah para as-sabiqunal awwalun, orang-orang yang dada mereka diterangi Allah swt. dengan hidayah. Mereka mengikuti para Anbiya, beriman dengan risalahnya dan berjihad di jalannya dengan sebenar-benarnya jihad.

Mereka akan memperoleh balasan besar dari Allah swt., ditambh pahala orang-orang yang mengikuti mereka, tanpa sedikitpun mengurangi nilai pahala yang diberikan khusus untuk mereka.

Kedua, kelompok orang yang ragu-ragu, belum memperoleh kejelasan tentang kebenaran dan belum mengetahui makna perkataan kami tentang ikhlash dan manfaat. Kami tidak mengabaikan kelompok ini disebabkan keraguannya.

Dan kami wasiatkan agar mereka banyak menjalin hubungan dengan kami secara intensif, mmbaca risalah-risalah kami dari jauh maupun dekat, menelaah buku-buku kami, menghadiri acara-acara umum kami, serta mengenali pribadi ikhwan-ikhwan kami. Insya Allah, kelak hatinya akan cenderung kepada kami.

Demikianlah keadaan orang-orang yang mulanya ragu terhadap pengikut para rasul.

Ketiga, orang yang tak ingin mengerahkan perannya kecuali bila melihat ada keuntungan material di baliknya. Kami mengatakan kepada mereka, bahwa kami tidak dapat mewujudkan angan-angan anda kecuali pahala dari Allah swt. bila anda ikhlas, dan surga bila Dia mendapati kebaikan Anda.

Adapun kami, adalah orang-orang yang tidak memiliki jabatan, miskin harta. Keadaan kami adalah mengorbankan apa yang kami miliki dan mengerahkan semua yang kami sanggupi untuk da ‘wah.

Harapan kami berpulang pada ridha Allah swt. semata. Dia-lah sebaik-baiknya Pelindung dan Penolong. Bila Allah berkenan menyingkapkan selaput dan membuka katup ketamakan hatinya, niscaya ia mengetahui Allah mempunyai yang lebih baik dan kekal. Kemudian ia segera bergabung dengan kelompok pejuang agama Allah, mengorbankan hartanya di dunia, semata-mata mengharap pahala dari Allah kelak.

“Apa yang di sisimu akan lenyapl dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang- orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 96)

Bila tidak yang jelas Allah Maha kaya dari siapapun yang tidak memprioritaskan hak Allah dalam hartanya, dunianya, akhiratnya, matinya dan hidupnya. Demikianlah keadaan kaum seperti mereka di zaman Rasulullah saw.

Mereka menolak berbai’at dengan Rasulullah saw., kecuali dengan syarat meraih keuntungan setelahnya. Jawaban Rasul saw. tidak lain memberi tahu bahwa bumi Allah akan diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang ia kehendaki, dan semuanya akan dikembalikan untuk mereka yang bertaqwa.

Keempat, orang yang buruk sangka kepada kami, hatinya diliputi purbasangka terhadap da’wah kami. Hanya memandang kami secara negatif, hanya mencaci dan penuh curiga. Mereka menolak untuk melepas sikap tersebut, dan tetap tenggelam dalam kesombongan, hanyut dalam keraguan dan praduganya.

Kami berdo’a kepada Allah untuk kami dan dia. Semoga Dia memperlihatkan kebenaran itu adalah benar dan menjadikan kami sebagai pengikutnya. Memperlihatkan kebathilan itu adalah bathil dan menjauhkan kami darinya.

Semoga kami dan dia memperoleh petunjuk dari Allah swt. Kami berdo’a untuknya, dan menyeru mereka. Dan kami berdo’a dalam hal ini. Hanya Allah sajalah tempat berharap.

Allah swt. telah menurunkan nabi-Nya yang mulia pada kelompok manusia, dan Dia berfirman, "Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk siapapun yang ia kehendaki." (QS. al-Qashash: 56)

Meskipun demikian kami tetap mencintainya, mengharapkan kedatangannya, dan kepercayaannya terhadap da’wah kami. Syi’ar kami terhadapnya sebagaimana ditunjukkan oleh Rasul Mushthofa saw. dahulu: "Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.”

B. Sikap Ikhwanul Muslimin terhadap Organisasi Islam Lainnya

USTADZ al-Banna rahimahullah mengatakan: "Sikap kita terhadap berbagai organisasi Islam manapun, berdiri di atas landasan cinta dan persaudaraan, ta’awun dan loyal.

"Kami mencintainya dan bekerja sama dengannya. Kami berusaha mendekatkan berbagai pendapat, sepakat di atas perbedaan pemikiran hingga kebenaran dapat menang di bawah naungan sikap saling ta’awun dan cinta.

"Perbedaan pendapat dalam fiqih, juga perselisihan madzhab tidak memisahkan antara kami dan mereka. Sesungguhnya agama Allah itu mudah. Dan tidak ada yang terlalu memperberat masalah agama kecuali ia akan dikalahkan olehnya.

"Allah swt. telah menunjukkan kami satu khittah ideal agar kami memenangkan kebenaran secara lembut, simpatik, dan diterima oleh akal. Kami yakin bahwa kelak akan datang suatu masa, di mana semua nama, julukan, kelompok, perbedaan-perbedaan teoritis, seluruhnya diganti oleh kesatuan amal yang menghimpun semua barisan pasukan Muhammad. Semuanya adalah saudara sesama muslim, yang berjuang demi agama, dan berjihad di jalan Allah.

Ikhwanul Muslimin mengetahui bahwa menghimpun seluruh manusia dalam masalah far’iyat adalah tuntutan mustahil. Bahkan berlawanan dengan tabi’at din. Sesungguhnya Allah menginginkan agama ini kekal dan langgeng di setiap zaman. Masalah ini adalah teramat mudah bagi Allah.

Karena itu, Ikhwan mentolerir mereka yang berbeda pendapat dalam masalah far’iyat. Memandang bahwa perselisihan selamanya tidak akan menjadi penghalang keterikatan hati, saling cinta dan ta’awun di atas kebaikan. Agar mereka seluruhnya dapat terhimpun dalam makna Islam yang luas dengan batas-batasnya yang paling utama.dan pa1ing luas.

Para sahabat Rasulullah saw. berselisih dalam hal fatwa. Tapi apakah hal itu memunculkan perpecahan hati di antara mereka? Apakah persatuan mereka terobek-robek oleh perselisihan?

Tidak sama sekali. Contoh terdekat dalam masalah ini adalah hadits shalat Ashar di Bani Quraizah. Sekiranya mereka telah berselisih pendapat, padahal mereka manusia yang paling dekat dengan masa kenabian, paling paham terhadap seluk beluk hukum, mengapa kita saling bermusuhan karena perbedaan pendapat?

Sekiranya para imam madzhab, mereka manusia yang paling tahu dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, berbeda pendapat, dan berdiskusi satu sama lain, dan tetap pada jalinan ukhuwah mengapa kita tidak mampu bersikap seperti mereka?

Sekiranya perselisihan telah terjadi dalam masalah-masalah far’iyat yang paling terkenal, seperti adzan yang dikumandangkan lima kali dalam satu hari, sebagaimana diriwayatkan dalam nash dan atsar, apalagi dalam masalah yang lebih rumit, yang rujukannya adalah pendapat dan istimbath?

(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)