Akibat Buruk Israaf : Condong pada Kejahatan dan Dosa

Dampak yang akan mengikuti israaf adalah lebih menguatnya dorongan untuk melakukan kemaksiatan atau dosa. Israaf akan memberikan energi yang besar pada diri seseorang. Biasanya eenrgi yang besar tersebut menghendaki penyalurannya yang perwujudannya sangat dikendalikan oleh nafsu syahwati yang bersemanyam di dalam benak.

Seperti yang pernah kita bahas bahwa keinginan-keinginan yang sangat dikendalikan oleh nafsu syahwati, umumnya mengajak kita kepada perilaku maksiat dan dosa.

Rupanya inilah salah satu rahasia hikmah dari anjuran Rasulullah shallahu alaihi wa sallam kepada para pemuda Islam yang belum mampu menikah untuk melakukan puasa agar dirinya dapat mengontrol keadaan nafsu seksualnya. Sabda beliau :

“Hai para pemuda, barangsiapa diantra kalian yang sudah mampu memikul tanggung jawab keluarga menikahlah, karena sesungguhnya hal itu akan dapat menjaga pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu untuk itu hendaklah ia berpuasa, karena puasa merupakan benteng baginya.”(HR Bukhari dan Muslim)

Tidak Mampu Menghadapi Ujian dan Kesulitan

Pengaruh dari sikap israaf yaitu mudah menyerah, tidak mampu atau tidak berdaya saat kita menghadapi suatu ujian atau kesulitan. Orang yang terbiasa hidup mewah dan senang, belum terlatih untuk meghadapi hidup sulit dan berhadapan suatu cobaan. Oleh karenanya, ketika tiba-tiba dia harus menghadapi keadaan tersebut, Allah tidak memberikan pertolongan dan dukungan padanya. Jika sudah demikian, akhirnya ia akan mudah patah semangat, gampang menyerah dalam proses perjuangannya. Kecuali jika ia mampu berjihad (berupaya dengan seluruh kemampuannya) atas dirinya, di samping ia ikhlas dna benar dalam mujahadahnya. Allah berfirman:

لَّقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan kepada hati mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath [48] : 18)

Kebekuan Berpikir

Inilah akibat yang berikutnya dari israaf, yaitu menimbulkan kebekuan berpikir. Sebagaimana kita ketahui bahwa kualitas kemampuan berpikir kita itu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu diantranya ialah isi perutnya. Jka perut kosong maka semangat dan kemampuan berpikirnya akan cemerlang. Sebaliknya, jika isi perutnya sarat dengan makanan maka kualitas kemampuan berpikirnya akan tumpul.

Jika perut terisi penuh maka kecerdasan akan terasa jenuh. Dirinya ia akan sulit berlaku hikmah (bijak) serta akan hilang martabat kemanusiaan maupun keunggulan dirinya yang membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya.

Hati Menjadi Keras

Pengaruh yang lain dapat terwujud akibat israaf yakni menjadikan hati kita hati kita kering dan keras. Islam mengajarkan bahwasanya manusia itu akan menjadi halus dan lembut mankala dirinya tidak berlebihan dalam makan dan minuman atau dari rasa lapar dan sedikit makan. Hal itu juga merupakan sebuah sunatullah yang berlaku di mana saja dan kapan saja. Firman Allah :

اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا

“Dan engkau tidak akan mendapati dalam sunatullah itu suatu perubahan.”(QS. Fathir [35] : 43)

Manakala hati telah menjelma menjadi kasar dan mengeras, maka ia tidak akan pernah mampu menundukkan pemiliknya untuk berbakti dan tunduk kepada Allah, apalagi mengecap kenikmatan dan manisnya beribadah.

Kalaupun mereka berusaha mencoba menjalankan suatu kebaikan atau ketaatan beribadah, maka yang terasa baginya hanya hal-hal yang bersifat fisik saja, sementara hal-hal yang bersifat rohaniah sulit mereka peroleh, dan mereka pun tidak pernah mendapatkan pahala apa-apa dari Tuhannya atas ibadahnya itu. Wallahu’alam.