Misi Gerakan Dakwah Masa Depan

3. Misi Gerakan Dakwah Masa Depan

Missi Gerakan Dakwah Masa Depan tidak boleh keluar dari risalah (misi) Islam itu sendiri sebagaimana yang Allah firmankan :

الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“ Alif Lam Ro, Ini adalah Kitab (Al-Qur-an) yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengelaurkan manusia dari berbagai kegelapan (kehidupan) kepada satu cahaya (Islam) yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka (dalam) meniti jalan yang Maha Kuasa dan Maha Terpuji”.(Q.S.Ibrahim /14 : 1).

Maka secara praktis bahwa Missi Gerakan Dakwah Masa Depan adalah seperti yang dikatakan salah seorang pemimpin besar di masa Sahabat bernama Rib’i Ibnu ‘Amir ketika berhadapan dengan Rustum, Raja Romawi : “

Missi kami dari Allah adalah untuk :

1. Menyelamatkan manusia dari mengabdi kepada sesama manusia/makhluk lain sehingga mengabdi hanya kepada Allah sang Pencipta alam semesta.

2. Menyelamatkan manusia dari kezaliman berbagai idelogi, sistem dan pemikiran dengan keadilan Islam.

3. Menyelamatkan manusia dari kesempitan dunia kepada kelapangan dunia dan kelapangan Akhirat.

Gerakan Dakwah Masa Depan ialah yang siap memberikan penerangan hati dan pemikiran kepada segenap lapisan masyarakat dengan hujjah (argumentasi) yang kuat melaui berbagai sarana dan cara yang moderen dengan packaging (bungkusan) rifq (santun), ra-ufun rahim (kasih sayang) dan uswah (keteladanan). Dengan missi yang jelas tersebut, Gerakan Dakwah Masa Depan menjadi penyeru dan penegak nilai-nilai Islam tanpa dihalangi tembok-tembok kelompok, jama’ah, golongan, partai, batas teritorial wilayah, warna kulit dan suku. Dalam waktu yang bersamaan dapat pula bekerjasama dan bersinerji dengan berbagai bentuk Gerakan Dakwah yang memiliki dasar-dasar dan prinsip-prinsip ‘Aqidah yang sama, kendati terdapat perbedaan dalam cara, sarana dan strategi.

4. Peran Praktis Gerakan Dakwah Masa Depan

Situasi Dunia Islam pada abad 12 dan 13 hijriyah (19 dan awal abad 20 Masehi) sangat memprihatinkan. Hampir semua kawasan Islam jatuh di bawah jajahan Eropa. Yang lebih menyedihkan lagi ialah umat Islam, baik disebabkan upaya penjajah melalui al-ghozwu al-fikri (perang pemikiran), maupun karena kelemahan para ulama dan tokoh umat sendiri, telah tercerabut dari akar-akar ke Isalamannya. Terjadi apa yang disebut cultural shock (geger budaya). Bahkan di Mesir tahun 20an lahir seorang tokoh bernama Thoha Husein, sekembalinya dari Sorbon University, menyerukan keharusan mengekor ke Barat dalam segala aspek kehidupan dengan ungkapannya yang masyhur : “ kalau mau maju, ambillah apa saja dari Barat, manis mupun pahitnya”.

Sejarah umat Islam abad 20 telah membuktikan bahwa kesadaran generasi Muslim kembali kepada Islam adalah hasil kerja keras berbagai Gerakan Dakwah di berbagai penjuru dunia. Sebelumnya, yakni di masa penjajahan Eropa, nyaris generasi Muslim kehilangan agama mereka, bahkan pemerintahan Khilafah Islamiyah yang berpusat di Turki yang merupakan harta milik mereka yang paling mahalpun hilang dan jatuh di tangan Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1924, seorang secular yang anti Islam.

Sampai hari ini, pengaruh pemikiran, budaya dan gaya hidup Barat masih terasa kental dan sangat mendominasi semua lapangan kehidupan umat di Duni Islam, kendati secara fisik sudah merdeka sejak lebih setengah abad yang lalu .

Menurut Abul A’l Al-Maududi, ada tiga warisan Barat yang menjadi sumber malapetaka umat manusia hari ini, khususnya kaum Muslimin. Pertama, sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan formal dan pemerintahan). Kedua, nasionlaisme dan Ketiga, demokrasi . Kendati ketiga racun tersebut sudah terlalu lama diteguk oleh umat Islam, namun berkat kerja keras Gerakan Dakwah di berbagai belahan Dunia Islam, ke tiga racun pemikiran tersebut dapat dikikis dari pemikiran sebagian generasi Islam masa kini.

Gerakan Dakwah yang menjadi gerakan penyadaran umat untuk kembali lagi ke Islam dapat dikatakan cukup berhasil. Target menyampaikan dan menyerukan keharusan kembali kepada Islam sudah tercapai. Bahkan gaung kebenaran nilai-nilai Islam bukan hanya tersebar di negeri-negeri berpenduduk Muslim mayoritas, melainkan sampai pula ke Eropa dan Amerika. Bidang ekonomi Islam misalnya, khususnya system perbankan Islam, nyaris sudah menembus semua belahan dunia dan bahkan tidak sedikit lahir bank yang berbasis Islamic Economic System di berbagai negara di dunia.

Dari uraian singkat di atas, jelas bahwa peran Gerakan Dakwah dalam gerakan penyadaran umat untuk kembali kepada Islam, dan bahkan umat masnusia lainnya, sangatlah jelas dan besar. Peran Gerakan Dakwah Masa Depan akan sangat lebih besar lagi karena sudah memasuki era praktis (implementasi) dan keteladanan serta era alternatif. Sebab itu, Kegagalan para aktivis Gerakan Dakwah dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam diri dan institusi Gerakan Dakwah itu sendiri, serta kelemahan dalam memberi contoh tauladan dalam praktek kehidupan serta ketidak mampuan menciptakan alternatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran kesadaran kembali kepada Islam. Sebab, faktor utama keberhasilan Nabi Muhammad dalam paruh kedua dakwahnya yakni marhalah madaniyyah terletak pada uswatun hasanah (keteladanan yang baik) dalam diri, keluarga, sistem social dan pemerintahan.

Secara umum dapat dirumuskan bahwa peran Gerakan Dakwah Masa Depan adalah :

1. Peran Tabligh Al-Islam (menyampaikan ajaran Islam) ke semua lapisan masyarakat lewat berbagai sarana dan cara yang baik dan menarik.

2. Peran Tajmi’ Shufufil Muslimin (menyatukan saf-saf umat Islam) yang terpecah belah ke dalam banyak kelompok, jama’ah dan partai dengan target minimal dapat bersinerji (ta’awun) dalam kebaikan dan tqwa, atau dengan uangkapan hikmahnya : “Dapat bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati dan saling toleransi dalam hal-hal yang belum disepakati”.

3. Peran uswah (keteladanan) dalam mengimplementasikan ajaran Islam, baik dalam lingkup pribadi, rumah tangga, jama’ah, partai maupun masyarakat, termasuk juga dalam institusi pemerintahan serta tugas dan kepemimpinan publik, dengan slogan ‘Ibdak Binafsik’ (Mulai dari diri sendiri).

4. Peran ishlah (reformasi) sistim dan praktek pemerintahan yang sudah terlanjur buruk dan korup sejak merdeka secara fisik dari kollonilais Eropa sampai saat ini.

5. Peran Iijad Al-Ajwibah Wa Al-Hulul (penciptaan alternatif dan solusi) melalui karya-karya nyata di berbagai lapangan khidupan masyarakat seperti, pendidikan, ekonomi, politik, media massa, manajemen kehidupan, seni dan budaya.

6. Peran Iijad Al-Manahij Al-Muyassaroh (menciptakan konsep-konsep praktis) dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, hukum, manajemen pemerintahan, media massa, perundang-undangan, sosial, seni dan budaya.