Tribulasi di Jalan Dakwah (1)

Adakah tribulasi itu natijah (hasil) dari beberapa kesalahan atau sunnah dari sunnah-sunnah dakwah? Bolehkah tribulasi itu dielak atau dikurangkan tekanannya? Ataupun mengelakkannya merupakan satu penyelewengan? Adakah tribulasi itu merupakan kematian dalam umur dakwah atau sebagai kehidupan yang mempunyai kesan? Adakah tribulasi itu sebagai pukulan yang menghapuskan dakwah atau merupakan alat pelicin, pembersih dan peneguh dakwah? Apakah dampaknya kepada jamaah dan individu? Adakah tribulasi itu membahayakan atau memberi faedah? Benarkah tribulasi itu satu kurnia dalam bentuk bencana?

Inilah di antara persoalan yang senantiasa mencuat dalam pikiran sebagian manusia. Kadang-kadang, saudara tidak dapat memberi jawaban yang sahih kepada mereka. Ada orang yang menimbulkan persoalan-persoalan ini dengan tujuan jahat untuk menimbulkan keraguan-raguan dan fitnah. Mungkin juga dengan tujuan baik, tetapi dia tidak mampu memberi jawaban yang tepat lalu menimbulkan kegelisahan dan kesamaran.

Oleh karena itu, kita perlu mengupas persoalan-persoalan ini untuk mencari jawaban yang sahih dan memuaskan. Untuk membuktikan kebenaran dan menghapuskan kebatilan. Kepada Allahlah kita mengharap taufik di atas jalan yang lurus.

10.1 Adakah Ujian dan Bencana Itu Hasil Dari Kesalahan Atau la Adalah Sunnah Dari Sunnah-sunnah Dakwah?

Sesungguhnya para Rasul dan para pendukung dakwah yang senantiasa menyeru manusia kepada Allah mengalami gangguan, penyiksaan dan penindasan dari musuh Allah lantaran mereka berjuang melaksanakan kewajiban dakwah. Sekiranya Allah hendak menghalang dan mencegah mereka dari mengganggu, menggugat, menyakiti, menindas dan membunuh para Rasul dan para pendukung dakwah niscaya Allah sangat bisa berbuat demikian.

Allah Maha Pengasih kepada mereka, tetapi Allah tidak berbuat demikian. Mereka dibiarkan terganggu kepada berbagai-bagai gangguan, penyiksaan, sehingga kita melihat junjungan kita nabi Muhammad s.a.w. yang tercinta telah diganggu dan disakiti oleh kaum musyrikin di Tha’if sehingga baginda berdoa dan bersabda: "Hai Tuhanku, kepadaMulah kuadukan kelemahanku, kekuatanku dan kurangnya upayaku dan hinanya aku kepada manusia." Adakah Allah membiarkan mereka dengan tidak melindungi mereka dari siksaan kaum kafir dan musyrik karena mereka telah membuat kesalahan?

Adakah masuk akal jika dikatakan bahwa segala gangguan dan penyiksaan yang menimpa para Rasul, pendukung dakwah dan para mukmin yang bersama mereka disebabkan kesalahan di dalam perjalanan mereka menyeru kepada Allah? Sesungguhnya kita akan menyatakan sebaliknya.

Keteguhan mereka mendukung dakwah dan istiqamah mereka di atas perintah Allahlah yang menyebabkan mereka mengalami gangguan dan ujian. Sekiranya mereka menyeleweng, abai atau bersantai-santai, sudah tentu mereka tidak diganggu, disiksa, ditindas.

Firman Allah s.w.t.:
"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)". Al-Qalam: 9

FirmanNya lagi:
"Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami, dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia ". Al-Israa’: 73

Sesungguhnya musuh-musuh Allah dan para pendukung kebatilan tidak akan membiarkan dakwah Allah berjalan, membesar dan berkembang di kalangan manusia hingga ia menjadi kuat, teguh dan mampu menghapuskan mereka yang penuh dengan kesesatan dan kebatilan. Sudah pasti mereka akan melancarkan serangan ke atas dakwah Allah dan para pendukungnya dengan cara mendustakan, memperolok, menimbulkan keraguan dan menghalang manusia daripadanya. Sekiranya hujah-hujah dan logik mereka lemah, mereka akan bertindak kasar dan ganas. Mereka akan mengganggu, menyiksa, menindas dan melakukan tindakan-tindakan yang sia-sia.

Mereka berbuat demikian semata-mata untuk memesongkan akidah para da’i dan menakut-nakutkan manusia lain dari memasuki Islam, dari dakwah Islam dan jihad Islam. Lebih dari itu mereka akan’ melemparkan berbagai tuduhan palsu, jahat, buruk dan busuk kepada pendukung dakwah untuk membenarkan kezaliman dan pencerobohan mereka, demi mengelabui mata manusia dan merusakkan nama baik para pendukung dakwah Islam. Tambahan pula pendukung jahiliah itu mempunyai alat-alat media massa dan sistem komunikasi yang memudahkan lagi proses mengelabui mata manusia di mana, pada waktu yang sama, pendukung kebenaran dan dakwah tidak diberi peluang dan kesempatan untuk menghapuskan segala tuduhan batil dan dusta itu.

Dengan kecakapan sistem komunikasi inilah timbulnya anggapan yang salah dan sangkaan buruk yang menimpa para pendukung dakwah bahwa bencana dan ujian yang mereka terima adalah natijah dan hasil dari kesalahan yang terkandung di dalam tuduhan palsu itu.

Sesungguhnya berdakwah kepada Allah sepanjang masa adalah dakwah ke arah kebaikan selamat sejahtera. Dakwah tidak memaksa manusia supaya mereka memasuki agama Allah.

Sesungguhnya dakwah Islam, itu bercakap dan berbicara kepada akal dan fitrah manusia, menyeru mereka dengan hikmah, nasihat, tunjuk ajar yang baik dan dengan perbincangan dan perdebatan yang lebih baik, menyeru mereka supaya beriman kepada Allah, bertauhid kepada Allah, mengesakan Allah, dan beribadat kepada Allah tanpa paksaan. Tetapi malangnya kebanyakan manusia terutamanya pihak berkuasa dari pendkung jahiliyah, penganut kebatilan mengingkari fitrah mereka, menutup akal mereka, membutakan hati dan mata mereka, memekakkan telinga lalu mereka tidak mendengar, tidak melihat dan tidak menyahut seruan Allah yang dibawa oleh pendukung dakwah tatkala menyeru mereka kepada apa yang menghidupkan mereka: "Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun ". Al-Anfaal: 22

Merekalah sebenarnya yang memulakan permusuhan dan pencerobohan ke atas para duat ila Allah. Merekalah yang telah mengadakan konspirasi sulit untuk menentang dan memusuhi para du’at dan merekalah juga yang senantiasa membuat berbagai tipu daya untuk memperdaya manusia.

10.2 Bahkan Demikianlah Sunnah Allah Dalam Dakwah

Sudah menjadi sunnatullah di dalam proses dakwah yang mendedahkan orang-orang mukmin dan pendakwah yang berdakwah karena Allah kepada berbagai ujian yang begitu hebat sehingga bisa menggoyahkan mereka.

Sesungguhnya iman itu bukanlah sekadar kata-kata yang diucapkan dengan mudah, syiar-syiar yang dilaung-laung dan bukan perarakan yang diringi pekikan-pekikan yang bergemuruh. Sebaliknya, iman mestilah diuji.

Pertolongan Allah tidak akan datang kepada mereka melainkan setelah mereka dapat mangatasi ujian dan dugaan itu. Inilah pesan yang terkandung jalam ayat-ayat al-Quran yang berulang kali menyebut tentang sunnah ini.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami beriman, sedang mereka belum diuji? Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang dusta ". Ankabut: 2-3

"Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang yang dahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orahg-orang yang beriman bersamanya. "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat". Al-Baqarah: 214

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” Muhammad: 31

"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka hingga datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat merubah kalimah-kalimah (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu". Al-An’aam: 34

"Allah sekali-kali tidak tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya di antara rasul-rasulNya, karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar". Ali lmran: 179

"Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka)". Ali lmran: 141

"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan bagi yang batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ". ArRa’ad: 17

"Dan dj antara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah" maka apabila ia disakiti karena ia beriman kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sesungguhnya jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah bersertamu. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada manusia ? Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang yang beriman dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang munafik". Al-Ankabut : 10-11

Jelas di sini kita dapat melihat bahwa ujian yang menimpa para pendukung dakwah merupakan sunnah Allah yang senantiasa silih berganti di dalam urusan dakwah. Bukanlah di atas sebab-sebab kesalahan. Ayat-ayat tadi menegaskan bahwa ujian-ujian itu mempunyai hikmah untuk membedakan orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta dan berbohong. Di antara orang-orang yang munafik, untuk dikenal siapa yang sabar dan berjihad. Supaya dikenal siapa yang menentang dan taghut yang sombong. Supaya nyata kepada kita keadilan Allah tatkala diberi pembalasan yang setimpal kepada tiap-tiap golongan.

Lebih dari itu hikmah dari ujian itu adalah untuk membersihkan dan mensucikan orang-orang yang beriman, supaya mereka bertambah imannya, dari iman yang telah sedia ada supaya mereka bertambah kuat memegang dakwah mereka sehingga mereka layak menerima pertolongan dari Allah. Supaya mereka memelihara dan mendukung amanah itu dengan sebaik-baiknya: "(Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan:" Al-Hajj: 41

"Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah; di pusakakanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa ". Al-A’raaf : 128

Dengan yang demikian, kita berkata dengan hati yang tenang bahwa segala ujian dan tribulasi yang menimpa para pendukung dakwah itu adalah sunnah Allah, bukan akibat kesalahan.

Lebih dari itu, kita berkata bahwa para jamaah dakwah yang tidak mengalami ujian dan bencana, perlu merujuk kembali, memeriksa sikap dan keadaan mereka karena kemungkinan besar mereka telah salah jalan dan melalui jalan yang tidak pernah dilalui oleh para generasi du’at sebelum mereka.

Imam Syahid Hassan al-Banna rahimahullah pernah menyatakan tentang apa yang mungkin menimpa jamaah Ikhwan dari berbagai ujian dan bencana. Kenyataan itu dinyatakan sepuluh tahun sebelum terjadinya ujian dan bencana terhadap al Ikhwan. Kenyataan ini bukanlah merupakan satu khayalan atau imaginasi, tetapi ia berdasarkan sejarah dan kefahaman beliau terhadap dakwah bahwa sesungguhnya ujian itu merupakan sunnah Allah pada dakwah yang benar.

Beliau berkata: "Di kala ini kamu telah memulakan perjalanan di jalan para pendukung dakwah dan ujian-ujian ini boleh jadi panjang, adakah kamu sanggup bertahan?

Dalam pada itu kita tidak menafikan adanya kesalahan yang telah kita lakukan karena kita adalah manusia. Kita pun bukanlah maksum yang terpelihara dari segala kesalahan. Pada hakikatnya, barangsiapa yang bekerja, tentu bisa mengalami kesalahan dan orang yang tidak bekerja tidak akan mengalami kesalahan. Tetapi kesalahan yang mungkin kita lakukan itu hanyalah merupakan kesalahan juz’iah atau kesalahan perseorangan yang terjadi sebagai natijah ijtihad dari pemikiran manusia yang terbatas dalam batas niat yang baik yang kita berharap mendapat pahala daripadanya. Di samping itu, kita mestilah mengambil faedah dan pengajaran daripadanya".